Jumat, 18 Maret 2016

Belajar Dari Tukang Tambal Ban


Beberapa bulan yang lalu, ban sepeda motor saya bagian depan bocor. Saya agak terkejut, karena ban baru saja ditambal sekitar delapan hari yang lalu. Oh, mungkin tambalannya sudah terlalu banyak sehingga ada yang bocor lagi. Dengan semangat 45, saya membawa motor ke bengkel. Sampai disana langsung ditangani. Alhamdulilah. Beberapa menit berlalu. Saya dan bapak diem-dieman alias g ngobrol. Namun beberapa menit kemudian, saya terlibat obrolan, mulai dari sepeda motor sampai masalah rezeki. Saya melihat, Bapak ini  seorang pekerja keras, berkomitmen, jujur dan tepat waktu.
Kok bisa? Iya. Dari hasil pekerjaannya, juga rapi, padahal usianya sudah tidak muda lagi. Yah, sekitar limapuluhan. Ketika bapak sedang mengerjakan tugasnya, datang seorang anak muda berusia sekitar delapan belas tahun dengan menuntun sepeda motornya. Ternyata sepedanya bocor. Sepeda itu merk Ninja yang sudah dimodif sedemikian rupa sehingga tidak kelihatan ninjanya. Body motor agak diubah, motor dipendekkan dan yang saya lebih kaget lagi, ban motornya dibikin kecil seperti milik sepeda onthel.
“Mbak, kalau memperbaiki punya mas nya ini agak susah” kata sang bapak ketika pemuda itu pergi
“Lha, kenapa pak?” Kataku penasaran
“Cara masangnya sulit, kan lebih kecil. Manusia sekarang ini aneh-aneh saja, sepeda motor sudah sesuai dengan ukurannya diubah-ubah. Ben ngopo to? Insyinyur yang bikin, pabriknya itu sudah dikira-kira, diukur dengan teliti. G mungkin ngarang, sembarangan. Ealah manusia-manusia. Pengenne sek aneh”
“Ehhhmmm” manggut-manggut aku “Emang ada akibatnya ya pak”
“Yo ada mbak, itu kan tekanannya juga berubah, mudah rusak, gaya geseknya, dan yang pasti resiko  kecelakaan”
“Gitu ya pak”
“Benerin bannya juga susah mbak, nanti kalau saya pasang tarifnya mahal, dikira gimana-gimana….kok mahal, padahal memperbaikinya susah” keluh bapak
“ehmmm’
“Lha, bapak g buka ya kalau malam, soalnya saya pernah mau nambal ban, malem-malam sudah tutup” kataku
“Iya, mbak, sampai jam empat saja, ini saja sudah nolak-nolak. Saya takut, kalau malam narik, banyak maksiatnya”
Memang, tadi saya melihat bapak menolak orang yang mau nembel ban. Beliau tidak sanggup karena harus benerin aliran listrik yang mati, dan akan digunakan untuk yasinan.
“Loh, kenapa pak” penasaran
“Ya kan, nanti tarifnya bisa lebih mahal. Kalau biasanya misalnya delapan ribu, kalau malam bisa sepuluh ribu. Belum nanti bisa bohongin pelanggan. Ban yang sudah dipakai dibilang baru. Padahal hanya satu tambalan misalnya. G bocor dibilang bocor. Itu kan sudah g bener mbak, daripada rezeki saya tidak berkah, mending saya sampai jam empat  saja. Kan uangnya bukan hanya saya yang makan. Tetapi ada anak, istri yang ikut makan dengan hasil ini”
Saya terdiam, dan entah kenapa hati saya gerimis.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar