Rabu, 06 April 2016

KOMUNIKASI PENDIDIKAN

Nama         :        Ulufi  Khasanah
Nim            :        13422115
Makul        :        Komunikasi Pendidikan
KOMUNIKASI PEMBELAJARAN TEMATIK
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak mungkin lepas dari komunikasi. Sebagai calon guru, kita juga dituntut untuk bisa berkomunikasi dengan siswa sehingga pelajaran yang disampaikan mudah diterima dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik[1]. Sebelum kita mempelajari tentang pembelajaran tematik, terlebih dahulu kita belajar tentang kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidiakan (KTSP) untuk SD kelas rendah yaitu kelas 1, 2, dan 3 pembelajaran dikemas dengan tema-tema sehingga dikenal dengan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka. Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa[2].
Dengan tema-tema akan memudahkan mengenalkan berbagai konsep kepada peserta didik secara utuh, mudah dan jelas. Hal ini dimaksudkan untuk menyatukan isi kurikulum  dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pengajaran lebih bermakna. Keterpaduan dalam pembelajaran ini bisa dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum dan aspek belajar mengajar. KTSP merupakan kurikulum operasional yang berbasis kompetensi sebagai hasil refleksi, pemikiran, pengkajian, yang mendalam dari kurikulum yang telah berlaku beserta pelaksanaannya. Kurikulum ini bertujuan untuk menciptakan lulusan yang kompeten, cerdas, dalam membangun integritas sosial, serta membudayakan dan mewujudkan karakter nasional.
Dalam pembelajaran tematik, yang merupakan implementasi dari kurikulum KTSP untuk mengajar lebih efektif dan efisien, memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali, mengeksplorasi, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik, autentik, dan berkesinambungan[3].
Tahap perkembangan tingkah laku anak-anak SD dipengaruhi oleh aspek-aspek dalam dirinya dan lingkungan sekitarnya. Kecenderungan anak-anak SD memiliki tiga ciri yaitu integrative, hierarkis dan konkret, proses belajar beranjak dari hal-hal yang mudah dilihat, dibaui, diraba, dan diotak-atik, penekanannya pada lingkungan karena siswa dapat lebih nyata melihat, mengalami yang sebenarnya, lebih faktual, bermakna dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pembelajaran terpadu (Kusnandar: 334)  maksudnya adalah
1.      Pembelajaran yang berangkat dari satu tema tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep-konsep, baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun bidang studi lainnya.
2.      Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia riil disekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
3.      Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan.
4.      Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi atau mata pelajaran yang berbeda dengan harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakna.
Landasan pembelajaran tematik (Rusman: 255-256) adalah
Filosofis, kemunculan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh aliran progresivisme,  konstruksivisme dan humanisme. Aliran progresifisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruksivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experience) sebagai kunci pembelajaran. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi tapi suatu proses yang berkembang terus-menerus. Aliran humanisme melihat setiap siswa memiliki keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. Sehingga adanya pembelajaran yang bersifat klasikal juga individual, pengakuan adanya siswa yang lambat dan cepat, penyikapan adanya sesuatu yang unik pada diri siswa baik individual maupun dalam sosial kemasyarakatan.
Landasan psikologis, adalah psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan dalam menentukan isi materi pembelajaran agar tingkat keluasan dan kedalaman sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana cara siswa tersebut mempelajarinya.
Landasan yuridis, UU No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajarannya dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). Dan dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b). Selain itu juga pembelajran tematis juga harus mempertimbangkan landasan sosial budaya, perkembangan IPTEK dan seni.
Ruang lingkup pembelajaran tematik
Ruang lingkup pebelajaran tematik meliputi, seluruh mata peajaran pada kelas 1,2,3 sekolah dasar, yaitu pada mata pelajaran pendidikan agama, bahasa Indonesia, metermatika, IPA, pendidikan kewarganegaraan, IPS, seni budaya dan keterampilan, serta pendidikan jasmani dan kesehatan.
A.    Karakteristik dan Implikasi Pembelajaran Tematik
Karakteristik pembelajaran tematik adalah (Rusman: 258-259):
1.    Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered) sehingga siswa sebagai  subjek bukan sebagai objek penderita. Sebagai subjek, siswa bebas untuk bereksperimen, berkreasi, berinovasi dan mengembangkan apa yang diperolehnya. Guru hanya sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Bisa diibaratkan bahwa siswa bukan sebagai gelas kosong namun gelas yang sudah berisi, guru hanya memberikan sedikit warna.
2.    Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung, siswa diharapkan dapat memahami hal-hal yang abstrak sebagai sesuatu yang nyata.
3.    Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4.    Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Dengan hal ini, diharapkan siswa mempunyai pemahaman secara utuh mengenai beragi konsep sehingga dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
5.    Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat fleksibel, maksudnya adalah, guru dapat mengaitkan
mata pelajaran yang satu dengan yang lain atau dapat menghubungkan pelajaran
sekolah dengan permasalahan sehari-hari antara siswa dengan lingkungannya.
6.    Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa karena siswa memiliki kesempatan, kebebasan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
7.    Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan sehingga siswa tertarik dan tidak bosan karena metode yang digunakan bervariatif.
Implikasi pembelajaran tematik
Keberberhasilan pembelajaran tematik dipengaruhi oleh sejauh mana konsep pembelajaran direncanakan sesuai kondisi, potensi siswa (minat, bakat, kebutuhan, kemampuan). Dalam merancang pembelajaran tematik ada dua cara yaitu, menetapkan terlebih dahulu tema-tema tertentu yang akan diajarkan, mengidentifikasikan dan memetakan kompetensi dasar pada beberapa mata pelajaran yang diperkirakan relevan dengan tema-tema tersebut. Kemudian dimulai dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang memiliki hubungan, dilanjutkan dengan penetapan tema pemersatu.
Implikasi pembelajaran tematik
Bagi guru:
Guru harus kreatif dan inovatif baik konseptual maupun praktikal sehingga, hal pertama yang dilakukan guru adalah memahami model pembelajaran kini.
Bagi siswa: siswa sebaiknya menyadari pembelajaran ini menjadi pembelajaran yang bermakna. Kesiapan dan keterkaitan antara meteri yang satu dengan yang lainnya
Implikasi buku ajar
Implikasi terhadap sarana prsarana, sumber belajar, media pembelajaran yang terintegrasi antara satu dengan yang lain dan kehidupan. Bahan ajar berpangkal dari tema-tema yang melekat dalam kehidupan siswa dan lingkungannya.
Implikasi terhadap sarana dan prasarana, sumber belajar, dan media pembelajaran
Tersedianya sumber belajar yang lengkap dengan peneglolaan yang profesional baik yang sifatnya di desain secara khusus untuk keperluan pembelajaran (by design) maupun yang tersedia di lingkungan namun bisa dimanfaatkan (by utilization). Agar pengelolaan sumber belajar berjalan dengan baik, pada masing-masing sekolah perlu didirikan suatu pusat sumber belajar (learning resource center) yang merupakan tempat yang dirancang khusus untuk melaksanakan aktivitas terorganisasi dalam mendesain, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola, mengevaluasi, dan meneliti berbagai sumber untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penerapan pembelajaran tematik[4].
B.     Rambu-rambu yang harus diperhatikan dalam pembelajaran tematik:
1.    Tidak semua mata pelajaran dipadukan.
2.    Dimungkinkan terjadi penggabungan lintas semester.
3.    Jangan memaksakan kompetensi yang tidak dapat dipadukan.
4.    Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan dengan cara tersendiri.
5.    Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, berhitung, menulis dan nilai moral.
6.    Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan kerakteristik tempat, siswa, lingkungan dan daerah setempat.
Prinsip-prinsip dalam pemilihan
Dalam menyusun pembelajaran tematik, harus memperhatikan:
1.    Kedekatan, maksudnya adalah pemilihan tema dipilih dimulai dari tema yang terdekat dengan anak, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan siswa dalam belajar.
2.    Kesederhanaan, maksudnya adalah tema yang dipilih dimulai dari tema-tema yang sederhana kemudian kearah yang rumit.
3.    Kemenarikan, maksudnya adalah tema yang dipilih dari tema ynag menarik terlebih dahulu kemudian dilanjutkan ke tema yang tidak menarik. Hal ini bertujuan agar siswa tidak terlebih dahulu bosan dengan materi pelajaran.
4.    Keinsidentalan, maksudnya adalah peristiwa atau kejadian di sekitar anak yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung hendakyna dimasukkan dalam pembelajaran walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih hari itu.
Kelebihan pembelajaran tematik
Pembelajaran tematik memiliki kelebihan (Kusnandar: 337-338) sebagai berikut:
1.    Menyenangkan karena berdasarkan pada minat dan  kebutuhan siswa.
2.    Memberikan pengalaman dan KBM yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. Sehingga peserta didik kaya akan pengalaman.
3.    Hasil belajar akan bertahan lama karena berkesan dan bermakna bagi pesserta didik.
4.    Mengembangkan keterampilam berpikir karena sesuai dengan persoalan yang dihadapi.
5.    Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.
6.    Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
7.    Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan permasalahan yang dihadapi peserta didik.
C.      Langkah-Langkah Menentukan Tema Dalam Pembelajaran Tematik
1.    Mengidentifikasi tema yang seusuai dengan hasil belajar dan indikator dalam kurikulum.
2.     Menata dan mengurutkan tema berdasarkan prinsip-prinsip pemilihan tema.
3.    Menjabarkan tema ke dalam sub-sub tema agar cakupan tema tidak terlalu luas.
4.    Memilih subtema yang sesuai
Tujuan dari pemilihan tema agar peserta didik dapat:
1.    Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu, agar peserta didik lebih fokus terhadap tema itu.
2.    Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.
3.    Lebih bersemangat dalam belajar.
4.    Merasakan manfaat dan kegunaan yang disajikan dalam tema yang jelas.
5.    Mengembangkan kompetensi berbahasa dengan mata pelajaran dan pengalaman peserta didik.
6.    Menghemat waktu karena pelajaran yang disajkan terpadu.
7.     Pemahaman siswa lebih bermakna dan berkesan.
8.    Budi pekerti dan moral dapat ditumbuhkan dengan mengangkat berbagai permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Tahapan dalam penyusunan pembelajaran tematik
1.    Pemetaan Kempetensi dasar
Menentukan kompetensi dasar dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh dari semua standar keompetensi dasar dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan. Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara:
1.    Mempelajari kompetensi dasar yang terdapat pada masing-masing pelajaran kemudian  mengidentifikasi keompetensi dasar dari berbagai pelajaran yang ingin dipadukan.
2.    Menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang cocok dengan tema yang ada.
Keduanya harus menentukan tema terlebih dahulu sebagai pemersatu dari standar kompetensi dari setiap mata pelajaran yang diapadukan.
Contoh kompetensi dasar yang akan dipadukan
Bahasa Indonesia
Matematika
Pengetahuan Alam
Kerajinan Tangan Dan Kesenian
Mendengarkan
Bilangan cacah sampai dengan angka tiga
Makhluk hidup dengan proses kehidupan
Rupa:gambar dan ekspresi
Berbicara

Energi dan perubahannya
Gambar imajinatif
Membaca


Objek imajinatif
Menulis


Ritme (warna, garis)

Yang dicetak tebal adalah materi yang akan dipadukan
Contoh kompetensi dasar yang telah dipadukan
Bahasa Indonesia
Matematika
Pengetahuan alam
Kerajinan tangan dan seni rupa
Mendiskripsikan binatang di sekitar secara lisan
Memahami konsep urutan bilangan cacah
Mendiskripsikan bagian-bagian yang tampak pada hewan di sekitar rumah dan sekolah
Menanggapi berbagai unsur rupa: bintik, garis, bidang, warna dna bentuk

2.    Menetapkan jaringan tema
Setelah melakukan pemetaan, dapat dibuat jaringan tema yang menghubungkan kompetensi dasar dengan tema pemersatu dan mengembangkan indikator pencapaiannya untuk setiap kompetensi dasar yang dipilih. Dalam  menentukan tema harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa, dari yang mudah menuju yang sulit, dari yang sederhana menuju yang kompleks, dari yang abstrak menuju yang konkret, tema yang dipilih membuat siswa selalu berpikir, ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia, perkembangan, minat, kebutuhan dan kemampuan siswa. Tema yang baik, ia tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.
Contoh: tema hewan
Dapat dikembangkan menjadi hewan pemakan daging, pemakan tumbuhan dan pemakan segala. Tema film, dapat dikembangkan menjadi film komedi, film kolosal, film drama dan lain sebagainya.
Matriks hubungan materi antarmata pelajaran
Mata Pelajaran
Kompetensi Dasar
Indikator
Bahasa Indonesia
Mendiskripsikan binatang disekitar
Menirukan gerak dan suara binatang tertentu. Menjelaskan ciri-ciri binatang secara rinci (nama, cirri khasnya, suaranya, habitatnya) dengan pilihan kata yang runtut
Membaca dan melengkapi teks pendek yang dilengkapi dengan gambar.
Pengetahuan Alam
Mendiskripsikan bagian-bagian hewan yang tampak pada hewan disekitar rumah dan sekolah
Membuat daftar bagian-bagian utama tubuh hewan (kucing, burung, ikan) dan kegunaannya dari hasil pengamatan.
Menirukan suara hewan yang berada di lingkungan sekitar.
Menggambar sederhana hewan dan menamai bagian-bagian utama tubuh hewan.
Menceritakan cara hewan bergerak berdasarkan pengamatan. Misalnya menggunakan kaki, perut, sayap, sirip.
Matematika
Memahami konsep urutan bialangan cacah
Menyebutkan banyaknya benda
Membaca dan menulis
Kerajinan Tangan dan Kesenian
Menanggapi berbagai unsur rupa, bintik, garis, bidang, warna bentuk. 
Mengungkapkan perasaan ketertarikan pada objek yang diamati dari berbagai unsur rupa dan perpaduannya.

3.    Penyusunan silabus pembelajaran tematik
Silabus dikembangkan dari jaringan tema, berlaku tergantung pada keluasan dan kedalaman kompetensi yang diharapkan. Silabus berarti garis-garis besar, ringkasan, ihtisar, atau pokok-pokok isi materi pembelajaran.penyesunan silabus berdasarkan pada matriks/bagan keterhubungan yang telah dikembangkan. Format silabus disusun dalam bentuk matriks dan memuat mata pelajaran yang akan dipadukan, kompetensi dasar, indikator, yang akan dicapai, pengalaman belajar, materi pokok, strategi, langkah-langkah pembelajaran, alokasi waktu yang dibutuhkan dan sumber bahan pustaka yang dijadikan rujukan.
4.    Penyusunan rencana pembelajaran/desain pembelajaran tematik.
Tahap akhir dari penyusunan perencanaan pembelajaran tematik adalah menjabarkan silabus ke dalam rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP merupakan penjabaran lebih terperinci dari silabus yang dipergunakan untuk satu kali pertemuan. Komponen pembelajaran tematik meliputi :
a.       Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
b.      Kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai
c.       Materi pokok dan uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
d.      Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator yang tertuang dalam pembukaan inti dan penutup). Contoh dalam pembukaan, pre test, apperception.
e.       Alat dan media yang digunakan serta sumber bahan.
f.       Penilaian dan tindak lanjut.
5.      Pengelolaan kelas
Pembelajaran tematik dapat berlangsung dengan baik dan opimal jika memperhatikan hal-hal berikut ini:
a.       Mengatur ruangan
Ruangan diatur sedemikian rupa sesuai dengan tema yang sedang dilangsungkan. Contoh: saat itu sedang dilangsungkan pembelajaran dengan tema hewan. Maka kelas perlu dilengkapi dengan gambar hewan. Bangku-bangku disesuaikan dengan suasana belajar, bisa juga siswa tidak harus duduk di bangku, kegiatan bisa dilakukan diluar kelas, jadi tidak hanya di dalam kelas, dinding kelas bisa dimanfaatkan sebagai sumber belajar dan memajang hasil karya siswa, alat, sarana dan prasaran bisa digunakan dan disimpan dengan baik sehingga bisa digunakan kembali.
b.      Metode yang digunakan
Metode yang digunakan dalam pembelajaran tematik antara lain, pemberian tugas, proyek, karya wisata, bermain peran, demonstrasi, percobaan sederhana, bercakap-cakap, tanya jawab, peserta didik bercerita, guru bercerita suasana belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan.
c.       Pengelolaan kegiatan
Kegiatan dapat dilaksanakan dengan klasikal, kelompok, berpasangan maupun perseorangan (Kusnandar: 347)
Dalam buku (Rusman: 274-281) ditambahkan bahwa:
a.       Pemilihan media pembelajaran
Pemilihan media pembelajaran bisa berupa gambar, media yang mengandung pesan (audio), audio visual.
b.      Penilaian
Prinsip penilaiannnya adalah prinsip integral dan komprehensif yaitu penilaian dilakukan secara utuh dan menyeluruh terhadap semua aspek pembelajaran, baik pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan nilai. Prinsip kesinambungan yaitu, penilaian dilakukan secara berencana terus menerus dan bertahap untuk memperoleh perkembangan tingkah laku siswa sebagai hasil dari kegiatan belajar. Prinsip objektif, yaitu penilaian dilakukan dengan alat ukur yang andal dan dilaksanakan secara objektif. Objek penilaian dari pembelajaran tematik adalah proses belajar dan hasil belajar dengan kriteria tertentu.
Jenis dan alat penilaian: jenis penilaian dilihat dari alatnya yaitu tes dan bukan tes. teknik tes meliputi, tes tertulis, wawancara dan test tindakan, yang meliputi cara pengumpulan kerja siswa (portofolio), penugasan, hasil karya, kinerja dan tes tertulis. Teknik yang bukan tes berupa catatan sekolah, cuplikan kerja, portofolio, wawancara, observasi, jurnal dan catatan anekdot yang merupakan catatan pengamatan informal yang menggambarkan perkembangan bahasa maupun perkembangan sosial, kebutuhan, kelebihan, kekurangan, kemajuan, gaya belajar, keterampilan dan strategi yang digunakan siswa yang berkaitan apa saja yang tampak bermakna ketika dilakukan pengamatan.
c.       Pelaporan hasil penilaian
Merupakan laporan pertanggungjawaban kepada orang tua, siswa, komite sekolah, atasan, masyarakat dan instansi terkait.
Guru tak perlu untuk memaksakan tema jika tidak bisa dikaitkan. Jika bisa dikaitkan dengan tema, akan jauh lebih baik. Pemilihan tema jangan menjadi penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran tematik dan tidak perlu dipaksakan masuk dalam tema. Setelah tema dan jaringan topik tersedia, langkah selanjutnya mempersiapkan model pembelajaran sehari (lebih rinci) sebagai pegangan guru dalam  melaksanakan pembelajaran.

















DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 1987. Pendekatan Baru Strategi Belajar-Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: CV Sinar Baru
Kusnandar. 2007. Guru Professional Implementasi KTSP Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Rusman, 2014. Seri Menagemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.












.




[1] Oemar, Hamalik. 1987. Pendekatan Baru Strategi Belajar-Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: CV Sinar Baru. Hlm 287.

[2] Kusnandar. 2007. Guru Professional Implementasi KTSP Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT  Raja Grafindo Persada. Hlm  334.
[3] Rusman. 2014. Seri Managemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembeajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Hlm 254.

[4] Ibid, Hlm. 281-283

Tidak ada komentar:

Posting Komentar