Dalam berinteraksi dengan sesama,
adakalanya kita mengalami yang namanya kecocokan. Kecocokan dalam hal apapun.
Kita bisa cocok dengan orang lain karena alasan banyak hal, diantaranya:
1. Kesamaan hobi
dan kesukaan. Sama-sama suka ngobrol, sama-sama suka tidur (loh), sama-sama
suka masak, sama-sama suka membaca buku. Rasanya, kalau sudah dengan orang yang
hobinya sama itu, haduhhhhh….itu bicara berjam-jam sampai lupa waktu juga enak
aja. Maunya g berhenti untuk melakukan hal yang disukainya.
2. Kesamaan
pandangan, visi, misi dan tujuan. Hehehehe, ini agak berat. Tetapi setidaknya,
hal ini yang kadang orang lebih banyak nyambungnya ketika ngobrol. Kalaupun ada
perbedaan pendapat, itu bisa diatasi karena memiliki tujuan yang sama. So, enak
banget ketika ketemu dengan orang yang sama dengan kita kayak gini.
3. Senasib
sepenanggungan. Nah, kalau yang ini, sama-sama sedang, telah atau akan
menjalani -masa bersama. Misal, sama-sama mau daftar UII bareng, jadinya akrab.
Sama-sama ketahuan nyontek dan dihukum, hehehhehe, atau sama-sama diterima di
tempat kuliah yang sama, atau bahkan senasib g punya uang. Nah, lho..
Adakalanya, ketika berteman, kita
akan merasa ketidakcocokan. Itu sudah pasti. Coba deh lihat, dua orang yang
temenan udah lama, atau yang kemana-mana mesti berdua. Pasti mereka adakalanya
g cocok. Tetapi, tetap saja tuh, mereka bisa bersama. Itu karena adanya saling
menghargai dan pengertian.
Apakah berteman baik itu, harus
semuanya tahu? Harus semua rahasia kita dibeberkan ke mereka yang kita anggap
sebagai teman baik? Buat saya, tidak ada yang namanya sahabat dalam kamus saya.
Ihhhhh, sadis banget ya….memang. Karena, buat saya, sahabat itu orang yang luar
biasa dan tidak ada. Loh…
Tenang…jangan marah dulu. Jika tidak
ada sahabat dalam kata pertemanan saya, maka ada yang namanya teman baik. Itulah
kata yang pas buat saya menyebutnya. Mengapa demikian? Sahabat itu orang yang perfect
menurut saya (padahal tidak ada yang perfect di dunia ini, kecuali yang
Maha Perfect). Makanya saya pilih teman yang baik saja ….
Saya memiliki teman-teman yang baik
dalam kehidupan ini. Dari mulai TK sampai sekarang saya punya. Tentu saja
mereka itu memiliki karakter yang unik dan spesial manurut. Namanya teman,
adakalanya sudah tidak mengalami kecocokan. Misal nih, teman saya SMP dulu, kok
g cocok lagi ya kalau ngomong, udah beda, dia berubah, g kayak dulu lagi.
Asal teman-teman tahu aja, kita hidup
di tempat yang berbeda, latar belakang berbeda, mindset kita juga udah berubah.
Itulah yang membuat kita udah g cocok lagi sama mereka. Namun bukan berarti
putus silaturahim kan?
Dan, apakah kita berteman baik dengan
seseorang, ketika kita cerita dengan seseorang, wajib bagi kita untuk menumpahkan
isi hati kita? Tidak kan?
Ada kalanya, ketika berteman itu,
rahasia kita tidak diungkapkan semua. Misal, berteman dengan A, karena saya
nyambung kalau cerita tentang makanan, berteman baik dengan B karena saya
nyambung kalau cerita tentang lemari, misalnya. Dan saya tidak bisa cerita
tentang lemari dengan A karena saya lebih enak, nyambung dengan B. Makanya, ada
banyak teman dekat dengan berbagai macam karakter yang bisa kita curhatin
dengan berbagai macam topik. So, saya berusaha untuk tidak memaksa seseorang
untuk bercerita tentang sesuatu hal jikalau saya bukan teman yang cocok untuk
mengobrolkan tentang itu. Wajar, kalau misalnya saya tahu A tentang makanan
saja, bukan lemari.
Oleh karena itu, jika ada teman yang
mengatakan, “Oh, jadi begitu, kamu sekarang sudah g cerita lagi masalah itu sama
aku, kamu g percaya sama aku, dan aku tahu itu dari orang lain?”
Buat saya, simple. G masalah….selama
saya g memaksa dia untuk cerita, selama dia mengannggap saya orang yang masih
dipercaya untuk cerita topik yang lain, nyaman dengan saya, okelah. Tidak ada
yang lebih indah dalam sebuah interaksi kecuali rasa percaya. Dan berusaha untuk
tidak merusak kepercayaan.
Salam guru professional!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar