Kamis, 31 Maret 2016

31 Maret 2016


Hal yang paling baik yang bisa dilakukan agar kita tidak merasa paling menderita di dunia ini adalah dengan membuka hati, pikiran, perasaan, mata, telinga dan memfungsikan indera, bagaimana dengan kehidupan orang lain disekitar kita yang lebih menderita.

Kadang-kadang, kita g perlu percaya dengan orang lain. Kita kadang yakin bahwa seseorang yang kita percaya bisa membantu, ternyata tidak peduli dengan perasaan kita. Terus kepada siap kita pantas berbagi kepercayaan jika semuanya tidak ada yang mengerti kita? Hanya Allah yang bisa membuat kita yakin dan percaya bahwa kepada Dialah kita layak percaya.

Kita tidak pernah tahu dan mengira bahwa cara Nya sungguh ajaib untuk mengatur semuanya. Kita hanya bisa memandang takjub dengan skenarionya. Kok bisa? Hanya itu yang bisa kita ucapkan. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Teruslah berharap, akan ada jalan bagaimanapun caranya

Hanya orang-orang berhati suci yang bisa melihat apapun di depan matanya

Perasaan nyaman dan tidak enak itu muncul ketika dalam bimbang

Apa yang membuat lelaki mudah jatuh cinta dan melupakan seseorang yang telah berkorban untuk dirinya? Semudah itukah?

Bagaimanapun jeleknya seseorang, ia adalah bagian dari kehidupanmu.

Berusahalah untuk selalu mencoba bagaimanapun caranya. Dia melihat prosesmu. Jika hal itu belum bisa membuatmu berhasil. Yakinlah bahwa usahamu belum maksimal. Maksimal bukan dilihat dari kacamatamu, bukan juga orang lain yang melihatmu. Tapi ada Dia yang melihat. Bahwa kamu belum layak untuk mendapatkannya. Boleh jadi, kamu akan mendapatkan hal itu yang akan datang, disaat yang tepat, diwaktu yang tepat dan siap dengan semuanya.

Mengapa harus iri dengan kecantikan fisik jika hal itu sudah tidak bisa diubah? Mengapa hanya fokus pada penampilan fisik jika kualitas diri tidak dibuat cantik? Irilah dengan proporsional, iri dengan orang yang berhasil dengan usahanya bukan dengan pemberianNya yang tidak bisa diubah
Jika dia bisa menjadi orang yang sukses, mengapa kamu tidak bisa? Kamu dan dia memiliki kemampuan yang sama

Kadang-kadang, manusia itu meminta sesuatu, ketika sudah diberi, dia akan protes, mengapa berbeda dengan yang aku inginkan?

Seseorang yang kamu lihat sangat kuat dihadapanmu, bisa jadi dia orang yang sangat lemah. Contohlah dia, bagaimana cara menyembunyikan dirinya dihadapanmu. Ia hanya akan lemah ketika dihadapan Tuhannya

Laki-laki mudah jatuh cinta, bagaimana dengan wanita?

Kadang-kadang, cap baik dari orang lain itu membuat seseorang menjadi beban dan adakalanya tidak. Jangan kecewa jika seseorang yang kau harapkan tidak sesuai dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang.



Masih Terus Berpikir

Sampai saat ini, saya masih sering merenung. Apakah benar jalan yang saya tempuh? Apakah perkataan saya salah? Sebab menjadi anak yang baik tidak melulu hanya menjadi juara, bintang kelas, berprestasi dan segala sesuatu yang menyangkut tentang apa yang bisa dilihat dengan kasat mata.
Saya bukan orang yang pintar, cerdas maupun pandai, biasa saja. Orang tua saya juga bukan orang yang menuntut saya untuk menjadi juara, berprestasi atau bahkan rangking satu. Namun sebagi anak, akan berusaha menjadi yang terbaik. Sempat terpikir dalam benak saya. Sudahlah, biasa saja, toh itu juga tak akan membuat mu menjadi orang yang diunggulkan orang tua.
Anak yang baik, ummunya akan pintar dalam pelajaran matematika, fisika, kimia dan bahasa inggris. Sementara saya, mengapa dengan pelajaran eksak itu, saya harus berpikir lebih keras, senut-senut, bahkan harus menangis untuk menyelesaikannya. Saya merasa tidak secerdas teman-teman, tidak secemerlang mereka, saya harus mengulang pelajaran dirumah saat hari itu juga agar untuk pelajaran berikutnya saya bisa nyambung. Saya harus bisa memahami pelajaran hari ini saat itu juga dengan bertanya teman, atau guru. Mungkin, teman saya merasa jeleh atau eneg dengan apa yang saya lakukan. Dan mungkin juga merasa sebal karena saya tidak mudeng-mudeng ketika diterangkan.
“Ini maksudnya gimana ya, Fa?”
“Kok, hasilnya bisa sampai seperti ini”
“Aku ngitungnya sudah sampai sini, tapi kok hasilnya beda ya?”
Mungkin teman-teman akan mengira bahwa yang masuk jurusan IPA itu adalah anak-anak yang pintar, jenius, serius, berkacamata tebal, serius dan kemana-mana membawa buku. Tapi saya, bukan bagian dari mereka yang seperti itu. saya masih harus deg-degan dengan guru metematika, fisika, maupun kimia ketika mereka mengajar di kelas. Saya benar-benar takut jika saya tidak bisa mengerjakan tugas ini. Takut tidak lulus UAN. Sekalipun saya duduk bersama dengan teman saya, Latifah yang cerdas, berteman dengan Dwi yang cepat dalam menghitung ditambah dengan Miftahul Jannah yang juara paralel, tetap saja saya jauh dari mereka.
Tahun-tahun sebelumnya

Ada sejarahnya mengapa saya membanci pelajaran yang berhubungan dengan hitung menghitung, menggambar atau yang berhubungan dengan dimensi. Sejak kecil, saya tidak menyukai pelajaran ini. Saya lebih suka belajar menghafal pancasila, undang-undang, ilmu pengetahuan sosial atau cerita. Saya tumbuh dengan imajinasi berdasarkan tontonan yang saya lihat. Menjadi orang kaya, pedagang, pemilik restoran, memasak aneka makanan, bermain peran-peran yang membuat saya menjadi orang sukses. Di sekolah, SD, saya sering menjadi paduan suara, membaca undang-undang, puisi atau mengikuti lomba hafalan seperti agama atau ilmu pengetahuan alam (IPA SD masih gampang, hafalan, bukan menghitung). Dengan semua kondisi ini, membuat saya tidak bisa berpikir logis. 

Selasa, 29 Maret 2016

Biarkan Mereka Berekspresi


Tanggal, 26 februari, saya belajar dari 2 ponakan yang cantik, cerdas, lincah, aktif dan kreatif sekaligus ekspresif. Naura dan Indra.
“Mb Lufi, aku punya bros” kata Naura
Dia membawa sebuah wadah, kemudian mengeluarkan isinya dan menggelarnya di meja. Beberapa bros kreasi dari kain flannel dan satu gantungan kunci. Saya takjub dan mengamati dengan seksama benda-benda itu. Bentuknya sederhana sekali. Kalau orang dewasa, ah, yakin, gampang sekali buatnya.
“Ini bentuk apa, Dek” saya mengambil salah satu bros yang terbuat dari kain flannel dibentuk persegi lima sentimeter disusun dengan berbagai wana.
“Itu kue lapis legit” hehehe, saya tersenyum. Kalau lapis legit coklat ya…itu warnanya biru dan hijau.
“Ini apa lagi, Dek”
“Gantungan kunci”.
 “Harganya dua ribu mbak” katanya menawarkan
Wah, boleh juga nih. Bukan karena ini ponakan ya…tapi saya suka. Akhirnya saya membeli bros berbentuk astor berukuran lima centimeter berwarna hijau kombinasi biru. Cantik sekali.
“Wah, Mbal Lufi beli”teriaknya
“Nih, Mb Indras” Naura menyerahkan uang yang tadi saya kasih ke kakaknya.
“Ini buat Naura” kata Indra, ternyata, mereka membagi uang itu menjadi dua, masing-masing seribu.
”Wah, mantap, Dek, besok kalau gede jualan saja” kataku memberi semangat
Sang kakak produsen, adiknya marketing.
Kemudian saya ditunjukan berbagai macam kerajinan yang dibuat mereka, ada kincir angin, tempat pensil, tempat kotak mainan dan lain sebagainya. Kreatif.


Senin, 28 Maret 2016

Yuk, Berbagi Ilmu

Hari ini, saya terlibat obrolan yang sangat seru dengan seorang kawan. Kita berbicara mulai dari motivasi, skill, organisasi sampai masalah agama. Yang akan saya ceritakan disini adalah tentang ilmu. Salah satu teman, sebut  saja namanya Vita, dia memiliki seorang teman juga, namanya X saja yah…. aduh, ini kok jadi temennya temen? Si X ini adalah lulusan dari sebuah pondok pesantren terkenal di Indonesia. Biasa kan, kalau di kampung, orang yang pintar agama disuruh ngajar, berbagi gitu. Namun yang Vita itu heran dengan Si X adalah, dia tidak mau membagikan ilmu yang dimilikinya untuk orang lain.
Bahkan, kata nenek Si X “Kamu itu mbok ya berbagi ilmu, sudah disekolahkan disana, tempat yang bagus kok g mau berbagi, kalau hanya berdiam diri di kamar, kamu mau ngapain”
Si X ini menjawab “Loh, saya kan sudah capek-capek nyari ilmu, mahal pula, mengapa perlu dibagikan kepada orang lain?”
Hhhhhhhhhhh, saya mendengar ceritanya geram bin aneh. Kok bisa sih? Ada ya….yang pelit berbagi ilmu? Emang dia doang yang pinter? Kalau pelit dalam ngerjain ujian sih wajar. lha ini? Songong banget kan?
Berbeda dengan salah seorang teman saya yang satu ini. Kepintarannya sudah diakui di berbagai tempat, jiwa sosialnya tinggi dan dia mau berbagi ilmu yang jarang dimiliki oleh orang lain. Bahkan, dia memberikan se file-filenya. Hebat kan? Semoga Allah mengangkat derajat teman saya ini dan semoga selalu bermanfaat kehidupannya. Amin.
Bukankah dalam hadist, rasul bersabda bahwa
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ
“Jika seorang anak Adam meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya, kecuali 3 hal: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendo’akannya.” (HR Muslim)

Salah satu cara agar ilmu bermanfaat adalah mengajarkannya pada orang lain. Bukankah dengan mengajarkannya pada orang lain, kita jadi tambah pinter dan paham? Selain itu, orang lain juga senang kan? Kita juga akan memiliki banyak teman.
Sedangkan orang-orang yang menyembuyikan ilmunya, maka akan mendapatkan ancaman. Hadist ini saya dapatkan ketika mengikuti kuliah hadist tarbawi tentang orang yang menyembunyikan ilmu yang dimilikinya.
من سئل عن علم فكتمه ألجم يوم القيامة بلجام من نار
“Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu, kemudian ia meyembunyikannya, maka kelak ia akan dibungkam mulutnya dengan api neraka.” (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al-Baihaqi dan Al-Hakim)
Well, pilih mana? Mau jadi orang yang bertambah pintar dengan berbagi ilmu atau menjadi orang yang pelit, dengan dalih, aku sudah kuliah capek-capek, mahal, rugi biaya, waktu dan tenaga, kok malah mau dibagikan kepada orang lain?
Semoga kita terhindar dari orang-orang yang seperti ini ya…amin.





Jumat, 25 Maret 2016

Pengalaman Scalling (part 2)


Pada bagian yang lalu, saya pernah menceritakan pengalaman pertama tentang scalling, sekarang, inilah kelanjutan kisahnya. Ceck it out.
Nah, permasalahan terjadi ketika saya sudah tidak kerja. Kemana harus mencari dokter untuk membersihkan ni gigi. Coz kontrol gigi tetap harus berjalan, minimal dua kali dalam setahun. Dan alhamduliliah saya rutin melakukannnya. Mau ke dokter spesialis gigi, mahal. Akhirnya, atas saran dari adik tercinta, saya melakukan pembersihan gigi di puskesmas terdekat, biayanya murah. Hanya empat puluhlima ribu plus pendaftarannya.
Saya tidak perlu mengantri panjang, namun lumayan lama. Saya datang sekitar jam sepuluh. Hanya dua pasien, setelah pasien pertama selesai, gantian pasien kedua yaitu anak kembar, jadinya pasien ketiga yah….hehehe, anak ini berusia lima tahun. Hebat, baru berusia lima tahun sudah berani ke dokter gigi, cabut gigi lagi. Ingat zaman dahulu, pernah cabut satu kali, itu saja di sekolah. Dulu, disekolah setiap beberapa bulan sekali sering ada cabut gigi, suntik apa…gitu, saya enggak tahu persis. Nah, itu pertama kali saya dicabut giginya, ces….kaya’ dikasih es, tahu-tahu gigi udah hilang dan ditempat ekas gigi udah banyak darah bercampur kapas. Itu pengalaman dicabut paksa giginya. Padahal saya sudah sembunyi karena punya firasat mau dicabut. Gigi saya ancur sih, gingsul, tapi parah gingsulnya. Dulu sempat membuat saya tidak pede, namun sekarang, sepertinya banyak yang harus dipikirkan selain ngurusin masalah gigi yang bikin saya tambah enggak bersyukur. Aduh, ngelantur. Maaf, kembali ke topik.
Setelah hampir tiba giliran saya, ada mbak-mbak cantik dan seorang ibu seumuran dengan emak saya yang memegangi giginya. Sepertinya sakit gigi. Mbak-mbaknya ini, dari model pakaian dan gaya kerudungnya, seperti mahasiswi UII, gaul gitu. Padahal saya juga dari UII tapi g gaul blas. Abaikan kata ini.
Dokternya emang udah agak berumur sih. Tapi ramahnya minta ampun dan juga pelayanan giginya bagus. Setelah selesai dibersihin, kita dikasih kaca, buat lihat, udah puas belum layanannya, kalau belum, kita bisa minta yang bagian X belum bersih misalnya.
Sempat bermasalah dengan gigi saat pertengahan semester tiga, gigi bungsu yang sedang tumbuh, dan kata dokter, harus dicabut, kalau tidak bisa dilakukan disini (makasudnya puskesmas), karena peralatan yang kurang lengkap, harus dibawa ke rumah sakit. Sempat enggak bisa mangap, sakit kalau buat makan dan apalagi bicara.  Tapi Alhamdulillah setelah diberi obat, sembuh.

Kata beliau, cara menggosok gigi yang benar bisa mencegah karang gigi, pakai sikat gigi yang bisa menjangkau bagian gigi yang sulit dijangkau, beliau malah pakai sikat gigi anak-anak, dan…akhirnya saya pun mengikutinya. Ternyata lebih enak dan lembut, berasa masih anak-anak. Pakai sikat gigi yang lembut, setelah makan, untuk membersihkan sisa makanan, berkumur-kumur. Hemmmm…sekarang baru saya ngeh, adik saya kalau habis makan kadang kumur-kumur di depan saya, saya marahin. Jijik banget. Ternyata ini alasannya (dia juga rajin ke dokter gigi). Periksa gigi enam bulan sekali, untuk membersihkan karang gigi maupun mengontrol kalau ada gigi yang berlubang, ntar ditambal kok, tenang saja, rasanya, dingin-dingin, ganjel gitu. Kalau nambal gigi, didokter gigi langganan saya dulu, limapuluh ribu pergigi. Ketika mengunyah, jangan hanya memakai gigi kanan atau kiri saja. Dua-duanya harus digunakan untuk mencegah agar gigi tidak goyang, tidak berkarang  dan tetap sehat. Kata dokter, ibarat rumah, ruamah yang g pernah dipakai, tetap saja kotor, malah lebih kotor kan? Sama juga dengan gigi kita. Ok, itu aja pengalaman yang bisa saya bagi buat teman-teman, jangan takut untuk ke dokter gigi, enggak sakit kok. Supaya tetap sehat, cantik, dan tembah pede karena bebas dari karang gigi. 

Kamis, 24 Maret 2016

Cerita tentang orang tua


Saya mendengar cerita ini dari ibu saya. Saat itu bapak saya mau pergi ke sawah. Seorang kakek berjalan mendekatinya.
Nak, kulo nyuwun rokok setunggal”[1] pinta sang kakek
Waduh, Pak, kulo mboten pernah ngerokok, dadi mboten gadah”[2]
Setelah berpikir sejenak, bapak memberikan sesuatu kepada sang kakek
Matur nuwun, Nak, niki sek sampeyan sek panen jagung[3] kata kakek, beliau memperhatikan aktifitas bapak. Memang, saat itu bapak sedang ngusung[4] jagung dari sawah sampai rumah.
Enggeh,Pak[5] kata bapak
Oh, geh, mugi-mugi jenengan diparingi rezeki engkang kathah, berkah[6] sang kakek mendoakan bapak kemudian berlalu.
“Amin-amin” lirih bapak mengaminkan doa sang kakek
Tahukah siapa orang yang saya sebut kakek itu? Dia bukan malaikat, jin atau syetan (hehehehe…) jelaslah, dia menusia.
Kata tetangga saya, dia itu seorang yang sangat kaya dari desa sebelah. Beliau sering berjalan sendirian kesana kemari tak tentu arah. Kadang-kadang meminta-minta. Hal itu dilakukan karena beliau itu tidak waras kata orang –orang. Mengapa bisa begitu? Apa yang salah? Bukankah dia orang kaya? Jawabannya adalah, beliau itu agak tidak waras karena harta yang berupa tanah, dijual oleh anak-anaknya yang sudah berkeluarga. Saya tidak tahu, apakah mereka meminta izin terlebih dahulu kapada orang tuanya untuk menjual tanah itu atau tidak. Saat ini, memang di daerah saya sedang berlangsung pembangunan industri besar-besaran. Tanah dijual dengan harga selangit karena dibeli oleh pemilik pabrik yang kebanyakan orang china. Jadi tidak salah jika tanah di daerah saya memilki harga jual yang sangat tinggi. Sang kakek stress karena merasa tidak memiliki soboan[7]. biasanya beliau sering menggarap sawah, memanen, namun karena semua sawah yang telah diberikan kepada anak-anaknya dijual, beliau menjadi seperti itu.
Bukan hanya satu orang, tetangga saya yang lebih dekat, parah lagi. Seorang kakek-kakek juga, beliau sering berjalan sangat jauh, kadang muter-muter[8] desa membawa karung atau buntalan berisi baju-baju. Kalau ditanya oleh tetangga
 “Mboten kesel pak? Kok mlampah adoh banget?”[9]
“Lha, wong aku nunggang jaran putih kok”[10]
Kasus yang dialami oleh mereka berdua sama
Saat saya mendengar cerita ini, sedih, takut, kasihan dan tentu saja sakit. Kepala dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan. Saya jadi teringat dengan apa yang dikatakan oleh sahabat Nabi Abu Bakar As Shidiq Ya Allah ... Letakkan dunia di tanganku, jangan kau letakkan dunia di hatiku. Terus, bagaimana dengan kakek ini? Bagaimana perasaannya? Apa yang mesti dilakukan? Terus, anak-anaknya…tega sekali mereka. Membiarkan masa tua orang tuanya dengan seperti itu? Bagaimana sikap baktinya ketika dia sudah uzur? Tidak ingatkah mereka dengan apa yang telah dilakukan orang tua dari saat digendong sampai saat ini?. Apalah arti harta melimpah jika melihat orang yang paling disayangi menjadi setengah gila seperti itu? Saya yakin tidak ada gunanya. Mungkin orang tua tidak mengapa ketika harta dijual, tetapi, orang yang sudah tua, perlu yang namanya tempat memuaskan hobi, menyalurkan keinginan, sisakanlah sedikit buat mereka, atau carilah penggganti tanah walaupun sepetak untuk mereka. Seseorang yang pekerja keras, walaupun sudah tua, mereka tidak mau dipaksa berdiam diri didalam rumah, mereka akan tetap aktif. Dan aktifnya orang-orang sepuh di desa saya adalah bertani, walaupun hanya memilki sepetak kecil tanah. Bagaimana perasaan orang tua jika hasil yang mereka usahakan ketika masih muda tiba-tiba dijual semuanya tanpa diganti dibelikan yang baru?
Saya malah jadi banyak mikir, bagaimana harta tadi diperoleh? Bagaimana pendidikan, mindset anak tentang harta dari orang tuanya? Apakah…dan apakah. Semoga cerita ini memberikan inspirasi. Wallahu’alam




[1] Nak, saya minta rokok satu
[2] Waduh, pak, saya tidak pernah merokok jadi tidak punya
[3] Terima kasih, Nak, ini kamu sedang penen jagung?
[4] Memanggul
[5] Iya, Pak
[6] Semoga kamu mendapat rezeki yang banyak dan berkah
[7] Tanah yang dibeli ketika sudah pensiun. Ketika sudah tua. mereka bosan dengan aktifitas sehari-hari karena sudah tidak diperbolehkan oleh anaknya untuk bekerja, jadi, agar tidak bosan, mereka biasanya menggarap tanah dengan tujuan agar bisa menyalurkan hobi dan sebagai hiburan, karena kebutuhannya sudah dicukupi oleh sang anak. Biasanya untuk membuat mereka tetap aktif dan sehat.
[8] Berjalan berkeliling desa
[9] Enggak capek, Mbah?
[10] Lah, saya menunggang kuda putih kok

Rabu, 23 Maret 2016

Pengalaman Pertama Microteaching


Rasa-rasanya baru kemarin saya menjadi mahasiswa baru, ternyata sudah hampir semester akhir. Waktu memang tidak memberikan kompromi, siap dan tidak siap, mau dan tidak mau, semuanya harus mau dan siap. Pengalaman microteaching dengan teman-teman sungguh menyenangkan. Saya belajar banyak hal dari apa yang disampaikan teman-teman. saya tidak sadar kalau membuat kesalahan. Ketika supervisi dan observer membuat penilaian, saya memang jujur mengatakan bahwa saya tidak sadar melakukan hal itu. Apa yang saya lakukan? Kata teman, saya sering melihat ke atas, hehehehe….kemudian saya tidak menutup kembali spidol yang telah digunakan. Selain itu, yang saya sadari sendiri adalah, setelah melihat tulisan di papan tulis ternyata miring. Hahahaha…..
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, ini sekaligus catatan kuliah saya:
1.     Mulai dari cara masuk. Badan harus tegak
2.     Berpakaian rapi. Cewek jangan pakai kaos, pakaian harus matching, pakai rok ga boleh warna warni, mencolok, asesoris juga diperhatikan. Bisa-bisa murid fokus pada gurunya, bukan pada materi yang disampaikan. Kalau menurut ilmu yang saya pelajari, jangan memakai asesoris lebih dari tiga. Misal nih, udah pakai cintcin dua, kanan dan kiri, jam tangan, gelang, belum nanti brosnya gede. Duh…
Cowok juga harus rapi. Ga boleh dilipat bajunya, kalau bisa pakai ikat pinggang, dasi, g boleh pakai kaos, celana g boleh jins dan ketat, sepatu fantofel, warna juga senada, rambut rapi, g boleh pake kalung.
3.     Ketika sudah di dalam, sikap juga harus tegak dan siap. Tidak boleh miring, bengkok, tapi juga tidak kaku seperti tentara.
4.     Memulai membuka pelajaran, berdoa, presensi. Kata Pak Nanang, bukan mengabsen namun presensi.
5.     Pada waktu memulai pelajaran, bisa dengan apersepsi. Apersepsi bisa dengan bertanya untuk mengaitkan kembali materi yang telah disampaikan, dialakukan atau diketahui. Bisa juga dengan sebuah cerita.
6.      Kuasai materi dengan baik
7.     Berusaha untuk komunikatif
8.     Perhatikan masalah-masalah teknis seperti yang tadi saya sebutkan. Sebelum mengajar, perhatikan papan tulis dalam kondisi bersih, menutup spidol ketika selesai digunakan, menghapus harus searah, tulisan jangan kecil-kecil, ketika menulis di white board jangan sambil berbicara, tulisan rapi, jelas, bisa dilihat oleh semua siswa.
9.     Sikap badan, gesture tubuh, serius, kalau misalnya menggunakan joke-joke juga harus memperhatikan kesopanan dan umur anak.
10.Yang paling sering itu menggunakan kata e…e…., atau mengulang kata-kata yang sama. Tadi teman saya ada yang menghitungnya. Wah, lucu juga ya…
11. Suara jangan lembut. Harus bisa menjangkau seluruh kelas
12. Untuk menutup pelajaran juga harus jelas, tidak samar-samar, bisa dilakukan oleh guru maupun siswa tahu bersama-sama.
13.Tatap mata siswanya. Tapi biasanya grogi tuh? Supaya g grogi, tatap saja jidatnya. Jangan matanya kalau kamu g kuat. Bisa-bisa grogi.
14.  Semua itu perlu latihan terus menerus, jam terbang juga menentukan kualitas.
Saya dan teman-teman baru pertama kali microteaching, sungguh ilmu yang saya dapatkan luar biasa. Jadi tahu kekurangan dan kelebihan yang tidak saya sadari. Terima kasih buat teman-teman PPL 1 kelompok 11 dan dosen pembimbing Pak Nanang Nuryanta. Semoga ilmu kita bermanfaat. Amin. 

Selasa, 22 Maret 2016

Hukum Mengucapkan Hari Raya Bagi Kepada Non Muslim (Tahni’ah)


Alhamdulillah tadi pembahasan fiqh kontemporer pada pagi hari ini memberikan pencerahan. Terima kasaih kepada Dani dkk yang telah meberikan pencerahan kepada kami. Bagaimana sikap kita jika kita diberi ucapan selamat hari raya dari saudara kita yang non muslim? Bagaimana hukum memakan makanannya? Bagaimana menjual barang-barang yang dijual untuk hari raya non muslim? Apakah kita boleh mengikutinya? Dan bagaimana sikap kita jika sebagi pejabat pemerintah dan ditugaskan untuk menghadiri perayaan keagamaan? Itu semua tadi adalah beberapa pertanyaan yang muncul ketika diskusi. Kita akan bahas satu persatu.
Kesepakatan para ulama hukumnya haram apalagi keempat imama mahzab karena mengucapkan selamat sama saja dengan selamat atas peribadatan mereka dan bagi orang muslim, sama saja dengan ridho dengan kekufuran mereka. Tahni’ah tidak diperbolehkan. Kita boleh berhubungan kepada non muslim dalam hal mu’amalah dan mu’asyaroh. Hal ini sudah pernah dicontohkan oleh baginda nabi. Nabi pernah meminta petunjuk jalan kepada kafir Qoraisy, pernah berhutang kepada orang Yahudi.
Dari ulama salaf: haram, mengucapkan maupun marayakannya. Bahkan menolong pun tidak boleh. MUI mengharamkan merayakan Natal bersama namun tidak mengapa mengucapkan selamat Natal.
Ada juga aulama yang tidak melarang mengucapkannya jika pemeluk agama lain itu mengucapkannya kepada kita namun haram dalam mengikuti ritualnya. Majelis ulama Eropa memperbolehkannya.
Dan bagaimana jika memperjualbelikan barang-barang peralatan untuk perayaan non muslim, itu tidak boleh karena sama saja dengan membantu mereka. Namun ada yang mengatakan boleh karena untuk memenuhi kebbutuhan sehari-hari. Nah, bagaimana dengan pejabat yang diutus oleh pemerintah untuk menghadirinya? Bersikap netral saja tapi tidak ikut-ikutan. Namun alangkah lebih baiknya jika meminta wakil dari agama yang sama dengan mereka. Ini lebih aman
Nah, bagaimana menerima makanan dari mereka? Tergantung dari makananya, kalau makanannya seperti gula, minyak, kue kering, ya terima aja. Namun untuk makanan yang mengandung unsur haram, tidak boleh diterima.
Menarik yang disampaikan oleh teman saya, Novita, beliau menyarankan, kalau kita ragu-ragu, mending diterima kemudian diberikan kepada teman yang seagama dengan mareka. Kalau dibuang kan mubadzir to.
Namun, alangkah lebih baiknya jika kita melihat bahwa walaupun kita tidak memilki niat apapun, toh hanya ucapan, kita perlu ingat bahwa apapun yang kita lakukan akan dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan. Bahkan pernyataan seorang  pendeta yang sangat menarik bahwa Natal sama dengan kalahiran yesus, kelahiran anak Tuhan. Lalu pilih yang mana kita?
Kalau pendapat saya melihat dari berbagai pendapat diatas, saya memilih untuk tidak dengan alasan bahwa mengucapakannya sama saja menyetujui apa yang dilakukan mereka. Perbuatan penglihatan, pendengaran akan kita pertanggungjawabkan.  

Senin, 21 Maret 2016

Orang-Orang yang Menginspirasi


Assalamualaikum pagi ini sahabat-sahabat semua, Ulufi mau bercerita tentang pengalaman bertemu dengan orang-orang hebat yang menginspirasi dalam perjalanan hidup ini. Tadi pagi sehabis jogging, bukan joging sih, lebih tepatnya jalan-jalan pagi, ulufi membeli sayur ditempat biasa beli, abang-abang sayur. Saat itu yang teringat di benak adalah, tulisan yang ditulis oleh kontributor  majalah ummi online yang isinya adalah dosa ibu-ibu dengan tukang sayur, disitu dikatakan atau ditulis bahwa kita seringkali meminta diskon dengan harga yang sangat miring, menitip dahulu baru bayar kemudian, bahkan barang yang kita beli tidak mau kita ambil karena tidak sesuai dengan apa yang kita pesan. Tentu saja hal ini sangat merugikan abang/ibu tukang sayur. Mengapa? Karena, modal yang seharusnya untuk membeli dagangan lain, dipakai untuk membeli pesanan kita, alhasil, mereka hanya bisa kulakan sedikit. Ya Allah, ngenes saya mendengar hal ini. Modalnya seberapa sih mereka? Tega-teganya kita ngutang, nawar serendah-rendahnya? Kalau beli di supermarket saja kita g pernah ngutang (g boleh kok! Protes), seharusnya untuk mereka, janganlah ngutang. Sebenarnya mereka juga tidak mau diutangi, karena modal kecil, malu buat nagih, iya kan? Belum kalau kita nawar, waduh, bangga dapet harga murah, sedangkan tukang sayurnya tidak rela. Alias kepaksa. Udah deh, mulai sekarang, jangan pernah nawar kelewatan ya. Kasihan mereka.
Nah, yang jualan di komplek dimana saya kos adalah masih muda, saya taksir, usianya 28 atau 25 an. Saat itu saya membeli buncis dan tempe. Jumlah keduanya adalah lima ribu. Saya memang sengaja tidak menawar dan g ada niat untuk itu. Saya ingat apa yang telah saya baca. Dan iseng saya bertanya kepada mas-mas ini.
“Mas nya berangkat jam berapa?”
 “Jam dua, Mbak”
 Gubrak!!!
Ya ampun. Saat itu saya agak mewek, apa yang masih saya lakukan pada pukul dua itu? Saya masih saja tidur sementara mas ini, ibu, mbak-mbak yang lain telah beraktifitas untuk menyambut paginya mencari rizkinya sedangkan saya? Heh….bahkan saya kadang harus tambah untuk tidur lagi. Saya jadi mikir, coba masnya terlambat lima menit atau setengah jam saja, beliau tidak sampai sini jam lima, itu berarti akan kehilangan pelanggan. Anak-anak dan suami-suami tidak sarapan karena sang ibu belum belanja. Saya  jadi teringat dosen saya, Bu Siska, bangun jam dua dengan anak masih kecil berusia satu tahun dan tiga tahun yang bangun pukul dua pagi, ada April yang harus sudah menyelesaikan tugas kuliah jam lima sore dan menghafal alquran, padahal beliau jurusan farmasi. Heh, hidup saya dikelilingi dengan orang yang menginspirasi tetapi mengapa saya tidak bisa seperti mereka? Alibi apa lagi yang akan saya katakan, Allah, tolong saya.

Mahasiswa Muslim Berkontribusi

Mahasiswa Muslim Berkontribusi
Dewasa ini, perkembangan pendidikan di Indonesia sungguh memprihatinkan. Ibarat sebuah rumah, pondasi, dinding dan atap rumahnya belum sempurna. Namun kita tidak boleh berhenti untuk berkeinginan, berharap, memohon dan berdoa pendidikan mampu menjalankan fungsinya sebagai alat untuk menjadikan manusia Indonesia menjadi dewasa dalam segala bidang kehidupan. Dewasa jasmani, rohani, intelektual dan yang tak kalah penting adalah dewasa perkembangan perilakunya. Pendidikan yang diharapkan mampu membuat seseorang menjadi pribadi yang matang dari berbagi sisi, ternyata belum menjadi kenyataan. Hal inilah yang membuat pendidikan di Indonesia belum berhasil dari keinginan dan harapan. Pendidikan melahirkan manusia yang hanya cerdas (baca: hanya kemampuan kognisi yang dipentingkan) mengabaikan sisi kemanusiaan dan hal lainnya. Banyak kasus yang membuat kita tercengang, orang di Indonesia itu yang korupsi bukan orang yang bodoh, namun mereka orang-orang yang kecerdasannya tidak diragukan lagi. Inilah PR kita bersama, menjadikan pendidikan moral sebagai salah satu hal yang perlu kita garap dengan serius. Memang, Disatu sisi pendidikan diharapkan melahirkan manusia yang cakap, ahli dan professional di bidangnya (melihat banyaknya pengangguran di Indonesia adalah orang yang berpendidikan tinggi) seharusnya tidak melupakan sisi yang lainnya.
Budaya masyarakat di Indonesia yang materialistis juga mendukung ketidakberhasilan pendidikan. Pandangan masyarakat yang menjadikan materi menjadi tolok ukur keberhasilan seseorang dalam pendidikan inilah yang menyebabkan seseorang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Apakah tujuan dari pendidikan akan terwujud jika sekolah hanya agar menjadi orang yang kaya? Sekolah hanya untuk mandapatkan ijazah?  Tentu saja hasilnya akan lain, ilmu yang didapatkan tidak akan terserap sampai ke pemahaman, hanya sebagai penggugur kewajiban, dan manusia yang dihasilkan adalah manusia yang egois, mementingkan dirinya sendiri, tidak peduli apa yang terjadi di masyarakat sekitarnya. Agaknya, paradigma  inilah yang perlu kita bangun kembali, membuat diri menjadi pribadi yang sadar dan tahu keberadaan dirinya untuk apa.
Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Keberadaannya dibutuhkan, ketiadaannya dirindukan karena begitu berjasanya orang itu bagi manusia lain. Pertanyaan selanjutnya adalah sudahkah kita manjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain? Keberadaan kita dibutuhkan oleh lingkungan  sekitar? Sumbangan apa yang telah kita berikan kepada orang lain?
Bertolak dari hadits tersebut diatas sebagai remaja muslim, kita harus menjadi orang yang selalu bergerak, tidak diam, apatis dan statis dalam dunia pendidikan. Bergerak berarti memberi manfaat, memberikan kontribusi sebagai mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat apapun bentuknya. Jika hal ini ada dalam diri setiap mahasiswa, yang terjadi adalah munculnya sifat peduli, tanggung jawab, toleran dan tidak mementingkan diri sendiri sehingga menghilangkan  rasa keakuan dan keegoisan.  Yang ada adalah perasaan untuk menjadi bagian, ambil bagian, manjadi orang yang utama dalam hal kebaikan. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk menjadi mahasiswa yang mampu manggerakkan adalah berprestasi. Hal yang harus kita tahu bahwa prestasi bukan hanya juara ini itu, lomba A, B dan C namun hakikat dari prestasi adalah kontribusi yang nyata dalam dunia masyarakat. Tidak ada artinya prestasi yang banyak dari tingkat RT sampai internasional jika tidak ada kontribusi, berperan dalam perkembangan masyarakat. Bukankah kita bagian dari masyarakat yang nantinya akan kembali ke masyarakat? Bergerak dan menggerakkan berarti ikut serta dalam pergerakan, ikut andil, bagian tidak hanya mementingkan diri sendiri tetapi juga bergabung dan menjadi perubahan dalam masyarakat. Kata menggerakkan bukan hanya diri kita saja yang bergerak tetapi juga mengajak orang lain untuk menjadi orang yang lebih baik. Beberapa hal yang harus kita lakukan agar menjadi pribadi yang mampu manggerakkan diantaranya seperti yang dikemukakan oleh KH Abdullah Gymnastiar, dengan rumus 3 M. Pertama, mulai dari diri sendiri, bagaimana akan mengubah orang lain jika diri kita sendiri tidak mau dan berusaha untuk berubah dan menjadi lebih baik. Kedua, mulai sekarang juga, jangan menunda-nunda. Dan yang terakhir mulai dari yang kecil. Jangan memimpikan perubahan yang besar suatu bangsa jika hal yang kecil saja tidak mampu kita ubah.      


SEMANGAT ULUFI!


Pernahkah teman-teman kagum dengan diri sendiri karena mampu malakukan tugas atau pekerjaan yang tidak mungkin dilakukan oleh kita? Seakan-akan kita tidak percaya dengan kemampuan yang kita milki. “Kok aku bisa sih” “Sempat ragu, ternyata, aku bisa!” Ternyata kita hebat. Lebih jauh luar biasa dari bayangan dan perkiraan kita.
Seseorang pernah bercerita kepada saya tentang kemampuan tersebut. Dia tidak percaya. Tidak mungkin melakukan hal yang menurutnya sangat tidak masuk akal. Begini ceritanya. Kita sebut namanya Niva. Niva ini adalah seorang mahasiswa semester empat  dari sebuah Perguruan Tinggi di kota gudeg. Dia ini kadang pede dan kadang tidak. Suatu hari di organisasi yang dia ikuti mengadakan kegiatan di luar kampus. Semacam up grading begitu. Tidak masalah buatnya pergi up grading namun yang membuat nyalinya menciut adalah membawa motor. Hal itu dilakukan untuk menghemat biaya. Niva bisa membawa motor namun yang membuatnya takut adalah bagaimana jalan yang harus dilewati. Dia sebenarnya sudah bisa mengendarai motor sejak lulus SMA, namun masih saja deg-degan, grogi kalau harus melalui jalan yang curam, naik tinggi, jalan jelek apalagi kalau harus memboncengkan teman.
Hal yang ditakutkan terjadi. Dia harus memboncengkan temannya dan jalan yang harus dilewati adalah daerah pegunungan yang jalannya bisa dibilang tiga puluh persen berlubang dan tentu saja naik-naik ke puncak gunung. Belum ditambah tanjakan, mendung, berkabut dan sisi kanan dan kiri jurang. Ngeri membayangkannnya.
Namun sungguh ajaib. Ternyata Niva bisa mengalahkan semua itu, sempat ragu, takut.  Bahkan dia bisa memboncengkan temannya dan selamat sampai tujuan. Tentu saja, selama perjalanan deg-degan terus, bayangan masuk ke jurang kadang ada dalam kepalanya.
Saya tidak mau menyimpulkan pelajaran apa yang bisa kita ambil. Namun yang akan saya garis bawahi adalah, tetap semangat Ulufi cantik. Hehehehe, g ada yang muji sih, jadi muji diri sendiri.

Jumat, 18 Maret 2016

Tulisan Iseng




“Iya bu, ini bannya bocor” kata seorang mahasiwi yang aku tanyain ketika sama-sama menambalkan ban
“Ini bu, sayurannya, masih segar-segar”
Itu kata seorang ibu di pasar ketika aku beli sayur
“Maaf, permisi, bu, mau ambil aqua”
Ini kata seorang cowok ketika di mau mengambil aqua gelas dihadapanku
Sempat senyum-senyum, ngelus dada dan nangis bombay (hahahah, g lah, biar lebay dikit. Heheheh…)
Setua itukah aku?
Aku masih mahasiswi semester enam lho. Umur  juga, masih muda. Belum tiga puluh masih muda kan? Hehehehe… Tapi cukup sedih ketika dipanggil dengan sebutan ibu. G papa sebenarnya, karena emang calon ibu to?
Tapi aku juga sering panggil teman-temanku, terutama di sms manggilnya ibu. Yah, biar kelihatan keibuan gitu. Ada bu dewi, bu vinda, bu fatiha….heheheh
Pertama kali dengar panggilan ibu, waktu aku disapa oleh petugas bank. Sempet kaget. Kok? Tapi aku tahu, itu salah satu cara menghormati orang. Well, hanya sebuah tulisan ringan, semoga bisa menginspirasi. Selamat pagi..