Rabu, 02 Maret 2016

Cerita Inspiratif (Part 2 habis)

Cerita yang ketiga berasal dari seorang dai yang sangat terkenal di sebuah kota. Ceramahnya sudah sampai dimana-mana. Dia menjadi dai yang sangat kondang. Sang dai ini memiliki anak yang sangat nakal luar biasa. Si anak tidak pernah menjalankan shalat lima waktu, bahkan berani membentak-bentak, berkata kasar kepada orang tuanya. Orang tuanya hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah laku Sang Anak. Ayahnya berdakwah kemana-mana namun keluarganya sendiri belum bisa di dakwahi. Dia sedih dengan hal ini.
Suatu hari, Sang Dai ini bertemu dangan kawan masa kecilnya yang berprofesi sebagai tukang becak. Si tukang becak mengajak kyai ke rumahnya. Layaknya seorang teman yang jarang bertemu, mereka mengobrol cukup lama. Tidak terasa sampai sore hari, daterdengar suara adan dari masjid .
Allahu Akbar Allahu Akbar
Tukang becak ini ternyata memilki anak yang masih berusia kecil, sekitar tujuh tahun. Sang anak berkata kepada bapaknya “Bapak,  sudah adzan, yuk,  sholat ke masjid dan ajak Pak De (pak kyai tadi) ke masjid”
Sang dai pun terkejut, terharu dan menitikkan air mata. Terbayang pada anaknya yang dirumah, yang tidak pernah shalat. Sang Dai pun penasaran. Apa rahasia tamannya sehingga anaknya yang masih kecil sudah biasa shalat di masjid, tanpa disuruh. Sang tukang becak pun bingung, namun dia bersedia membeberkan rahasianya bahwa dia hanya selalu berdoa
14:40
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (QS: ibrahim: 40)
Tidak sedikit kita jumpai, bahkan di lingkungan kita sendiri, keluarga kita, anak seorang kyai, memilki pondok pesantren, anaknya preman. Tidak sedikit juga, anak seorang guru yang terkenal kasholehannya, anaknya pecandu narkoba.

Saya jadi teringat dengan pesan dari ustazd bahwa memang benar, iman itu tidak pernah bisa diwariskan. Bahkan kepada anak. Ingat kisah Nabi Nuh, Abu Jahal yang memilki seorang anak yang membela Islam, bahkan nabi kita sendiri, pamannya, yang merawatnya, pembela dakwahnya, meninggal dalam keadaan tidak memeluk Islam. Laa haula walaquwwata illa billah.
Cerita yang terakhir adalah cerita dari kakak tingkat ustadz saya di pesantren. Sebut saja namanya A. A ini adalah seorang anak yang sangat cerdas dan sangat pintar. Jika diberi pelajaran langsung “nyantol”, cepat ingatannya dan tidak mengalami kesulitan apapun dalam belajar. Wajar jika kemudian Sang Kyai menyayanginnya. Kemudian tanpa tanggung-tanggung memberikan amanah mengajar ketika beliau berhalangan. Jadi, ketika pak kyai tidak bisa mengajar, maka akan digantikan oleh Si A ini. Karena kecerdasannya pula, maka dia bisa menghafalkan alquran dengan waktu yang singkat. Jika teman-teman lain butuh enam, empat, lima tahun, maka A bisa menghafalkan dalam waktu dua tahun saja.
Setelah beberapa tahun menimba ilmu di pesantren, ia memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya. Berpamitan kepada Sang Kyai. Namun sang kyai merasa keberatan, beliau meminta agar murid yang cerdas ini membantunya dalam mengajar. Tapi keinginan A tidak bisa dicegah dan sudah bulat untuk pulang kampung. Sang Kyai merestui kepulangannya akhirnya.
Kata ustadz saya, kebiasaan merokok dan minum kopi memang sudah ada di pesantren. Merokok ini untuk menemani begadang dalam rangka murojaah (mengulang hafalan). Kabiasaan ini tentu saja berpengaruh dalam kehidupan di luar pesantren. Karena tuntutan kehidupan, kebutuhan yang semakin tinggi, Si A, yang telah pulang kampung ini memilih teman yang salah dalam bergaul. Pencuri, perampok, penjembret adalah teman-temannya. Singkat cerita, Si A, karena sangat cerdasnya, karir di dunia hitamnya juga semakin meningkat. Bahkan menjadi pemimpinnya. Dari yang mulanya penghafal alquran menjadi pemimpin pencuri. Na’udzubillahimindzalik.
“Man, kamu mau beli VCD player? Harganya satu juta” tawar A kepada ustadz saya
“Lho, kok murah” kata ustadz saya curiga
“Ah, barang beginian di rumah banyak” jawabnya
Ustadz saya heran karena saat itu, harga VCD player harganya masih mahal, sekitar tujuh jutaan. Kebiasaan sebelum lebaran, murid-murid pesantren itu adalah sowan atau berkunjung ke tempat pak kyainya (pondok pesantren). Begitu juga dengan Si A. saat itu, di depan rumah kyai, yang sedang menerima tamu. Kebetulan, tamunya ini membawa motor. Motornya di parkir depan rumah dan mungkin karena lupa, kunci motornya masih di motor. A yang melihat kesempatan ini, yang sudah terbiasa mencuri, berniat untuk mencuri sepeda motor tersebut. Ketika sedang menuntun sepeda motornya, sang pemilik keluar dan mendapati motornya sedang digiring orang, spontan teriak “Maling!! Maling!!”
Tak diduga, banyak warga yang mendengar teriakan itu dan mengejar maling. Si A lari pontang-panting menyelamatkan diri. Sampai di sebuah sawah yang sedang ditanami padi yang masih hijau. Dia bersembunyi disana. Badannya belepotan penuh dengan lumpur. Tentu saja dia tertangkap. Satu orang, di cari orang sekampung, ditempat yang sempit pula, tentu saja mudah ketemu. Akhirnya, Si A ini di seret ke kampung, diikat di pohon kelengkeng, dan dipukul kepalanya. Pukulan pertama, tepat di kepala bagian kbelakang yang langsung membuat A mengucurkan darah dari hidungnya. Dengan sabetan clurit dibagian perutnya, isi perut A keluar semua. Tidak tahu, A mati atau tidak.
Saya ngeri membayangkan, mendengar dan menuliskannya. Saya tidak bisa membayangkan.
Saat ini, ada kita jumpai, orang-orang yang rajin beribadah, khusyuk, menjaga pandangan, memiliki integritas tinggi, tiba-tiba beberapa tahun kemudian, kita mendengar beritanya dia dipenjara karena kasus korupsi.
Ada saat dimana kita mendengar teman sepengajian kita, guru kita, yang dahulu kita hormati, ternyata telah melanggar agama yang membuat kita geleng-geleng kepala dan tak habis pikir.
Ada lagi, kita mendapati, orang yang kita hormati, kagumi karena kesantunan akhlaknya, ketawadukannya, beberapa tahun kemudian menjadi buronan, di penjara karena berbagai kasus.
Kita tidak pernah tahu bagaimana perjalanan hidup kita. Akhir kehidupan kita. Kita tidak tahu, apakah yang saat ini, kita masih bisa memeluk agama yang kita cintai, tiba-tiba….ah, membayangkannya saja saya tidak sanggup. Kita tidak pernah tahu, kita yang saat ini bisa istiqomah shalat lima waktu, boleh jadi…..saya tidak sanggup untuk menuliskannya.
Allah pemilik segala hidayah. Dia akan memberikan siapa saja yang dikehendakinya. Mencabutnya, mengeluarkannya.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ (8) رَبَّنَا إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ (9) 
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)”.(QS: al imran 8-9)

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ
Artinya: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Ahmad dan at Tirmidzi)
Empat cerita diatas membuat saya merenung. Sudah baikkah doa saya? Atau malah saya tidak pernah berdoa. Bagaimana dengan orang tua saya?
Lewat tulisan ini saya ingin sekali berbagi pada teman-teman semua. Ambillah ketika kau mendapatkan kebaikan di dalamnya dan buanglah ketika kau memperolehnya.
Quote: Jangan Lupa Berdoa yang Baik dan Komplet 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar