Nama : Ulufi
Khasanah
Nim : 13422115
Makul : Komunikasi Pendidikan
KOMUNIKASI PEMBELAJARAN TEMATIK
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak
mungkin lepas dari komunikasi. Sebagai calon guru, kita juga dituntut untuk
bisa berkomunikasi dengan siswa sehingga pelajaran yang disampaikan mudah
diterima dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran adalah
proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik[1].
Sebelum kita mempelajari tentang pembelajaran tematik, terlebih dahulu
kita belajar tentang kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidiakan (KTSP) untuk SD kelas rendah yaitu kelas 1, 2, dan 3 pembelajaran
dikemas dengan tema-tema sehingga dikenal dengan pembelajaran tematik. Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu
materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka. Model
pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan tematik yang melibatkan beberapa beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa[2].
Dengan tema-tema akan memudahkan mengenalkan
berbagai konsep kepada peserta didik secara utuh, mudah dan jelas. Hal ini
dimaksudkan untuk menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya
perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pengajaran lebih bermakna.
Keterpaduan dalam pembelajaran ini bisa dilihat dari aspek proses atau waktu,
aspek kurikulum dan aspek belajar mengajar. KTSP merupakan kurikulum
operasional yang berbasis kompetensi sebagai hasil refleksi, pemikiran,
pengkajian, yang mendalam dari kurikulum yang telah berlaku beserta
pelaksanaannya. Kurikulum ini bertujuan untuk menciptakan lulusan yang
kompeten, cerdas, dalam membangun integritas sosial, serta membudayakan dan
mewujudkan karakter nasional.
Dalam pembelajaran tematik, yang merupakan
implementasi dari kurikulum KTSP untuk mengajar lebih efektif dan efisien, memungkinkan
siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali, mengeksplorasi,
dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik, autentik, dan berkesinambungan[3].
Tahap perkembangan tingkah laku anak-anak SD
dipengaruhi oleh aspek-aspek dalam dirinya dan lingkungan sekitarnya. Kecenderungan
anak-anak SD memiliki tiga ciri yaitu integrative, hierarkis dan konkret, proses
belajar beranjak dari hal-hal yang mudah dilihat, dibaui, diraba, dan
diotak-atik, penekanannya pada lingkungan karena siswa dapat lebih nyata
melihat, mengalami yang sebenarnya, lebih faktual, bermakna dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Pembelajaran terpadu (Kusnandar: 334) maksudnya adalah
1. Pembelajaran yang berangkat
dari satu tema tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk memahami
gejala-gejala dan konsep-konsep, baik yang berasal dari bidang studi yang
bersangkutan maupun bidang studi lainnya.
2. Suatu pendekatan pembelajaran
yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia riil disekeliling
dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
3. Suatu cara untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan.
4. Menggabungkan suatu konsep
dalam beberapa bidang studi atau mata pelajaran yang berbeda dengan harapan
anak akan belajar lebih baik dan bermakna.
Landasan pembelajaran tematik (Rusman:
255-256) adalah
Filosofis, kemunculan pembelajaran sangat dipengaruhi
oleh aliran progresivisme, konstruksivisme
dan humanisme. Aliran progresifisme memandang proses pembelajaran perlu
ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana
yang alamiah dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruksivisme melihat
pengalaman langsung siswa (direct experience) sebagai kunci
pembelajaran. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi tapi suatu proses yang
berkembang terus-menerus. Aliran humanisme melihat setiap siswa memiliki
keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. Sehingga
adanya pembelajaran yang bersifat klasikal juga individual, pengakuan adanya
siswa yang lambat dan cepat, penyikapan adanya sesuatu yang unik pada diri
siswa baik individual maupun dalam sosial kemasyarakatan.
Landasan psikologis, adalah psikologi perkembangan dan psikologi
belajar. Psikologi perkembangan diperlukan dalam menentukan isi materi pembelajaran
agar tingkat keluasan dan kedalaman sesuai dengan tahap perkembangan peserta
didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi
pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana cara siswa
tersebut mempelajarinya.
Landasan yuridis, UU No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak
dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajarannya
dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan
minat dan bakatnya (pasal 9). Dan dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan minat, bakat
dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b). Selain itu juga pembelajran tematis juga
harus mempertimbangkan landasan sosial budaya, perkembangan IPTEK dan seni.
Ruang lingkup pembelajaran tematik
Ruang lingkup pebelajaran tematik meliputi,
seluruh mata peajaran pada kelas 1,2,3 sekolah dasar, yaitu pada mata pelajaran
pendidikan agama, bahasa Indonesia, metermatika, IPA, pendidikan
kewarganegaraan, IPS, seni budaya dan keterampilan, serta pendidikan jasmani
dan kesehatan.
A. Karakteristik dan Implikasi
Pembelajaran Tematik
Karakteristik pembelajaran tematik adalah
(Rusman: 258-259):
1. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered)
sehingga siswa sebagai subjek bukan
sebagai objek penderita. Sebagai subjek, siswa bebas untuk bereksperimen,
berkreasi, berinovasi dan mengembangkan apa yang diperolehnya. Guru hanya sebagai
fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan
aktivitas belajar. Bisa diibaratkan bahwa siswa bukan sebagai gelas kosong
namun gelas yang sudah berisi, guru hanya memberikan sedikit warna.
2. Memberikan pengalaman
langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada
siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung, siswa diharapkan
dapat memahami hal-hal yang abstrak sebagai sesuatu yang nyata.
3. Pemisahan mata pelajaran
tidak begitu jelas
Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang
paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari
berbagai mata pelajaran
Dengan hal ini, diharapkan siswa mempunyai pemahaman secara utuh
mengenai beragi konsep sehingga dapat memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat fleksibel, maksudnya
adalah, guru dapat mengaitkan
mata pelajaran yang satu dengan yang lain atau
dapat menghubungkan pelajaran
sekolah dengan permasalahan sehari-hari antara
siswa dengan lingkungannya.
6. Hasil pembelajaran sesuai
dengan minat dan kebutuhan siswa karena siswa memiliki kesempatan, kebebasan
untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
7. Menggunakan prinsip belajar
sambil bermain dan menyenangkan sehingga siswa tertarik dan tidak bosan karena
metode yang digunakan bervariatif.
Implikasi pembelajaran tematik
Keberberhasilan pembelajaran tematik
dipengaruhi oleh sejauh mana konsep pembelajaran direncanakan sesuai kondisi,
potensi siswa (minat, bakat, kebutuhan, kemampuan). Dalam merancang pembelajaran
tematik ada dua cara yaitu, menetapkan terlebih dahulu tema-tema tertentu yang
akan diajarkan, mengidentifikasikan dan memetakan kompetensi dasar pada
beberapa mata pelajaran yang diperkirakan relevan dengan tema-tema tersebut.
Kemudian dimulai dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata
pelajaran yang memiliki hubungan, dilanjutkan dengan penetapan tema pemersatu.
Implikasi pembelajaran tematik
Bagi guru:
Guru harus kreatif dan inovatif baik
konseptual maupun praktikal sehingga, hal pertama yang dilakukan guru adalah
memahami model pembelajaran kini.
Bagi siswa: siswa sebaiknya menyadari
pembelajaran ini menjadi pembelajaran yang bermakna. Kesiapan dan keterkaitan
antara meteri yang satu dengan yang lainnya
Implikasi buku ajar
Implikasi terhadap sarana prsarana, sumber
belajar, media pembelajaran yang terintegrasi antara satu dengan yang lain dan
kehidupan. Bahan ajar berpangkal dari tema-tema yang melekat dalam kehidupan
siswa dan lingkungannya.
Implikasi terhadap sarana dan prasarana,
sumber belajar, dan media pembelajaran
Tersedianya sumber belajar yang lengkap dengan
peneglolaan yang profesional baik yang sifatnya di desain secara khusus untuk
keperluan pembelajaran (by design) maupun yang tersedia di lingkungan
namun bisa dimanfaatkan (by utilization). Agar pengelolaan sumber
belajar berjalan dengan baik, pada masing-masing sekolah perlu didirikan suatu
pusat sumber belajar (learning resource center) yang merupakan tempat yang
dirancang khusus untuk melaksanakan aktivitas terorganisasi dalam mendesain,
mengembangkan, memanfaatkan, mengelola, mengevaluasi, dan meneliti berbagai
sumber untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penerapan pembelajaran
tematik[4].
B. Rambu-rambu yang harus
diperhatikan dalam pembelajaran tematik:
1. Tidak semua mata pelajaran
dipadukan.
2. Dimungkinkan terjadi
penggabungan lintas semester.
3. Jangan memaksakan kompetensi
yang tidak dapat dipadukan.
4. Kompetensi dasar yang tidak
tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun
disajikan dengan cara tersendiri.
5. Kegiatan pembelajaran
ditekankan pada kemampuan membaca, berhitung, menulis dan nilai moral.
6. Tema-tema yang dipilih
disesuaikan dengan kerakteristik tempat, siswa, lingkungan dan daerah setempat.
Prinsip-prinsip dalam pemilihan
Dalam menyusun pembelajaran tematik, harus
memperhatikan:
1. Kedekatan, maksudnya adalah
pemilihan tema dipilih dimulai dari tema yang terdekat dengan anak, hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan siswa dalam belajar.
2. Kesederhanaan, maksudnya
adalah tema yang dipilih dimulai dari tema-tema yang sederhana kemudian kearah
yang rumit.
3. Kemenarikan, maksudnya
adalah tema yang dipilih dari tema ynag menarik terlebih dahulu kemudian
dilanjutkan ke tema yang tidak menarik. Hal ini bertujuan agar siswa tidak
terlebih dahulu bosan dengan materi pelajaran.
4. Keinsidentalan, maksudnya
adalah peristiwa atau kejadian di sekitar anak yang terjadi pada saat pembelajaran
berlangsung hendakyna dimasukkan dalam pembelajaran walaupun tidak sesuai
dengan tema yang dipilih hari itu.
Kelebihan pembelajaran tematik
Pembelajaran tematik memiliki kelebihan
(Kusnandar: 337-338) sebagai berikut:
1. Menyenangkan karena
berdasarkan pada minat dan kebutuhan
siswa.
2. Memberikan pengalaman dan
KBM yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
Sehingga peserta didik kaya akan pengalaman.
3. Hasil belajar akan bertahan
lama karena berkesan dan bermakna bagi pesserta didik.
4. Mengembangkan keterampilam
berpikir karena sesuai dengan persoalan yang dihadapi.
5. Menumbuhkan keterampilan sosial
melalui kerja sama.
6. Memiliki sikap toleransi,
komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
7. Menyajikan kegiatan yang
bersifat nyata sesuai dengan permasalahan yang dihadapi peserta didik.
C. Langkah-Langkah Menentukan
Tema Dalam Pembelajaran Tematik
1. Mengidentifikasi tema yang
seusuai dengan hasil belajar dan indikator dalam kurikulum.
2. Menata dan mengurutkan tema berdasarkan
prinsip-prinsip pemilihan tema.
3. Menjabarkan tema ke dalam
sub-sub tema agar cakupan tema tidak terlalu luas.
4. Memilih subtema yang sesuai
Tujuan dari pemilihan tema agar peserta didik dapat:
1. Mudah memusatkan perhatian
pada satu tema atau topik tertentu, agar peserta didik lebih fokus terhadap
tema itu.
2. Mempelajari pengetahuan dan
mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.
3. Lebih bersemangat dalam
belajar.
4. Merasakan manfaat dan
kegunaan yang disajikan dalam tema yang jelas.
5. Mengembangkan kompetensi berbahasa
dengan mata pelajaran dan pengalaman peserta didik.
6. Menghemat waktu karena pelajaran
yang disajkan terpadu.
7. Pemahaman siswa lebih bermakna dan berkesan.
8. Budi pekerti dan moral dapat
ditumbuhkan dengan mengangkat berbagai permasalahan yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari.
Tahapan dalam penyusunan pembelajaran tematik
1. Pemetaan Kempetensi dasar
Menentukan kompetensi dasar dilakukan untuk memperoleh gambaran
secara menyeluruh dan utuh dari semua standar keompetensi dasar dari berbagai
mata pelajaran yang dipadukan. Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Mempelajari kompetensi dasar
yang terdapat pada masing-masing pelajaran kemudian mengidentifikasi keompetensi dasar dari
berbagai pelajaran yang ingin dipadukan.
2. Menetapkan terlebih dahulu
tema-tema pengikat keterpaduan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi kompetensi
dasar dari beberapa mata pelajaran yang cocok dengan tema yang ada.
Keduanya harus menentukan tema terlebih dahulu
sebagai pemersatu dari standar kompetensi dari setiap mata pelajaran yang
diapadukan.
Contoh kompetensi dasar yang akan dipadukan
Bahasa
Indonesia
|
Matematika
|
Pengetahuan
Alam
|
Kerajinan
Tangan Dan Kesenian
|
Mendengarkan
|
Bilangan
cacah sampai dengan angka tiga
|
Makhluk
hidup dengan proses kehidupan
|
Rupa:gambar
dan ekspresi
|
Berbicara
|
|
Energi
dan perubahannya
|
Gambar
imajinatif
|
Membaca
|
|
|
Objek
imajinatif
|
Menulis
|
|
|
Ritme
(warna, garis)
|
Yang
dicetak tebal adalah materi yang akan dipadukan
Contoh kompetensi dasar yang telah dipadukan
Bahasa
Indonesia
|
Matematika
|
Pengetahuan
alam
|
Kerajinan
tangan dan seni rupa
|
Mendiskripsikan
binatang di sekitar secara lisan
|
Memahami
konsep urutan bilangan cacah
|
Mendiskripsikan
bagian-bagian yang tampak pada hewan di sekitar rumah dan sekolah
|
Menanggapi
berbagai unsur rupa: bintik, garis, bidang, warna dna bentuk
|
2. Menetapkan jaringan tema
Setelah melakukan pemetaan, dapat dibuat
jaringan tema yang menghubungkan kompetensi dasar dengan tema pemersatu dan
mengembangkan indikator pencapaiannya untuk setiap kompetensi dasar yang
dipilih. Dalam menentukan tema harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: memperhatikan lingkungan yang terdekat
dengan siswa, dari yang mudah menuju yang sulit, dari yang sederhana menuju
yang kompleks, dari yang abstrak menuju yang konkret, tema yang dipilih membuat
siswa selalu berpikir, ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia,
perkembangan, minat, kebutuhan dan kemampuan siswa. Tema yang baik, ia tidak
terlalu luas dan tidak terlalu sempit.
Contoh: tema hewan
Dapat dikembangkan menjadi hewan pemakan
daging, pemakan tumbuhan dan pemakan segala. Tema film, dapat dikembangkan
menjadi film komedi, film kolosal, film drama dan lain sebagainya.
Matriks
hubungan materi antarmata pelajaran
Mata Pelajaran
|
Kompetensi
Dasar
|
Indikator
|
Bahasa
Indonesia
|
Mendiskripsikan
binatang disekitar
|
Menirukan
gerak dan suara binatang tertentu. Menjelaskan ciri-ciri binatang secara rinci
(nama, cirri khasnya, suaranya, habitatnya) dengan pilihan kata yang runtut
Membaca
dan melengkapi teks pendek yang dilengkapi dengan gambar.
|
Pengetahuan
Alam
|
Mendiskripsikan
bagian-bagian hewan yang tampak pada hewan disekitar rumah dan sekolah
|
Membuat
daftar bagian-bagian utama tubuh hewan (kucing, burung, ikan) dan kegunaannya
dari hasil pengamatan.
Menirukan
suara hewan yang berada di lingkungan sekitar.
Menggambar
sederhana hewan dan menamai bagian-bagian utama tubuh hewan.
Menceritakan
cara hewan bergerak berdasarkan pengamatan. Misalnya menggunakan kaki, perut,
sayap, sirip.
|
Matematika
|
Memahami
konsep urutan bialangan cacah
|
Menyebutkan
banyaknya benda
Membaca
dan menulis
|
Kerajinan
Tangan dan Kesenian
|
Menanggapi
berbagai unsur rupa, bintik, garis, bidang, warna bentuk.
|
Mengungkapkan
perasaan ketertarikan pada objek yang diamati dari berbagai unsur rupa dan
perpaduannya.
|
3. Penyusunan silabus pembelajaran
tematik
Silabus dikembangkan dari jaringan tema, berlaku tergantung pada
keluasan dan kedalaman kompetensi yang diharapkan. Silabus berarti garis-garis
besar, ringkasan, ihtisar, atau pokok-pokok isi materi pembelajaran.penyesunan
silabus berdasarkan pada matriks/bagan keterhubungan yang telah dikembangkan.
Format silabus disusun dalam bentuk matriks dan memuat mata pelajaran yang akan
dipadukan, kompetensi dasar, indikator, yang akan dicapai, pengalaman belajar,
materi pokok, strategi, langkah-langkah pembelajaran, alokasi waktu yang
dibutuhkan dan sumber bahan pustaka yang dijadikan rujukan.
4. Penyusunan rencana
pembelajaran/desain pembelajaran tematik.
Tahap akhir dari penyusunan perencanaan pembelajaran tematik
adalah menjabarkan silabus ke dalam rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP).
RPP merupakan penjabaran lebih terperinci dari silabus yang dipergunakan untuk
satu kali pertemuan. Komponen pembelajaran tematik meliputi :
a. Identitas mata pelajaran
(nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya
jam pertemuan yang dialokasikan).
b. Kompetensi dasar dan
indikator yang hendak dicapai
c. Materi pokok dan uraiannya
yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan
indikator.
d. Strategi pembelajaran
(kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam
berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai
kompetensi dasar dan indikator yang tertuang dalam pembukaan inti dan penutup).
Contoh dalam pembukaan, pre test, apperception.
e. Alat dan media yang
digunakan serta sumber bahan.
f. Penilaian dan tindak lanjut.
5. Pengelolaan kelas
Pembelajaran tematik dapat berlangsung dengan
baik dan opimal jika memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Mengatur ruangan
Ruangan diatur sedemikian rupa sesuai dengan tema yang sedang
dilangsungkan. Contoh: saat itu sedang dilangsungkan pembelajaran dengan tema
hewan. Maka kelas perlu dilengkapi dengan gambar hewan. Bangku-bangku
disesuaikan dengan suasana belajar, bisa juga siswa tidak harus duduk di bangku,
kegiatan bisa dilakukan diluar kelas, jadi tidak hanya di dalam kelas, dinding
kelas bisa dimanfaatkan sebagai sumber belajar dan memajang hasil karya siswa,
alat, sarana dan prasaran bisa digunakan dan disimpan dengan baik sehingga bisa
digunakan kembali.
b. Metode yang digunakan
Metode yang digunakan dalam pembelajaran tematik antara lain,
pemberian tugas, proyek, karya wisata, bermain peran, demonstrasi, percobaan
sederhana, bercakap-cakap, tanya jawab, peserta didik bercerita, guru bercerita
suasana belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan.
c. Pengelolaan kegiatan
Kegiatan
dapat dilaksanakan dengan klasikal, kelompok, berpasangan maupun perseorangan
(Kusnandar: 347)
Dalam buku (Rusman: 274-281) ditambahkan
bahwa:
a. Pemilihan media pembelajaran
Pemilihan media pembelajaran bisa berupa gambar, media yang
mengandung pesan (audio), audio visual.
b. Penilaian
Prinsip penilaiannnya adalah prinsip integral dan komprehensif
yaitu penilaian dilakukan secara utuh dan menyeluruh terhadap semua aspek
pembelajaran, baik pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan nilai. Prinsip
kesinambungan yaitu, penilaian dilakukan secara berencana terus menerus dan
bertahap untuk memperoleh perkembangan tingkah laku siswa sebagai hasil dari
kegiatan belajar. Prinsip objektif, yaitu penilaian dilakukan dengan alat ukur
yang andal dan dilaksanakan secara objektif. Objek penilaian dari pembelajaran
tematik adalah proses belajar dan hasil belajar dengan kriteria tertentu.
Jenis dan alat penilaian: jenis penilaian dilihat dari alatnya yaitu
tes dan bukan tes. teknik tes meliputi, tes tertulis, wawancara dan test
tindakan, yang meliputi cara pengumpulan kerja siswa (portofolio), penugasan,
hasil karya, kinerja dan tes tertulis. Teknik yang bukan tes berupa catatan
sekolah, cuplikan kerja, portofolio, wawancara, observasi, jurnal dan catatan anekdot
yang merupakan catatan pengamatan informal yang menggambarkan perkembangan
bahasa maupun perkembangan sosial, kebutuhan, kelebihan, kekurangan, kemajuan,
gaya belajar, keterampilan dan strategi yang digunakan siswa yang berkaitan apa
saja yang tampak bermakna ketika dilakukan pengamatan.
c. Pelaporan hasil penilaian
Merupakan
laporan pertanggungjawaban kepada orang tua, siswa, komite sekolah, atasan,
masyarakat dan instansi terkait.
Guru tak perlu untuk memaksakan tema jika
tidak bisa dikaitkan. Jika bisa dikaitkan dengan tema, akan jauh lebih baik. Pemilihan
tema jangan menjadi penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran tematik dan tidak
perlu dipaksakan masuk dalam tema. Setelah tema dan jaringan topik tersedia,
langkah selanjutnya mempersiapkan model pembelajaran sehari (lebih rinci)
sebagai pegangan guru dalam melaksanakan
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 1987. Pendekatan Baru
Strategi Belajar-Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: CV Sinar Baru
Kusnandar. 2007. Guru Professional Implementasi KTSP Sukses
dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Rusman, 2014. Seri Menagemen Sekolah Bermutu Model-Model
Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
.
[1]
Oemar,
Hamalik. 1987. Pendekatan Baru Strategi Belajar-Mengajar Berdasarkan CBSA.
Bandung: CV Sinar Baru. Hlm 287.
[2]
Kusnandar. 2007. Guru Professional Implementasi KTSP Sukses dalam
Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. Hlm 334.
[3]
Rusman. 2014. Seri Managemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembeajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Hlm
254.
[4] Ibid, Hlm. 281-283
Tidak ada komentar:
Posting Komentar