Selasa, 04 Oktober 2016

Cocok dan Tidak Cocok

Dalam berinteraksi dengan sesama, adakalanya kita mengalami yang namanya kecocokan. Kecocokan dalam hal apapun. Kita bisa cocok dengan orang lain karena alasan banyak hal, diantaranya:
1.    Kesamaan hobi dan kesukaan. Sama-sama suka ngobrol, sama-sama suka tidur (loh), sama-sama suka masak, sama-sama suka membaca buku. Rasanya, kalau sudah dengan orang yang hobinya sama itu, haduhhhhh….itu bicara berjam-jam sampai lupa waktu juga enak aja. Maunya g berhenti untuk melakukan hal yang disukainya.
2.    Kesamaan pandangan, visi, misi dan tujuan. Hehehehe, ini agak berat. Tetapi setidaknya, hal ini yang kadang orang lebih banyak nyambungnya ketika ngobrol. Kalaupun ada perbedaan pendapat, itu bisa diatasi karena memiliki tujuan yang sama. So, enak banget ketika ketemu dengan orang yang sama dengan kita kayak gini.
3.    Senasib sepenanggungan. Nah, kalau yang ini, sama-sama sedang, telah atau akan menjalani -masa bersama. Misal, sama-sama mau daftar UII bareng, jadinya akrab. Sama-sama ketahuan nyontek dan dihukum, hehehhehe, atau sama-sama diterima di tempat kuliah yang sama, atau bahkan senasib g punya uang. Nah, lho..
Adakalanya, ketika berteman, kita akan merasa ketidakcocokan. Itu sudah pasti. Coba deh lihat, dua orang yang temenan udah lama, atau yang kemana-mana mesti berdua. Pasti mereka adakalanya g cocok. Tetapi, tetap saja tuh, mereka bisa bersama. Itu karena adanya saling menghargai dan pengertian.
Apakah berteman baik itu, harus semuanya tahu? Harus semua rahasia kita dibeberkan ke mereka yang kita anggap sebagai teman baik? Buat saya, tidak ada yang namanya sahabat dalam kamus saya. Ihhhhh, sadis banget ya….memang. Karena, buat saya, sahabat itu orang yang luar biasa dan tidak ada. Loh…
Tenang…jangan marah dulu. Jika tidak ada sahabat dalam kata pertemanan saya, maka ada yang namanya teman baik. Itulah kata yang pas buat saya menyebutnya. Mengapa demikian? Sahabat itu orang yang perfect menurut saya (padahal tidak ada yang perfect di dunia ini, kecuali yang Maha Perfect). Makanya saya pilih teman yang baik saja ….
Saya memiliki teman-teman yang baik dalam kehidupan ini. Dari mulai TK sampai sekarang saya punya. Tentu saja mereka itu memiliki karakter yang unik dan spesial manurut. Namanya teman, adakalanya sudah tidak mengalami kecocokan. Misal nih, teman saya SMP dulu, kok g cocok lagi ya kalau ngomong, udah beda, dia berubah, g kayak dulu lagi.
Asal teman-teman tahu aja, kita hidup di tempat yang berbeda, latar belakang berbeda, mindset kita juga udah berubah. Itulah yang membuat kita udah g cocok lagi sama mereka. Namun bukan berarti putus silaturahim kan?
Dan, apakah kita berteman baik dengan seseorang, ketika kita cerita dengan seseorang, wajib bagi kita untuk menumpahkan isi hati kita? Tidak kan?
Ada kalanya, ketika berteman itu, rahasia kita tidak diungkapkan semua. Misal, berteman dengan A, karena saya nyambung kalau cerita tentang makanan, berteman baik dengan B karena saya nyambung kalau cerita tentang lemari, misalnya. Dan saya tidak bisa cerita tentang lemari dengan A karena saya lebih enak, nyambung dengan B. Makanya, ada banyak teman dekat dengan berbagai macam karakter yang bisa kita curhatin dengan berbagai macam topik. So, saya berusaha untuk tidak memaksa seseorang untuk bercerita tentang sesuatu hal jikalau saya bukan teman yang cocok untuk mengobrolkan tentang itu. Wajar, kalau misalnya saya tahu A tentang makanan saja, bukan lemari.
Oleh karena itu, jika ada teman yang mengatakan, “Oh, jadi begitu, kamu sekarang sudah g cerita lagi masalah itu sama aku, kamu g percaya sama aku, dan aku tahu itu dari orang lain?”
Buat saya, simple. G masalah….selama saya g memaksa dia untuk cerita, selama dia mengannggap saya orang yang masih dipercaya untuk cerita topik yang lain, nyaman dengan saya, okelah. Tidak ada yang lebih indah dalam sebuah interaksi kecuali rasa percaya. Dan berusaha untuk tidak merusak kepercayaan.
Salam guru professional!!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar