Assalamualaikum pagi ini
sahabat-sahabat semua, Ulufi mau bercerita tentang pengalaman bertemu dengan
orang-orang hebat yang menginspirasi dalam perjalanan hidup ini. Tadi pagi
sehabis jogging, bukan joging sih, lebih tepatnya jalan-jalan pagi, ulufi
membeli sayur ditempat biasa beli, abang-abang sayur. Saat itu yang teringat di
benak adalah, tulisan yang ditulis oleh kontributor majalah ummi online yang isinya adalah
dosa ibu-ibu dengan tukang sayur, disitu dikatakan atau ditulis bahwa kita
seringkali meminta diskon dengan harga yang sangat miring, menitip dahulu baru
bayar kemudian, bahkan barang yang kita beli tidak mau kita ambil karena tidak
sesuai dengan apa yang kita pesan. Tentu saja hal ini sangat merugikan abang/ibu
tukang sayur. Mengapa? Karena, modal yang seharusnya untuk membeli dagangan
lain, dipakai untuk membeli pesanan kita, alhasil, mereka hanya bisa kulakan
sedikit. Ya Allah, ngenes saya mendengar hal ini. Modalnya seberapa sih mereka?
Tega-teganya kita ngutang, nawar serendah-rendahnya? Kalau beli di supermarket
saja kita g pernah ngutang (g boleh kok! Protes), seharusnya untuk mereka,
janganlah ngutang. Sebenarnya mereka juga tidak mau diutangi, karena modal kecil,
malu buat nagih, iya kan? Belum kalau kita nawar, waduh, bangga dapet harga
murah, sedangkan tukang sayurnya tidak rela. Alias kepaksa. Udah deh, mulai
sekarang, jangan pernah nawar kelewatan ya. Kasihan mereka.
Nah, yang jualan di komplek dimana
saya kos adalah masih muda, saya taksir, usianya 28 atau 25 an. Saat itu saya
membeli buncis dan tempe. Jumlah keduanya adalah lima ribu. Saya memang sengaja
tidak menawar dan g ada niat untuk itu. Saya ingat apa yang telah saya baca.
Dan iseng saya bertanya kepada mas-mas ini.
“Mas nya berangkat jam berapa?”
“Jam dua, Mbak”
Gubrak!!!
Ya ampun. Saat itu saya agak mewek,
apa yang masih saya lakukan pada pukul dua itu? Saya masih saja tidur sementara
mas ini, ibu, mbak-mbak yang lain telah beraktifitas untuk menyambut paginya
mencari rizkinya sedangkan saya? Heh….bahkan saya kadang harus tambah untuk
tidur lagi. Saya jadi mikir, coba masnya terlambat lima menit atau setengah jam
saja, beliau tidak sampai sini jam lima, itu berarti akan kehilangan pelanggan.
Anak-anak dan suami-suami tidak sarapan karena sang ibu belum belanja. Saya jadi teringat dosen saya, Bu Siska, bangun jam
dua dengan anak masih kecil berusia satu tahun dan tiga tahun yang bangun pukul
dua pagi, ada April yang harus sudah menyelesaikan tugas kuliah jam lima sore
dan menghafal alquran, padahal beliau jurusan farmasi. Heh, hidup saya
dikelilingi dengan orang yang menginspirasi tetapi mengapa saya tidak bisa
seperti mereka? Alibi apa lagi yang akan saya katakan, Allah, tolong saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar