Pernah tidak kita
mengucapkan terima kasih kepada petugas pom bensin yang telah mengisikan bensin
ke motor kita?
Pernahkah kita
mengucapkan terima kasih kepada tukang parkir yang menjaga motor kita,
menyeberangkan, hingga mencarikan tempat parkir?
Pernah tidak kita
berterima kasih kepada adik yang telah mengantarkan kita ke sana kemari,
menjemput sehabis kuliah?
Atau kita malu?
“Ah, itu mah biasa
saja, kan udah sering”
“Malu ah, kan nggak
terbiasa”
“Ah, sama saudara sendiri
nggak usah pakai terima kasih, udah kewajiban dia buat nolong saudaranya?”
Pernah nggak mikir
kayak gitu? Atau malah sering?
Tulisan ini
mengingatkan kita semua terutama saya pribadi yang sering kali abai terhadap
masalah sepele ini.
“Barang siapa yang
tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang
banyak.” (HR. Ahmad)
Hadist ini yang
beberapa bulan yang lalu sempat saya baca di depan pintu masuk lantai 3 auditorium
Kahar Muzakir yang menuju ke DPPAI. Cukup membuat saya merenung. Apa yang sudah
saya sukuri hari ini? Bagaimana saya dapat mensyukuri nikmat Allah yang banyak,
sedangkan yang sedikit saja tidak mampu saya sukuri?
Ahad, 29 desember
2014, adik saya menemukan dompet yang isinya STNK di daerah Jalan Kaliurang
atas nama X, karena STNK itu beralamat di Jogja, dia menyerahkan ke saya.
Karena saat itu juga dia harus segera pulang ke Temanggung.
Di dalam dompet itu
tidak ada petunjuk apapun selain sebuh nota dan foto remaja laki-laki ukuran
3x4.
Langsung saja saya
menghubungi nomor yang tertera di nota itu dengan sms,
“Assalamu’alaiku,
apakah benar ini pemilik STNK atas nama X
bla…bla…bla…
Beberapa menit
kemudian saya menerima balasan yang membuat saya geleng-geleng kepala sekaligus
nyesek “Ya”.
Hanya itu saja jawabannya.
Ha? Kok nggak ada
respon. Saya bingung sekaligus prihatin. Jika saya yang kehilangan barang itu,
maka saya akan menghubungi orang yang menemukan, menanyakan lokasi dimana orang
yang menemukan, mencarinya, berusaha secepat mungkin untuk bisa mendapatkan
STNK, itu kembali, mengucapkan terima
kasih dan bl….bla..bla…
Oh, mungkin orang
yang kehilangan ini cowok, sehingga enggak sebawel saya. Mungkin dia belum ngeh
kalau STNK nya hilang atau…berbagai argument lain yang memenuhi kepala saya
waktu itu.
Saya, adalah tipe
orang yang sesegera mungkin mengembalikan barang yang saya temukan. Saya
khawatir ketika orang ini akan menggunakan motornya tanpa STNK. Disitulah,
malah saya yang panik dan agresif dengan sms banyak sekali ke nomor yang tadi.
“Assalamualaikum,
saya Ulufi, mahasiswi, saya menemukan STNK bla….bla…bla…”
“Daerah mana itu”
jawab sms itu
“Oh, daerah
Kaliurang UII” balas saya
Saya heran, ini
orang yang kehilangan STNK tenang banget, nggak ada ekspresi yang wow! Malah
bilangnya seperti itu dan yang lebih parah lagi,
Dia Cuma bilang
“Hubungi no
…089 ini saja, saya anaknya”
Ya Ampun, Sumpah
deh! Bikin emosi nih orang. Kok bisa-bisanya yah, kalem, kayak baek-bek saja,
malah menyuruh saya menghubungi, dan parahnya hubungi ayahnya lagi.
Ini siapa yang
kehilangan?!!!!!
Kok aku yang
senewen!!!
Masak STNK punya
bapaknya hilang ngga dicariin, nggak diperhatiin, malah nyuruh orang yang
menemukan yang menghubungi!!! Batin saya geram
Hampir bikin saya
bertanduk tuh jawaban smsnya
Kemana kepedulian pada
ayahnya!!!
Hiks
Akhirnya saya sms ke
nomor yang tadi dikasih oleh mas/mbaknya. Dan…ga dibalas.
Dengan terpaksa, dan
saya udah benar-benar ilfeel, nih STNK plus dompetnya saya serahkan ke
satpam kampus. Sebel.
Kemudian saya sms ke
nomor Si Anak mengatakan bahwa STNK sudah saya letakkan ke satpam kampus FIAI
Aneh.
Beberapa menit
kemudian, saya turun ke bawah menemui satpam untuk menanyakan apakah di dompet
tadi terselip flash disk saya? Karena pada saat itu saya sedang
pengambilan video untuk tugas, dan ketika mengembalikan dompet, saya membawa flash
disk, jadi saya takut itu fash
disk terbawa. Sampai disatpam,
“Dompetnya sudah diambil, Mbak,” kata satpam
dan…katanya
“Iya, ini STNKku.
Loh, sama dompetnya?” kata beliau sambil menirukan orang yang mengambil dompet
dan STNK. Saat itu saya tidak berpikir, apakah benar itu memang dompetnya atau
bagaimana. Yang penting, dompet itu sudah kembali. Saya berpikir, mungkin salah
satu keluarga, atau kerabat yang tadi bawa motor itu sehingga dia tidak tahu
bawa dompet atau tidak.
Allahu akbar, saya
benar-benar geleng kepala dengan kejadian barusan. Saya tidak habis pikir.
Peristiwa itu saya curhatin ke teman, apa yang dia bilang?
“Ada dua hal sepele yang sering dilupakan oleh
orang yaitu bilang terima kasih dan meminta maaf”
Upss!!
Ya Allah, saya sadar
dan yakin, peristiwa ini adalah salah satu cara Allah untuk menguji,
menanyakan, melihat, merefleksikan. Sudahkah saya selalu berterima kasih
terhadap Dia dan orang-orang yang membantu saya?
Memang, saat itu
saya tidak pernah sedetikpun berpikiran bahwa saya menemukan STNK kemudian
dikasih uang. Oh…tidak. Sempat berpikir, “Nih orang nggak tahu berterima kasih
ya, seharusnya, lebih peka, menghormati, walaupun hanya lewat sms…”
Jangan-jangan, saya
juga seperti itu…tak tahu berterima kasih.
Jika dengan orang
lain yang hanya memberi, menolong sedikit saja saya sering lupa. Bagaimana
dengan Allah, yang telah memberikan saya terlalu banyak, bahkan tanpa saya
pinta? Apakah malah lupa, karena saking banyaknya?
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).
Jika saya melihat dari peristiwa diatas,
maka seperti orang yang melupakan, menutup dari nikmat Allah, tidak tahu
berterima kasih. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, terima kasih adalah rasa syukur. Sedangkan
berterima kasih artinya mengucap syukur;
melahirkan rasa syukur atau membalas budi setelah menerima kebaikan dan
sebagainya.
Mudah diucapkan tetapi susah diterapkan
kalau kita tidak terbiasa melakukannya. “Alah bisa karena biasa”. Tapi hal ini
bisa dibiasakan. Dengan berterima kasih, kita telah menghargai, mengapresiasi
apa yang dilakukan oleh orang lain terhadap kita. Bisa dengan ucapan, hadiah,
atau gerakan tubuh. Kalau kita berterima kasih kepada Allah, ya bisa diucapkan
dengan Alhamdulillah, atau dengan menggunakan nikmat Allah sesuai dengan
kehendakNya. Sebenarnya, berterima kasih ada manfaatnya lho, antara lain
1.
Membuat kita menjadi orang yang pandai bersyukur
2.
Bahagia. Coba kita perhatikan, orang yang mengucapkan
terima kasih, dia pasti sambil tersenyum, matanya berbinar-binar dan senang
bukan main atas perhatian kita.
3.
Membuat kita dikenal sebagai orang yang tahu berterima
kasih
4.
Kalau kita aplikasikan ke yang memberi kita hidup, maka
nikmat kita akan bertambah, sesuai dengan firman Allah dalam surat Ibrahim
diatas.
Ok, gimana? Masih nggak mau berterima
kasih untuk yang memberi, menolong kita? Yuk, belajar berterima kasih pada
Allah dan orang-orang disekitar kita!
×