Kamis, 03 Maret 2016

Masih Harus Terus Belajar

Perjalananku kali ke daerah Bantul dalam rangka ujian pendampingan. Ternyata, hampir sama dengan jarak rumah Temanggung ke Jogja. Aku berangkat dari Jalan Kaliurang Km 13 pukul 14:50, sampai ditempat yang dituju pukul16:12. Hemmm….ternyata jauh juga. Dan aku salut dengan orang-orang yang istiqomah mendampingi masyarakat desa ini agar lebih produktif. Teman-teman saya tanpa dibayar, satu minggu sekali, semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda. Amin. Jadi teringat diri sendiri. Apa yang sudah kamu lakukan, Ulufi? Ibu-ibu berjumlah sebelas orang , yang rata-rata berumur sekitar empat puluh sampai lima puluhan, memiliki usaha sendiri. Wow, keren!! Saat aku memasuki desa, didepan rumah, warung lotek, gado-gado, tahu guling, sebelahnya lagi, terima catering, dan disamping rumah yang aku tempati, usaha sablon.  Ada yang usaha laundry, bakpia isi tempe (bayangin, gimana rasanya), emping dan lain-lain. Aku bersama dengan dua orang teman diminta untuk memberikan kultum. Ini pertama kalinya aku berbicara di depan ibu-ibu. Sempat grogi juga. Tapi Alhamdulillah, ibu-ibunyawelcome terhadap kami, jadi groginya g kelihatan. Selama tujuh menit aku menyampaikan tentang doa, yang kemudian ada sesi tanya jawab. Waduh, ini di luar perkiraan. Tapi dibuat biasa saja supaya g kelihatan grogi.
 “Doa siapa yang paling sering dikabulkan oleh Allah”
Alhamdulillah pertanyaanya insya allah bisa aku jawab. Ada orang tua, orang yang terdhalimi, anak yatim, sebenarnya mau ditambah lagi tapi sepertinya segitu juga cukup. Sebenarnya jawaban ini banyak sekali ada dalam kepalaku. Tapi berhubung waktu juga sudah sore, jadi sedidkit saja. Nah, ibu ini masih mau bertanya lagi rupanya, akhirnya diperbolehkan.
 “Apa yang menyebabkan doa kita tidak terkabul, kan kita udah lama berdoanya?”
Hehehe, ehm, ini pertanyaan juga banyak jawabannnya mulai dari berbuat 10 dosa besar, sampai boleh jadi Allah belum mengabulkan doa kita karena bermacam-macam alasannya, mungkin doa itu sudah dikabulkan tapi dalam bentuk lain, tidak dikabulkan di dunia, tidak serius dalam berdoa, mamakan harta haram  dan sebagainya. Ternyata ibu-ibu disini kritis juga. Ada yang bertanya tentang fiqh kontemporer. Tentu saja yang menjadi sasaran aku, kalau teman yang lain g  bisa jawab, karena aku dari Pendidikan Agama Islam (tepuk jidat). Ada yang bertanya tentang riba, saham, yang kesemuanya itu mengarrah ke fiqh kontemporer, dan akan saya pelajari di semester ini. Ada juga ibu-ibunya iseng loh, menguji kedalaman pengetahuan kita (aduh, kaya udah pinter aja). Ada temanku yang ditanya “Sedekah itu yang terbaik kepada siapa?”
Aku sebenarnya udah punya jawaban, bahwa sedekah yang terbaik itu kepda saudara terdekat (keluarga kita) yang miskin. Tapi pertanyaan itu bukan buat aku, jadi aku cuma jawab dalam hati.  Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu bahwa Zainab, istri Abu Mas'ud, bertanya: Wahai Rasulullah, baginda telah memerintahkan untuk bersedekah hari ini, dan aku mempunyai perhiasan padaku yang hendak saya sedekahkan, namun Ibnu Mas'ud menganggap bahwa dirinya dan anaknya lebih berhak untuk aku beri sedekah. Lalu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ibnu Mas'ud memang benar, suamimu dan anakmu adalah orang yang lebih berhak untuk engkau beri sedekah." Riwayat Bukhari. Dalam alquran Kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat atau family” (Al Balad 15).  Nah, temanku ini jawabnya orang miskin, anak yatim. Trus ibu-ibuya ini menanggapi, “Saya pernah mendengar bahwa sedekah yang paling baik itu kepada keluarga (saudara terdekat). Tuh, kan. Hiks.
Hemmm….ini semua tamparan buat aku. Aku harus belajar lagi, harus mandiri, belajar menghadapi masyarakat. Semuanya heterogen. G bisa disamakan. Kalau di kampus, kita rata-rata memiliki tujuan, persepsi, umur yang mungkin hampir mirip. Tapi kalau disini, semuanya beda, lebih kompleks dan tentu saja lebih berpengalaman daripada aku. Thank God, you have given me this opportunity.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar