A.
Teori dan Tipologi Kepribadian
Kepribadian dalam bahasa Inggris disebut personality
yang berasal dari bahasa latin persona yang berarti topeng, yaitu topeng yang
dipakai oleh seorang aktor drama atau sandiwara. Tujuan pemakaian ini selain
untuk menyembunyikan identitasnya, juga untuk keleluasaannya dalam memerankan
tokoh pribadi lain. Sebagian psikolog ada yang menyebut personality (kepribadian).
Ilmu yang membahasnya disebut the psychology of personality, atau teory
of personality, sedangkan ilmu yang membicarakannya disebut the psychology
of character, atau characterology, sedangkan ilmu yang membahasnya
disebut typology. Ketiga istilah tersebut dipakai dengan istilah
kepribadian.[1] Kepribadian merupakan hal
yang menjadikan orang berbeda dengan yang lainnya atau juga keunikan yang
membedakan manusia yang satu dengan yang lain sehingga mudah untuk dikenal. Di
dunia ini tidak ada yang sama, kembar sekalipun.
Istilah-istilah dalam kepribadian adalah
1. Mentality,
yaitu suatu situasi mental yang dihubungkan dengan kegiatan mental dan
intelektual.
Mentality
= Intellectual Power
= Integrated activity of organism
Personality,
menurut Wibters Dictionary,
a.
The totally of personality’s characteristic.
b.
An
integrated group of constitution of trens behavior decencies act
2. Individuality, sifat khas seseorang yang menyebabkan seseorang
mempunyai sifat berbeda dengan orang lainnya.
3. Identity,
sifat kedirian sebagai suatu kesatuan dari sifat-sifat mempertahankan dirinya
terhadap sesuatu dari luar (unity and persistence of personality) (Jalaluddin:149).
Menurut beberapa ahli berdasarkan pengertian
kata-kata tersebut:
1. Allport
Personality
is the dynamic organization within the individual of those psycophysical system
that determine his unique adjustment to this environtment. Dynamic, perubahan kualitas perilaku
karakteristik individu, dari waktu ke waktu atau dari situasi ke situasi. Organization,
keterkaitan antara sifat yang satu dengan yang lain. Psychophycal system,
yang terdiri atas kebiasaan, sikap, emosi, sentimen, motif, keyakinan (aspek
psikis) dan fisik (syaraf, kelenjar, atau tubuh). Kerjanya dipengaruhi hasil
belajar dan pengalaman. Determine, yang menunjukkan peranan motivasional
sistem psikofisik. Sistem inilah yang mendasari kegiatan-kegiatan yang khas,
dan mempengaruhi bentuk-bentuknya. Unique, yang merujuk kepada keunikan
atau keragaman tingkah laku individu sebagai ekspresi dari pola sistem
psikofisiknya[2]
2. Hartman
Susunan
yang terintegerasikan dari ciri-ciri umum seorang individu sebagaimana
dinyatakan dalam corak khas yang tegas yang diperlihatkan dengan orang lain.
3. L.P Thorp
Sinonim
dengan pikiran tentang berfungsinya seluruh individu secara organisme yang
meliputi seluruh aspek secara verbal terpisah-pisah seperti: intelek, watak,
motif, emosi, minat, kesediaan untuk bergaul dengan orang lain (sosialitas),
dan kesan individu yang ditimbulkannya pada orang lain serta efektivitas sosial
pada umumnya[3]
Menurut William Stern kepribadian adalah suatu
kesatuan banyak (unita multi complex) yang diarahkan kepada tujuan-tujuan
tertentu dan mengandung sifat-sifat khusus, yang bebas menentukan dirinya sendiri,
ciri-cirinya kesatuan banyak dan tersusun secara hierarki dari yang berfungsi
tinggi ke rendah. Bertujuan yaitu mengembangkan diri atau mempertahankan diri.
Individualitas, bebas menentukan dirinya sendiri (Jalaluddin, 2005: 176). Pribadi
seseorang terkumpul dalam beberapa aspek yang terintegrasi berupa:
1. Keyakinan hidup: filsafat, keyakinan, sikap,
cita-cita dan cara hidup.
2. Keyakinan mengenai diri: perawakan jasmani,
sifat psikis, intelegensi, kemauan, emosi, pandangan terhadap orang lain, kemampuan
bergaul, kemampuan bersatu dan kemampuan memimpin.
3. Keyakinan mengenai kemampuan diri: status
dalam keluarga masyarakat, status sosial berdasarkan keturunan dan historis[4].
Secara garis besar, tipe kepribadian manusia
itu dibagi menjadi beberapa aspek
1. Aspek Biologis
Dalam
aspek biologis, yang menjadi penentu/mempengaruhi kepribadian seseorang adalah
konstitusi tubuh dan bentuk tubuh yang dimiliki seseorang (Jalaluddin:153-160) Diantaranya
menurut beberapa ahli:
1. Hipocrates dan Gelenus
Mereka
berpendapat bahwa yang mempengaruhi tipe kepribadian seseorang adalah cairan
tubuh yang paling dominan.
a. Tipe Choleris, tipe ini disebabkan
cairan empedu kuning yang dominan dalam tubuhnya. Sifatnya agak emosi: mudah
marah, dan mudah tersinggung.
b. Tipe Melancholic, tipe ini disebabkan
cairan empedu hitam yang dominan dalam tubuhnya. Sifatnya agak tertutup: rendah diri, mudah sedih dan sering putus
asa.
c. Tipe Plegmatis, tipe ini dipengaruhi
oleh cairan lendir yang dominan. Sifat yang dimiliki agak statis: lamban,
apatis, pasif, dan pemalas.
d. Tipe Sanguinis, tipe ini dipengaruhi
oleh cairan darah merah yang dominan sifatnya agak aktif, cekatan, periang, dan
mudah bergaul.
2. Kretchmer
Kretchmer mendasarkan tipe watak pada bentuk
tubuh seseorang
a. Tipe Astenis atau Liptosome
yaitu tipe orang yang memiliki tubuh tinggi, kurus, dada sempit dan lengan
kecil.
b. Tipe Piknis, yaitu tipe orang yang
memiliki tubuh gemuk bulat. Sifat yang dimiliki antara lain mudah bergaul,
periang, dan suka humor.
c. Tipe Atletis, yaitu tipe orang yang
memiliki tubuh atlet, tubuh kekar, tinggi, berotot. Sifat yang dimiliki antara
lain mudah menyesuaikan diri, berpegang teguh dan pemberani.
d. Tipe Displastis, yaitu tipe manusia
yang memiliki bentuk tubuh campuran. Mudah terombang-ambing dengan situasi di
sekelilingnya, tidak memiliki kepribadian yang mantap.
3. Sheldon
Sheldon
membagi tipe kepribadian berdasarkan dominasi lapisan yang berada dalam tubuh
seseorang.
a. Ektomorp,
yaitu tipe orang yang berbadan kurus, tinggi, karena lapisan badan bagian luar yang
dominan. Sifatnya suka menyendiri, kurang bergaul dengan masyarakat.
b. Mesomorp,
yaitu tipe orang yang berbadan sedang kerena dipisahkan lapisan tengah yang
dominan. Sifat dari tipe ini adalah giat bekerja, dan mampu mengatasi sifat
agresif.
c. Endomorph,
tipe orang yang memiliki bentuk badan gemuk, bulat dan anggota badan yang
pendek karena lapisan tubuh yang dominan. Sifatnya adalah kurang cerdas, senang
makan, suka dengan kemudahan yang tidak membawa resiko kehidupan.
2. Aspek Sosiologis
Pembagian ini berdasarkan pandangan hidup dan
kualitas seseorang.
1. Edward spranger
Ia
berpendapat bahwa kepribadian seseorang ditentukan oleh pandangan hidup yang
dimilikinya.
a. Tipe teoritis orang yang perhatiannya selalu
diarahkan kepada masalah teori, nilai-nilai, ingin tahu, meneliti, dan
mengemukakan pendapat.
b. Tipe ekonomis, yaitu, orang yang perhatiannya
tertuju pada manfaat segala sesuatu yang mendatangkan untung dan rugi.
Meterialistis.
c. Tipe estetis, yaitu orang yang perhatiannya
tertuju kepada masalah-masalah keindahan.
d. Tipe
sosial, yaitu orang yang perhatiannya tertuju kearah kepentingan kemasyarakatan
dan pergaulan.
e. Tipe politis, yaitu orang yang perhatiannya
tertuju kepada kepentingan kekuasaan, organisasi dan kepentingan. Tipe
religious, yaitu tipe orang yang taat
f. kepada ajaran agama, tentang masalah ketuhanan
dan keyakinan agama.
2. Muray
a. Tipe teoritis yaitu orang menyenangi ilmu
pengetahuan, berpikir logis dan rasional.
b. Tipe humanis, yaitu orang yang memiliki sifat
kemanusiaan yang mendalam.
c. Tipe sensasionis, yaitu tipe orang yang suka
sensasi dan berkenalan.
d. Tipe praktis, yaitu tipe orang yang giat
bekerja dan mengadakan praktik.
3. Fritz Kunkel
Membagi tipe kepribadian manjadi:
a. Tipe Schelichkeit, yaitu tipe orang
yang banyak menaruh perhatian terhadap masyarakat.
b. Tipe Ichhaftigkeit, yaitu tipe orang
yang lebih banyak menaruh perhatian terhadap diri sendiri.
3. Aspek
Psikologis
Menurut
Prof Heymen, beliau mengatakan bahwa dalam diri manusia terdapat tiga unsur:
emosionalitas, aktivitas, dan fungsi skunder (proses pengiring)
a. Emosionalitas, merupakan unsur yang mempunyai
sifat yang didominasi oleh emosi positif, sifat umumnya adalah kurang respek terhadap
orang lain, perkataan berapi-api, tegas, ingin menguasai, bercita-cita dinamis,
pemurung dan suka berlebihan.
b. Aktivitas, yaitu sifat yang dikuasai oleh
aktivitas gerakan, sifat umum yang tampak adalah lincah, praktis, berpandangan
luas, ulet, periang, dan selalu melindungi kepentingan orang yang lemah.
c. Fungsi sekunder, (fungsi pengiring) yaitu
sifat yang didominasi oleh kerentanan perasaan, sifat umumnya watak tertutup,
tekun, hemat, tenang dan dapat dipercaya.
Menurut
Carl Gustav membagi tipe menusia menjadi dua yaitu
a. Tipe Extrovert, yaitu orang yang
terbuka dan banyak berhubungan dengan kehidupan nyata.
b. Tipe Introvert, yaitu orang yang
tertutup dan cenderung keapada berpikir dan merenung.
Tipe introvert dan ekstrovert
memiliki pembagian tipe:
a. Tipe pemikiran terbuka dengan sifat-sifat
cenderung berbuat praktis dan memanfaatkannya dalam kehidupan.
b. Tipe perasaan terbuka dengan sifat-sifatnya
cenderung untuk merasakan perasaan orang lain.
c. Tipe penginderaan terbuka dengan sifat
memiliki kehidupan pikiran dan perasaan yang dangkal. Mudah bosan. Labil dan
kurang mantap.
d. Tipe intuisi terbuka dengan sifat cenderung
merasa yakin terhadap apa yang sekilas terlintas dalam pikirannya.
e. Pemikiran tertutup dengan sifatnya menekuni
pemikiran yang abstrak sehingga implementasi dalam kehidupan nyata berkurang.
f. Perasaan tertutup dengan sifat-sifat kehidupan
mentalnya dikuasai prasaan yan mendalam, senang menyendiri, mencintai, dan
membanci sesuatu.
g. Tipe penginderaan tertutup dengan sifat-sifat
cenderung menenggelamkan diri oleh pengaruh luar seabagai hasil dari
penginderaan.
h. Tipe intuisi tertutup denga sifat-sifat
cenderung membuat keputusan yang cepat dan tajam tanpa didasarkan bukti yang
objektif. Kehidupannya dipenuhi syak wasangka[5].
C. Hubungan
Kepribadian dengan Sikap Keagamaan
1. Struktur Kepribadian
Struktur kepribadian dalam Islam tidak lepas
dari yang namanya substansi manusia. Subtansi menusia terdiri atas jasad dan
ruh yang masing-masing saling membutuhkan. Dalam psikologi islam disebut nafs[6]. Sistem kepribadian
menurut Sigmund Freud ada tiga. Untuk menjadi manusia yang “ideal” maka ketiganya
harus berjalan harmonis. Jika ketiganya saling bertentangan maka orang tersebut
tidak dapat menyesuaikan diri, tidak puas pada diri sendiri dan lingkungan.
a. Id (Das Es)
Fungsi
dari id sebagai suatu sistem yang menunaikan prinsip kehidupan asli manusia
sebagai suatu dorongan naluriah. Id berprinsip kesenangan (pleasure
principle) yang tujuannya untuk membebaskan manusia dari ketegangan
dorongan naluriah dasar. Id adalah sistem kepribadian bawaan yang paling asli[7].
Misal: makan, minum dan seks.
b. Ego (Das Es)
Merupakan
sistem yang berfungsi menyalurkan dorongan id ke keadaan nyata (objective/reality
principle), ego mengandung kesadaran.
c. Super Ego (Das Uber Ich)
Sebagai
suatu sistem yang memiliki unsur moral dan keadilan maka sebagian besar ego
mewakili alam ideal. Tujuan super ego adalah membawa individu kearah
kesempurnaan sesuai dengan pertimbangan keadilan dan moral, berfungsi sebagai
pengawas tindakan yang dilakukan oleh ego. Ego mendapatkan ganjaran berupa rasa
puas atau senang. Super ego memiliki dua anak sistem yaitu ego ideal dan hati
nurani.
2. Menurut Sukamto M.M (Jalaluddin:162-165)
kepribadian terdiri dari empat aspek yaitu:
a. Qalb
Qalb
adalah hati. Menurut istilah, hati adalah sesuatu yang berbolak-balik (sesuatu
yang lebih), berasal dari kata qalaba, artinya membolak-balikkan. Qalb
diartikan sebagai daging sekepal (biologis) dan juga berarti kehatian (nafsiologi).
Secara nafsiologi, qalb sebagai radar kehidupan yang menggerakkan ego dan fuad.
Teori Freud tentang id mirip dengan karakter hati yang tidak berisi iman, yaitu
qalb yang selalu menuntut kesenangan (pleasure principle). Ia selalu
minta dipenuhi, jika sudah terpenuhi, ia akan selalu menuntut yang lain. Fungsi
qalb dalam Al-quran menimbulkan daya rasa, daya cipta sedangkan kondisinya dari
qalb itu sendiri adalah hati yang hidup (al-hay), sehat (salim),
dan mendapatkan kebahagiaan sedangkan hati yang buruk yaitu mati (al-mayt)
dan mendapatkan kesengsaraan (al-saqawah). Dan diantara hati yang baik
dan hidup yaitu berpenyakit (mardh)[8]
b. Fuad
Fuad
adalah perasaan yang terdalam dari hati yang sering kita sebut hati nurani
(cahaya mata hati) dan berfungsi sebagai penyimpan daya iangatan. Fuad tidak
bisa berdusta dalam keadaan apapun, ia tidak bisa menghianati kesaksian apa
yang dipantulkan oleh hati dan apa yang
diperbuat oleh ego. Ia berbicara apa adanya.
Ø Fuad bisa bergoncang gelisah (QS Al-Qashas:10)
“Dan
fuad ibu musa menjadi bingung (kosong). Hampir saja ia membukakan rahasia
(Musa), jika aku tidak meneguhkan hatinya, sehingga ia menjadi orang yang
beriman”.
Ø Fuad menjadi teguh karena diwahyukan Al-Quran
kepada Nabi (QS Al Furqon: 32) “Dan orang-orang kafir bertanya: “mengapa
Alquran tidak diturunkan kepadanya sekaligus?” demikianlah, dnegan cara itu,
aku hendak meneguhkan fuadmu, dan aku bacakan itu dengan tertib
(sebaik-baiknya)”.
Ø Fuad tidak bisa berdusta (Qs-An Najm: 11)
Ø Orang yang dzalim hatinya kosong (bingung) (QS-Ibrahim:
43)
“Dengan
terburu-buru menundukkan kepala., mereka tidak berkedip, tetapi fuadnya kosong
(bingung)”
Ø Orang musrik, fuad dan pandangannya
dibolak-balikkan (QS-Al An’am: 110)
“Aku
goncangkan fuad dan pandangan mereka (kaum musryrikin), sebagaimana sejak
semula mereka tidak mau beriman, dan aku biarkan mereka dalam kedurhakaannya
mengeembara tanpa arah tertentu”.
c. Ego
Ego
muncul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia
kenyataan (realitas). Ego dipandang sebagai aspek eksekutif kepribadian,
mengontrol cara-cara yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan, memilih
objek-objek yang memenuhi kebutuhan, mempersatukan pertentangan-pertentangan
antara qalb, fuad dengan dunia luar ego berfungsi pada prinsip kenyataan (reality
principle).
d. Tingkah laku
Tingkah
laku ditentukan oleh keseluruhan pengalaman yang disadari oleh pribadi. Apa
yang dipikir, dirasakan oleh individu menentukan apa yang dikerjakan. Orang
yang normal (idealnya) yaitu yang seoptimal mungkin menlaksanakan iman dan amal
shaleh. Sifat yang abnormal yaitu zalim, fasik, kufur dan lain sebagainya.
C. Dinamika Kepribadian
Berbicara mengenai dinamik yang berarti
bergerak dan menghasilkan perubahan, kepribadian manusia juga mengalami dinmika
yang unsur-unsur di dalamnya secara aktif ikut berperan aktif dalam mempengaruhi
aktvitas seseorang. Unsur-unsur tersebut adalah:
1. Energi ruhiah (psychis energy) yang
berfungsi sebagai pengatur aktivitas ruhaniah seperti berpikir, mengingat,
mengamati dan lain sebagainya. Energi dalam tubuh manusia memiliki tiga bentuk
yaitu mekanis, thermis, elektris dan chemis, yang kesemuanya diatur oleh energi
rohaniah. Ruh merupakan substansi psikis manusia yang menjadi esensi kehidupan[9].
Jadi, dia sangat penting bagi kehidupan manusia.
2. Naluri, yang berfungsi sebagai pengatur
kebutuhan primer atau pokok, penting yang bersumber dari kebutuhan jasmani dan
gerak hati, naluri memiliki sumber, pendorong, maksud dan tujuan. Contoh:
makan. Maksud atau tujuan dari kita makan adalah supaya tidak lapar, tidak
sakit, menjaga anugerah Tuhan dan untuk memenuhi kebutuhan badan dengan nutrisi
agar sehat dan bisa beraktivitas. Naluri memiliki kecenderungan untuk
mengulang, bersifat konservatif dan memiliki dorongan sehingga akan sangat
berpengaruh terhadap pikiran dan tindakan seseorang.
3. Ego (aku sadar), yang berfungsi meredakan
ketegangan dalam diri dengan cara melakukan ativitas penyesuaian
dorongan-dorongan yang ada dengan kenyataan objektif (realitas). Ego memiliki
kesadaran untuk menyelaraskan dorongan yang baik dan buruk hingga tidak terjadi
kegelisahan dan ketegangan batin.
4. Super ego, yang berfungsi sebagai pemberi
ganjaran batin yang berupa penghargaan (rasa puas, senang, berhasil) atau
hukuman (rasa bersalah, berdosa, menyesal. Penghargaan ini, diperankan oleh
ego-ideal sedangkan hukuman diperankan oleh hati nurani. Contoh, ketika kita
memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan, yang terjadi adalah perasaan
puas dan senang sedangkan ketika melakukan sebuah kebohongan, hati kita menjadi
tidak tenang, gelisah dan menyesal[10].
5. Penyebaran dan penisihan energi rohaniah
Dalam
pemuasan keinginan, energi menghasilkan gambaran dari objek (makanan dari objek
lapar misalnya). Pemakaian naluri untuk mendapatkan gambaran suatu objek dalam bentuk
tindakan untuk memuaskan naluri, dinamakan pemilihan objek (object-choice).
Suatu energi bisa disalurkan dalam bentuk pemidahan energi. Contoh, bagi bayi,
makanan dapat diganti dengan dot, orang dewasa dapat diganti dengan rokok. Id
membutuhkan bahwa benda-benda itu seakan-akan sama.
6. Kecemasan.
Kecemasana
adalah suatu pengalaman perasaan yang menyakitkan yang ditimbulkan oleh
ketegangan faal intern tubuh. Macam-macam kecemasan:
a. Kecemasan tentang kenyataan (objective-anxiety),
yaitu kecemasan yang timbul karena pembawaa atau mungkin keturunan. Cemas akan
kenyataan yang dinamakan ketakutan. Pengalaman yang menguasai seseorang disebut
traumatic yang menyebabkan dia tidak berdaya.
b. Kecemasan neurotis (neurotic-anxiety),
kecemasan ini timbul dari pengamatan tentang bahaya dari naluri. Bentuk-bentuk
dari kecemasan ini adalah kegelisahan, phobia dan gugup.
c. Kecemasan moril (moral-anxiety) sebagai
suatu perasaan bersalah atau malu dalam ego yang ditimbulkan oleh pengamatan
mengenai hati nurani[11].
Secara fitrah, manusia memang terdorong untuk
melakukan perbuatan baik, benar, lurus sesuai dengan jalan Tuhan, namun
terkadang, naluri mendorong manusia untuk segera memenuhi kebutuhannya yang
bertentangan dengan realita yang ada. Contoh, dorongan untuk berobat karena
sakit parah, tetapi uang untuk berobat tidak ada (realita), maka timbul
dorongan untuk mencuri, merampok. Jika perbuatan mencuri itu dilakukan, maka
ego akan merasa bersalah karena mendapat
hukuman dari ego ideal baik itu dari batin manusia itu sendiri, norma
masyarakat terlebih norma agama.
Sebaliknya, jika hal itu tidak dilakukan, maka
akan memperoleh penghargaan yang berupa bangga pada diri sendiri (puas) karena
berhasil mengalahkan hal itu (perbuatan tercela). Pembentukan ego ideal dalam
hal ini sangat berperan penting karena berhubungan dengan kemampuan ego dalam
menahan diri yang berfungsi bagi pembentukan kepribadian seseorang. Pendidikan
moral dan akhlak dalam upaya membekali ego-ideal dengan nilai-nilai luhur.
Menurut Sigmund Freud, ego ideal ini terbentuk oleh lingkungan baik di keluarga
maupun masyarakat. Namun yang berperan penting adalah orang tua. Dalam hal ini dari Abu Hurairah
Rasulullah SAW bersabda “setiap anak dilahirkan dalam
keadaan fitrah”. Namun,
kedua orang tuanya (mewakili lingkungan) mungkin dapat menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR. Bukhori dan Muslim). Dalam Al-Quran surat ayat At-Tahrim: 66
Artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”.
Erich Fromm mengemukakan
bahwa pembentukan kepribadian tergantung dari dua faktor lingkungan yaitu asimilasi dam sosialisasi (Jalaluddin,
2005: 191). Asimilasi menyangkut hubungan manusai dangen lingkungan bendawi , sedangkan sosialisasi menyangkut
hubungan dengan manusiawi. Faktor inilah yang berpengaruh dalam pembentukan
watak atau karakter. Watak atau karakter ialah unsur kepribadian yang terbentuk
karena pengaruh luar (lingkungan). Bila dalam sebuah keluarga sosialisasi antara
keluarga tidak sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama namun di lingkungan
anak-anak diperkenalkan dengan benda-benda keagamaan, pembentukan kepribadian
secara utuh dan menyeluruh akan sulit.
Agar berhasil dalam
pembentukan kepribadian seorang anak, maka sikap dan kepribadian orang tua
harus sejalan dengan nilai-nilai (sosialisasi) serrta didukung oleh pengenalan
lingkungan bendawi (asimilasi) yang sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Dalam
hal ini, ada hubungan yang sangat mempengaruhi antara nilai-nilai yang
didasarkan ajaran agama dengan faktor lingkungan. Pembentukan kepribadian
keagamaan dimulai dari sistem nilai yang bersumber dari ajaran agama dalam diri
anak. Orang tua dan lingkungan sangat berperan penting dalam hal ini. Contoh,
dalam menanamkan nilai-nilai ibadah, orang tua harus mencontohkan sikap dan
perilaku taat beribadah, selain itu, rumah tangga juga harus melengkapi
benda-benda yang berhubungan dan digunakan dalam melaksanakan kegiatan
tersebut. Alquran, mukena misalnya. Hal ini akan sangat berpengaruh karena anak
melihat orang tuanya sendiri melakukannya. Anak adalah peniru yang sangat
ulung, dia akan meniru apa yang dilihatnya.
Kepribadian, secara utuh
terlihat dari ciri khas (individuality), sikap dan perilaku lahir dan
batin (personality), pola pikir (mentality), dan jati diri (identity).
Kepribadian yang berdasarkan nilai-nilai agama akan terlihat dari kemampuan
seseorang untuk menunjukkan ciri khas sebagai penganut agama, sikap,
perilakunya secara lahir batin akan sejalan dengan agama yang dianutnya, pola
pikirnya memiliki kecenderungan terhadap keyakinan agamanya serta kemampuan
mempertahankan jati diri sebagai orang yang beragama. Nilai-nilai agama akan
memperkuat ego-ideal sebagai ganjaran batin jika melakukan suatu perbuatan.
Jika ego-ideal berperan secara dominan, maka ego akan senantiasa terpelihara dari
pengaruh dorongan naluri yang menyalahi aturan. Kuncinya adalah pendidikan
agama dengan nilai-nilai yang luhur harus ditanamkan kepada anak sejak kecil
serta lingkungan yang baik bagi perkembangannya.
D. Perkembangan Kepribadian
Kepribadian seseorang itu berubah dan berkembang,
faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah :
1.
Kedewasaan,
datang dari berbagai pengalaman hidup dan pengajaran yang lebih teratur, lebih
mantap dan lancar. Melalui pengalaman dan pengajaran, ia mampu mangatasi
kegagalan dan kecemasan.
2.
Frustasi
luar, disebabkan oleh sesuatu yang menjadi tujuannya tidak terdapat di sekitarnya,
untuk mengatasi hal ini, orang dapat mennggunakan intelegensi atau
pengalamannya untuk menyesuaikan diri secara memuaskan.
3.
Perangsang
yang timbul dari pertentangan dari dalam.
4.
Kekurangan
pribadi
5.
Kecemasan
6.
Pemindahan
atau penyaluran objek untuk penyesuaian diri
Cara-cara yang digunakan untuk memecahkan kegagalan,
pertentangan, dan kecemasan antara lain:
1.
Identifikasi,
yaitu pernyataan objek luar yang biasa dimiliki orang lain untuk dimasukkan ke
dalam diri seseorang. Bentuk-bentuk identifikasi antara lain:
Identifikasi
narcissistic, yaitu penyatuan diri seseorang kepada diri seseorang yang
dianggap mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Misalnya persatuan
orang seprofesi, daerah dan sebagaiinya
Identifikasi
objek yang hilang, penyatuan diri seseorang kepada orang yang sudah tidak ada
lagi atau yang sudah tidak ada. Contoh, orang bertingkah laku seperti ayahnya
yang sudah meninggal
Identifikasi,
kearah tujuan, yaitu usaha penyatuan diri seseorang kepada orang lain yang
berhasil dalam suatu masalah. Misalnya: perbuatan meniru pemimpin terkenal.
Identifikasi
dengan penyerang, yaitu penyatuan diri terhadap larangan-larangan. Contoh:
makan roti dan minum anggur pada perayaan Natal sebagai identifikasi agar
seorang Katolik dianggap sebagai menyamai Kristus.
2.
Pemindahan
dan sublimasi
Pemindahan
adalah proses penyaluran energi dari satu objek untuk mengatasi frustasi, pertentangan, kekurangan,
kecemasan. Misalnya minum anggur untuk
mengatasi ketegangan daerah bibir. Jika pemindahan objek kearah objek
yang bernilai disebut sublimasi. Contoh, melukis atau menggambar Sukarno untuk
memuaskan rasa cintanya yang tak terbalaskan. Jika seseorang tidak menemukan objek
yang dapat mengurangi ketegangan, maka ia akan memilih sesuatu yang dianggapnya
dapat menyesuaikan diri.
Alat
pertahanan ego
Cara-cara
untuk mempertahankan ego dengan yang dapat menimbulkan kecemasan dengan
berbagai macam cara diantaranya menolak, memalsukan, atau mengaburkan
kenyataan. Represi (penekanan), yaitu peniadaan. Misalnya: timbulnya tabu pada incest,
ini merupakan represi pokok, yaitu pencegahan suatu pemilihan objek secara
naluriah yang tak pernah sadar menjadi sadar. Proyeksi, usaha pertahana ego
dengan mengadakan perubahan subjek kepada objek. Misalnya: mengkambinghitamkan
orang lain ketika gagal. Pembentukan reaksi dengan penyesuaian yang rasional
terhadap kecemasan. Contoh: untuk menyembunyikan sifat kewanitaannya mengenakan
pakaian laki-laki.
Keadaan
tertahan, perasaan batin yang berada dalam keadaan tidak memiliki kesanggupan
untuk menghadapi tuntunan dari keadaan baru. Misalnya: orang yang baik akan cemas jika melakukan kesalahan. Regresi
(penyusutan), suatu pelarian dari cara berpikir yang terkontrol dan yang realis
atau pengembalian kondisi keadaan terdahulu. Misalnya: merokok, berkelahi
sebagai regresi terhadap perbuatan masa kanak-kanak.
3.
Represi
(penguburan pikiran), proses penekanan dorongan-dorongan ke alam tak sadar ,
karena mengancam ego.
4.
Projeksi
, pengalihan pikiran perasaan diri sendiri kepada orang lain.
5.
Pemindahan
objek (displacement).
6.
Rasionalisasi,
alasan yang diciptakan untuk memperoleh pembenaran tingkah laku agar bisa
diterima[12]
Faktor-faktor yang membentuk kepribadian
1.
Aliran
Empirisme
Aliran
ini disebut environmentalisme, yaitu suatu aliran yang mrnitikberatkan
pandangannya pada peranan lingkungan sebagai penyebab timbulnya lingkungan
sebagai penyebab timbulnya suatu tingkah laku. Aliran ini semula dipelopori
oleh John Locke (1632-1704). Dalam aliran ini, manusia diumpamakan sebagai
kertas putih (tabula rasa) dan perbedaan kepribadian yang tampak kemudian
disebabkan oleh pengaruh lingkungan dalam proses kehidupannya. Lingkungan yang
mempengaruhi terdiri atas lima aspek yaitu geografis, historis, sosiologis, kultural,
dan psikologis. Aliran ini disebut juga aliran optimistik dan positivistik. Hal
ini disebabkan oleh anggapan bahwa suatu kepribadian menjadi lebih baik jka
dirangsang oleh usaha-usaha nyata. Usaha yang dilakukan oleh teori ini adalah
menciptakan teori-teori belajar untuk mengubah tingkah laku manusia menuju
kepribadian yang ideal.
2.
Aliran
Nativisme
Yaitu
suatu aliran yang menitikberatkan pandangannya pada peranan sifat bawaan,
keturunan dan kebapakan sebagai penentu tingkah laku seseorang. Kapasitas
intelektual diwarisi sejak lahir. Aliran ini memandang hereditas (heredity)
sebagai penentu kepribadian. Hereditas adalah totalitas sifat-sifat
karakteristik yang dibawa atau dipindahkan oleh orangtua ke anak keturunannya.
Aliran ini dipelopori oleh Arthur Scopenhauer (1788-1860). Menurut Mansur Ali
Rajab menyebutkan bahwa lima macam yang dapat diwariskan orang tua kepada anak
ada lima macam, pertama jasmaniah (warna kulit, bentuk tubuh, sifat rambut dan
sebagainya. Kedua pewarisan intelektual (kecerdasan dan kebodohan), ketiga tingkah
laku (tingkah laku terpuji, tercela, lemah lembut, keras kepala dan
sebagainya), keempat pewarisan yang bersifat alamiah yaitu pewarisan yang
dibawa sejak lahir tanpa dipengaruhi oleh faktor lain, kelima pewarisan
bersifat sosiologis, yaitu yang dipengaruhi faktor eksternal. Aliran nativisme
disebut juga pesimistik dan deterministik, manusia diibaratkan sebagai robot,
karena tingkah laku manusia diwariskan oleh orang tua.
3.
Aliran
Konvergensi
Aliran
yang menggabungkan aliran nativisme dan empirisme, interaksi antara faktor
hereditas dan faktor lingkungan dalam pemunculan tingkah laku, aliran ini
dipelopori oleh William Stern (1871-1938). Perkembangan manusia memiliki
kebebasan dan kemerdekaan dalam mengaktualisasikan potensinya.
DAFTAR PUSTAKA
Hartati, Netty, dkk. 2004. Islam dan
Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Jalaluddin. 2005. Psikologi Agama (Revisi).
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Jalaluddin, dan Ramayulius. 1987. Pengantar
Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Kalam Mulia.
Taniputera, Ivan. 2005. Psikologi Kepribadian.
Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Yusuf,
Syamsu dan Juntika Nurihsan. 2008. Teori Kepribadian. Bandung: remaja
Rosdakarya.
[1] Netty Hartati dkk. 2004. Islam
dan Psikologi. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Hlm 117-118
[2] Syamsu Yusuf dkk. 2008. Teori
kepribadian. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Hlm 5.
[3] Jalaluddin. 2005. Psikologi
Agama. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Hlm 173-174.
[4] Jalaluddin dan Ramayulius.
Pengantar Ilmu Jiwa Agama. 1987. Jakarta. Kalam Mulia. Hlm 45.
[5]Jalaluddin , Op.Cit.,
Hlm 177-184.
[6] Netty Hartati dkk..Op
Cit., Hlm.148.
[7] Ivan Taniputra. 2005. Psikologi
Kepribadian. Yogyakarta. Arruz Media. Hlm 44.
[8] Netty hartati dkk.
Op.Cit., Hlm 158.
[9] Ibid, Hlm 150.
[10] Jalaluddin. Op.Cit.,
Hlm. 189-190.
[11] Jalaluddin dan
Ramayulius. Op. Cit., hlm 55-60.
[12] Syamsu Yusuf dkk,
Op.Cit., hlm 55-56
Tidak ada komentar:
Posting Komentar