Rabu, 16 Maret 2016

Tentang Raditya Dika

Suka baca bukunya Raditya Dika? Yang suka acungkan tangan. Sama. Hehehehe.
Siapa yang g kenal sama bintang komedi yang satu ini. Selain sebagai komedian, beliau juga penulis buku loh! Karena saya lebih suka buku ketimbang nonton film, maka saya akan menceritakan mengapa suka karya beliau. Buku-bukunya antara lain Kambing Jantan, Cinta Brontosaurus, Marmot Merah Jambu, Koala Kumal, Manusia Setengah Salmon dan Malam Minggu Miko. Ada beberapa karya dalam bukunya yang difilmkan namun buat saya, bukunya lebih menarik. Entah kenapa ya, kalau ada novel, cerpen diadaptasi ke film, saya g suka. Karena berbeda. Ada yang ditambah dan dikurangi. Ekspetasi saya menjadi aneh, imajinasi saya dan sutradara berbeda. Apalagi kalau bintang fimnya g sesuai, ditambah spirit, amanat, dan “sesuatu” yang ada dalam buku yang seharusnya ditampilkan, malah enggak. Itu membuat saya tidak dapat feelnya. Haduh, bikin saya g terima. Hiks. Tapi sebaliknya. Ada beberapa yang suka. Itu karena mereka lebih suka nonton film ketimbang membaca.
Saya suka tulisan Radiya Dika. Menurut saya nih, tulisan beliau itu ringan, mudah dicerna, pakai bahasa gaul, namun bisa membuat saya penasaran jalan ceritanya. Tak terduga, ga bikin bingung, dan gayanya yang saya suka. Susah loh, bikin cerita lucu itu. Apalagi yang bikin ketawa banyak orang. Wong kita sendiri cerita ke orang, kita nganggepnya lucu, eh, yang diceritain malah berkerut g paham. Yang tadinya lucu jadi malah garing. Apalagi dalam bentukk tulisan. Sumpah itu, Raditya Dika bikin ngakak. Saya sampai megangin perut nahan tawa. Teman saya juga ketularan suka sama Raditya Dika. Ceritanya tentang kesialan-kesialan, kasihan-kasihan, nyebelin, gemes.
Ada beberapa orang yang tidak suka dengan cara dia bercerita dan gaya tulisannnya. Namun saya sedikit berbeda. Entah kenapa, sejak pertama kali baca, langsung suka, berburu mencari buku-bukunya dan ketagihan. Yah, walaupun cuma pinjam di teman atau perpus. Kalau dilihat dari segi amanat, masih kurang soalnya yang diceritakan kekonyolan, ketololan, kebodohan, ketelodoran, ketidaktahuan, kesialan dan hal-hal yang ujung-ujungnya dia g beruntung.
Saya mengambilnya bagian ini. Dengan keluguan, kekonyolannya, cerita yang biasa saja jadi istimewa karena penyajiannya. Ibarat makanan nih, makanannya sih biasa saja, namun cara menyajikannya berbeda, maka orang akan penasaran mencobanya. Contoh: pisang goreng. Kalau hanya pisang goreng  mah, tidak banyak yang tertarik. Tapi coba lihat, kalau pisang gorengnya dikasih coklat, susu, dan atasnya dikasih parutan keju. Hemmm…yummy.
Balik ke tulisannya Raditya Dika. Kisahnya biasa saja, tentang kehidupan sehari-hari. Tapi cara menggambarkannya, apalagi dengan tulisan. Wah, itu susah. Bikin orang tertawa dengan tulisan kita apalagi sampe pegangin perut. Keren banget. Kita mungkin bisa membuat orang lain tertawa dengan cerita kita ketika berbicara, namun akan sangat kesulitan ketika menuangkan dalam tulisan. Itulah yang saya suka. Apalagi, cerita itu berkaitan atau si penulis mangalami sendiri. Itu lebih bagus. Dan tentu saja g garing. Yah, walaupun ada jeleknya juga. Kenapa? Dia selalu menceritakan kejombloan dan pacar-pacarnya. Kayaknya jomblo itu ngenes banget. Ni nih, bagi yang jomblo kayaknya cocok untuk bahan refresing. Hehehehe….dijamin, ngakak guling-guling.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar