Engkau anak
siapa itu tidak penting
Yang penting
peganglah sopan santun
Karena
kebaikannya akan mengayakanmu
Daripada nasab
yang terhormat
Sesungguhnya
seorang pemuda adalah yang mengatakan
Inilah saya
Dan bukanlah
seorang pemuda yang mengatakan
Inilah ayahku[1]
Tema ini berat
menurut saya, karena berhubungan dengan mendidik anak, dan saya belum pernah
punya anak. Yaiyalah, kan saya belum nikah.
Hemmm….mantap
juga seseorang yang melantunkan syair ini. Ini pembelajaran bagi kita bahwa,
seseorang dikenal bukan karena ayahnya, keturunannya, namun karena dirinya
sendiri. Pernah tidak bertemu dengan seseorang yang membanggakan keturunannya?
Yang berdarah biru atau kuning itu? hehehehe….
Seseorang
dikenal orang karena kabaikannya, bukan karena nasabnya. Yang penting bagusin
akhlaknya.
“Ayahku yang memiliki banyak toko itu loh”
“Ehm, ibuku yang
keturunan bla….bla…bla….”
Padahal dirinya
sendiri, g sehebat ayahnya.
“Itu kan
ayahnya…bukan dia”
Ada juga yang
bilang,
“Wah, dia kaya banget!”
“Kan yang kaya
ayahnya”
Trus, bagi yang
memilki ayah yang keren, dan terkenal tapi g bisa mengimbanginya, ini juga
beban bagi si anak.
“Gimana kalau
aku g bisa seperti bapak, ibu?”
Jangan berkecil
hati teman, banyak cara mengukur kesuksesan, bukan hanya diukur dengan materi
dan popularitas.
Saya pernah
membaca cerita Hanum Salsabila yang menulis biografi tentang ayahnya, Amin Rais.
Gara-gara anak seorang politikus terkenal, beliau pernah diprotes karena
tambalan giginya g sempurna (Hanum kan lulusan dokter gigi UGM, tetapi lebih memilih
manjadi penulis, wartawan dan sekarang pemilik ADi TV). Loh, apa hubungannya
coba? Saat itu saya juga mikir. Sang dosen bilang, ini sudah saya modifikasi,
tapi intinya adalah “Anak Amin Rais kok
g rapi nambal giginya”
Bener-bener ga
nyambung kan?
“Emang harus
perfect ya?”
“G boleh salah?”
“Ini yang
terkenal ayahnya, bukan saya, saya mah apa tuh”
Bahkan dua orang
pasangan Susi Susanti dan Alan Budi Kusuma (teman-teman pasti tahu, masternya
bulu tangkis Indonesia ini) menyarankan anaknya untuk tidak mengikuti jejak
mereka. Kenapa? Karena bisa jadi akan membuat minder dan merasa terbebani
dengan kesuksesan kedua orang tuanya.
Memang begitulah
kadang-kadang, kesuksesan sang ayah/ibu membebani keturunan berikutnya. Tentu
saja kita tidak bisa menjudge demikian. Ukuran kesuksesan itu sangat beragam ya
kawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar