Senin, 21 Maret 2016

Mahasiswa Muslim Berkontribusi

Mahasiswa Muslim Berkontribusi
Dewasa ini, perkembangan pendidikan di Indonesia sungguh memprihatinkan. Ibarat sebuah rumah, pondasi, dinding dan atap rumahnya belum sempurna. Namun kita tidak boleh berhenti untuk berkeinginan, berharap, memohon dan berdoa pendidikan mampu menjalankan fungsinya sebagai alat untuk menjadikan manusia Indonesia menjadi dewasa dalam segala bidang kehidupan. Dewasa jasmani, rohani, intelektual dan yang tak kalah penting adalah dewasa perkembangan perilakunya. Pendidikan yang diharapkan mampu membuat seseorang menjadi pribadi yang matang dari berbagi sisi, ternyata belum menjadi kenyataan. Hal inilah yang membuat pendidikan di Indonesia belum berhasil dari keinginan dan harapan. Pendidikan melahirkan manusia yang hanya cerdas (baca: hanya kemampuan kognisi yang dipentingkan) mengabaikan sisi kemanusiaan dan hal lainnya. Banyak kasus yang membuat kita tercengang, orang di Indonesia itu yang korupsi bukan orang yang bodoh, namun mereka orang-orang yang kecerdasannya tidak diragukan lagi. Inilah PR kita bersama, menjadikan pendidikan moral sebagai salah satu hal yang perlu kita garap dengan serius. Memang, Disatu sisi pendidikan diharapkan melahirkan manusia yang cakap, ahli dan professional di bidangnya (melihat banyaknya pengangguran di Indonesia adalah orang yang berpendidikan tinggi) seharusnya tidak melupakan sisi yang lainnya.
Budaya masyarakat di Indonesia yang materialistis juga mendukung ketidakberhasilan pendidikan. Pandangan masyarakat yang menjadikan materi menjadi tolok ukur keberhasilan seseorang dalam pendidikan inilah yang menyebabkan seseorang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Apakah tujuan dari pendidikan akan terwujud jika sekolah hanya agar menjadi orang yang kaya? Sekolah hanya untuk mandapatkan ijazah?  Tentu saja hasilnya akan lain, ilmu yang didapatkan tidak akan terserap sampai ke pemahaman, hanya sebagai penggugur kewajiban, dan manusia yang dihasilkan adalah manusia yang egois, mementingkan dirinya sendiri, tidak peduli apa yang terjadi di masyarakat sekitarnya. Agaknya, paradigma  inilah yang perlu kita bangun kembali, membuat diri menjadi pribadi yang sadar dan tahu keberadaan dirinya untuk apa.
Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Keberadaannya dibutuhkan, ketiadaannya dirindukan karena begitu berjasanya orang itu bagi manusia lain. Pertanyaan selanjutnya adalah sudahkah kita manjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain? Keberadaan kita dibutuhkan oleh lingkungan  sekitar? Sumbangan apa yang telah kita berikan kepada orang lain?
Bertolak dari hadits tersebut diatas sebagai remaja muslim, kita harus menjadi orang yang selalu bergerak, tidak diam, apatis dan statis dalam dunia pendidikan. Bergerak berarti memberi manfaat, memberikan kontribusi sebagai mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat apapun bentuknya. Jika hal ini ada dalam diri setiap mahasiswa, yang terjadi adalah munculnya sifat peduli, tanggung jawab, toleran dan tidak mementingkan diri sendiri sehingga menghilangkan  rasa keakuan dan keegoisan.  Yang ada adalah perasaan untuk menjadi bagian, ambil bagian, manjadi orang yang utama dalam hal kebaikan. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk menjadi mahasiswa yang mampu manggerakkan adalah berprestasi. Hal yang harus kita tahu bahwa prestasi bukan hanya juara ini itu, lomba A, B dan C namun hakikat dari prestasi adalah kontribusi yang nyata dalam dunia masyarakat. Tidak ada artinya prestasi yang banyak dari tingkat RT sampai internasional jika tidak ada kontribusi, berperan dalam perkembangan masyarakat. Bukankah kita bagian dari masyarakat yang nantinya akan kembali ke masyarakat? Bergerak dan menggerakkan berarti ikut serta dalam pergerakan, ikut andil, bagian tidak hanya mementingkan diri sendiri tetapi juga bergabung dan menjadi perubahan dalam masyarakat. Kata menggerakkan bukan hanya diri kita saja yang bergerak tetapi juga mengajak orang lain untuk menjadi orang yang lebih baik. Beberapa hal yang harus kita lakukan agar menjadi pribadi yang mampu manggerakkan diantaranya seperti yang dikemukakan oleh KH Abdullah Gymnastiar, dengan rumus 3 M. Pertama, mulai dari diri sendiri, bagaimana akan mengubah orang lain jika diri kita sendiri tidak mau dan berusaha untuk berubah dan menjadi lebih baik. Kedua, mulai sekarang juga, jangan menunda-nunda. Dan yang terakhir mulai dari yang kecil. Jangan memimpikan perubahan yang besar suatu bangsa jika hal yang kecil saja tidak mampu kita ubah.      


Tidak ada komentar:

Posting Komentar