Senin, 31 Oktober 2016

Uang Oh Uang


Hemmmm, dua tulisan saya mengenai uang . Buat saya ini penting, tidak apa-apa, buat belajar. Saya juga masih belajar. Belajar dari teman-teman saya. Ada sesuatu yang menarik. Salah seorang teman pernah bercerita tentang bagaimana mengelola keuangan. Kita bisa lihat memang bahwa orang yang pintar mengatur keuangan, dia akan selalu ready kapanpun dan dimanapun. Semoga saya bisa ya. Amin.
Mau tanggal muda, tua, tengah-tengah, g peduli. Pasti selalu ada uang. Enak sekali. Mau juga kayak gitu. Salah satu prinsip yang masih saya ingat adalah. Menabung terlabih dahulu, jangan menunggu sisa. Tabungan tiap bulan, 30% dari penghasilan. Hemmmmmm…..
Saya jadi mikir. Bisa g ya seperti itu?
Tapi menurut saya, apa yang dikatakan teman itu ada benarnya kok. Coba kita pikirkan, kalau menabung menunggu sisa, maka yang terjadi, g akan pernah bersisa, malah kurang. Betul apa salah?
Teman yang lain juga,
Darimanapun kita mendapatkan uang, jangan lupa, no 1 nabung dahulu, kemudian sedekah. Mau berapa persen terserah, sesuai dengan kemampuan.
Terus, ada juga teman saya yang membagi-bagikan uang kedalam sebuah amplop. Amlop 1 buat makan, amplop 2 buat sedekah, amplop 3 kebutuhan tak terduga dan seterusnya.  
Pantes, dia g pernah mengeluh masalah uang. Dan herannya, selalu ada uang. Nah, gimana inspirasi pagi ini? Tertarik mencobanya?

Semoga bermanfaat, selamat pagi dan selamat beraktifitas. 

Ngasih Makan Ayam


Wah, judulnya aku saja g mudeng. Berkali-kali salah satu teman bercerita tentang “ngasih makan ayam”. Ternyata oh ternyata tentang mengelola keuangan. Hemmm….
Setiap apapun itu mengandung inspirasi. Itu menurut saya. Bukankah kita belajar dari sekeliling kita? Bertemu dengan orang yang pelit, adalah sebuah keberkahan buat kita. Bertemu dengan orang jahat, nakal, cantik, pengeluh, penyabar, banyak hutang, bahkan sampai bertemu dengan semut adalah sebuah pelajaran hidup buat kita. Hanya orang-orang cerdaslah yang bisa mengambil pelajaran dari kehidupan sekeliling kita.
Back to topic. Berbicara mengenai uang, adalah sesuatu yang sensitif. Dimana pada tanggal muda gajian, tanggal setengah sudah kembang kempis g bersisa. Memang untuk mengatur keuangan, gampang-gampang susah. Ada beberapa orang yang bisa saya jadikan referensi untuk bisa kita contoh. Tanpa menyebutkan namanya, salah satunya apa yang saya kasih judul diatas. Suatu hari, saya bertemu dengan salah satu teman baik. Biasa, kalau sudah ngobrol bisa ngalor ngidul membahas sesuatu yang hihihihi….. Adaa…saja yang dibahas.
Salah satu yang inspiratif menurut saya adalah…. Sebut saja nama teman saya ini A. Nah, si A ini memiliki teman yang namanya B. B seorang ibu rumah tangga yang juga luar biasa dalam mengelola keuangan. Teman-teman pasti penasaran.
Si B ini, memiliki anak yang masih kecil. Beliau memiliki ide untuk menabung sehari seribu dengan cara memasukkan uang ke celengan ayam, dengan harapan, uang ini bisa digunakan untuk biaya sekolah anaknya. Setelah celengan ayam penuh, maka dipindah ke bank. Yah, tahu sendiri kan temans, biaya hidup semakin mahal apalagi pendidikan. B ini, memulai ide itu ketika anaknya masih bayi, bahkan mungkin sejak anaknya masih umur satu bulan. Saya belum mengkonfirmasi hal ini. Nah, sewaktu anak dari B ini masuk TK, beliau tidak kebingungan dalam membayar biaya, tinggal mengambil tabungan yang dikhususkan buat anak ini. Dan Alhamdulillah, sisa banyak. Hal itu dilakukan sampai sekarang, dan beliau juga mengajarkan anaknya untuk “ngasih makan ayam”.
Hemmm, buat saya, itu sungguh menarik. Tidak banyak orang yang berpikir seperti itu. Memang, nilai uang itu akan menurun. Namun setidaknya membantu sekali. G berat kok seribu sehari. Yang berat itu adalah konsisten.
Teman saya kerja, juga memiliki ide yang brilian. Kalau orang gajian, itu pasti tiap bulan dapat uang kang? Nah, teman saya yang satu ini, seorang ibu rumah tangga juga, selalu menyisihkan 50 ribu setiap bulan untuk biaya lebaran. Kalau kita hitung, maka selama satu bulan, akan terkumpul 600.000. Lumayan kan? Kalau kita bilang, “g cukup uang segitu buat lebaran”
Buat saya, bukan masalah cukup g cukup. Tapi setidaknya, beliau sudah saving 600.000. Kalau kebutuhan lebaran katakanlah 2juta, maka beliau hanya mencari 1,4 juta. Kalau tidak menabung? Maka masih kurang 2jt. Kan meringankan sekali to?
Betul tidak? Gimana?

Semoga bermanfaat. Selamat pagi, selamat beraktifitas.

Kamis, 27 Oktober 2016

Persembahan Skripsi

HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk kedua Orang Tuaku yang sangat aku sayangi dan cintai
Bapak Muhasim dan Ibu Sumarni. Aku bangga lahir, besar dan memiliki kalian. Terima kasih atas dukungan, doa, semangat, nasehat dan semua yang kalian berikan untukku, semoga Allah membalas dengan surgaNya dan kita sekeluarga bisa bersatu di JannahNya. Amin. Aku menyayangi kalian.

Adikku, Hadi Susanto. Engkau orang paling jujur terhadap apa yang ada pada diriku. Terima kasih atas semua pengorbanan yang kau berikan untukku. Semoga Allah melindungi, memberikan hidayah, mengangkat derajat, membalas kebaikan, mengabulkan keinginanmu dan semoga kita bertemu di jannahNYA kelak. Amin.

Kalian merupakan penyemangat dalam hidupku.

Dan seluruh keluarga besar, teman – teman seperjuangan, serta orang-orang yang telah ikut mendo’akan dan memberikan dukungan.


Motto

MOTTO
Dan apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan). Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain (QS: Al Insyirah: 7)


Termasuk dari kesempurnaan keislaman seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.(HR.Tirmidzi)

Berusahalah untuk selalu mencoba bagaimanapun caranya. Dia melihat prosesmu. Jika hal itu belum bisa membuatmu berhasil, yakinlah bahwa usahamu belum maksimal. Maksimal bukan dilihat dari kacamatamu, bukan juga orang lain yang melihatmu. Tapi ada Dia yang melihat. Bahwa kamu belum layak untuk mendapatkannya. Boleh jadi, kamu akan mendapatkan hal itu yang akan datang, disaat yang tepat, diwaktu yang tepat dan siap dengan semuanya (Ulufi Khasanah Hasyim)


Seseorang yang kamu lihat sangat kuat dihadapanmu, bisa jadi dia orang yang sangat lemah. Contohlah dia, bagaimana cara menyembunyikan dirinya dihadapanmu. Ia hanya akan lemah ketika dihadapan Tuhannya. (Ulufi Khasanah Hasyim)

Sambal Terasi

sambal terasi
Hemmmm, sebenarnya, saya tidak begitu suka sambal karena pedas. Loh, namanya sambal memang pedas. Tapi saya juga mau kok. Hemmm, bingung ya? Ya udah g usah dipikirin. Saya tertarik untuk membuat sambal ini karena kepingin teman satu kos yang saat itu sedang membuat sambal ini, dan saya dikasih. Kok enak, akhirnya saya bikin esok harinya. Dan ternyata…enak juga walaupun agak pedas.
Bahan-bahan
1.          Cabe merah
2.          Cabe rawit
3.          Bawang merah
4.          Bawang putih
5.          Terasi satu bungkus kecil (harganya 250 perak)
6.          Secukupnya Garam
7.          Secukupnya Gula
8.          Minyak goreng
Cara membuatnya
1.  Tumis cabe merah,cabe rawit,bawang merah,bawang putih, dan terasi hingga layu.
2.  Angkat dan uleg bahan no 1 sampai lembut
3.  Tambahkan garam dan gula
4.  Sajikan
Gampang kan!

Nah, itu semua, sesuai ukuran teman-teman. Kalau suka pedas, ya tambahin cabenya. Tapi kalau g suka pedas, sedikit saja cabenya dan tambahin gula. Hehehehe…..

Opor


Entah mengapa saya sekarang suka posting makanan. Bukan berarti saya doyan makan yak. Hehehehe…
Kali ini saya akan membagikan opor ayam ala saya
1.    Bawang putih
2.    Bawang merah
3.    Ketumbar
4.    Merica
5.    Kemiri
6.    Daun jeruk
7.    Daun salam
8.    Daun sereh
9.    Laos
10.                Jahe
11.                Kencur
12.                Cengkeh
13.                Gula
14.                Kunyit
15.                Garam
16.                Bawang goreng
17.                Ayam potong
18.                Santan
Cara membuatnya
1.    Giling/uleg semua bumbu. Kecuali, daun jeruk, sereh, daun salam, laos.
2.    Tumis bahan bumbu sampai harum, beri air sedikit.  
3.    Masukkan ayam, beri gula dan garam. Masak sampai matang.
4.    Beri santan. Angkat. Sajikan dengan taburan bawang goreng.
Catatan

Agar ayamnya lebih enak, tidak bau, tidak banyak minyak. Rebus dahulu ayam tanpa bumbu untuk menghilangkan lemak, tetapi jangan sampai matang. Air rebusannya dibuang. Jangan dipakai. Kata ibu saya, biar hilang obatnya. Kan tahu sendiri, ayam potong, ayam g normal. Jadi untuk bisa sampai di depan meja kita, hanya beberapa hari saja. akibatnya, obat-obatan dimasukkan ke dalam makanan mereka. Beda dengan ayam kampung. 

Soto


 gambarnya ambil di google soto Kudus
Lama sekali saya tidak menulis blog. Kali ini saya akan membagikan tips membuat soto ala saya. Bukan ala-ala yang lain ya….ibu saya kalau bikin hampir mirip kayak gini.
Apa saja bahan-bahannya dan bagaimana cara membuatnya? Yuk, intip disini
Bahan bumbu
1.    Bawang putih
2.    Bawang merah
3.    Ketumbar
4.    Merica
5.    Kayu manis
6.    Kapulaga
7.    Kemiri
8.    Daun jeruk
9.    Daun salam
10.                       Daun sereh
11.                       Laos
12.                       Jahe
13.                       Kencur
14.                       Cengkeh
15.                       Gula
16.                       Kunyit
17.                       Garam
18.                       Bawang goreng
Bahan pelengkap
1.    Ayam
2.    Bihun
3.    Kecambah
4.    Sledri
5.    Daun bawang
6.    Kecap manis/asin
Cara membuatnya
1.    Giling/uleg bahan bumbu kecuali kayu manis, cengkeh, daun jeruk, sereh, daun salam, laos, garam dan gula.
2.    Ayam disuwir-suwir
3.    Bihun dimatangkan terlebih dahulu. Rendam dalam air panas tapi jangan lama-lama, nanti lembek
4.    Kecambah juga disiram air panas, atau dimasak sebentar. Jika suka mentah tidak apa-apa. Selera.
5.    Batang sledri dan daunnya dipisahkan.
6.    Tumis bahan no 1, beri air yang banyak. Hal ini digunakan untuk kuah soto. Tambahkan batang sledri dan daun bawang, bisa juga ditambah tulang ayam.
Cara menyajikan
1.    Ambil piring, kasih nasi, susun bihun, kecambah, ayam, sledri dan bawang merah goreng secara bertumpuk
2.    Beri kuah soto
3.    Makan bersama kerupuk, sate atau gorengan, telur dan sambel lombok ijo, terasi atau tomat. Hemmm…sedapnya. Kalau kata Pak Bondan, mak nyuss…
Catatan
1.    Untuk isian, bisa ditambah kubis mentah.
2.    Untuk kuahnya, bisa pake santan atau bening, terserah




Selasa, 18 Oktober 2016

Cemilan Sehat dari Ubi



                                           panas dan harum, baru saja diangkat dari magicom
                                               
Siang-siang gini, enaknya emang nyemil. Apalagi cemilannya bikinan sendiri. Wuiiiihhhh, mantap!!!
Wah, saya jadi teringat, dua minggu yang lalu, saya pulang dari kampung dan membawa ubi. Buat apa ya? Pikir saya saat itu. Ya sudahlah, bawa aja, nanti sampai kos mikirnya. Ubi bisa dibikin sayur (loh), kolak, kue, keripik, cemilan dan lain-lain. Nah, tadi malam, ketika ketemu teman, baru dapat inspirasi buat bikin cemilan ini. Mudah-mudahan g mengecewakan hasilnya. Masak sendiri banyak untungnya loh.  Selain terserah mau kayak apa rasanya, bebas berkreasi, juga menghemat uang jajan. G perlu berlama-lama lagi yuk, ikutin resepnya. Apalagi buat anak kos seperti saya.
Bahan-bahan
1.  Ubi tela satu buah ukuran kecil (maklum, saya bikinnya sedikit saja, ini baru nyoba, jadi the fist experience)
2.  Parutan kelapa, satu genggam saja. Lebih banyak lebih gurih
3.  Gula merah secukupnya
4.  Garam secukupnya
Cara mengolahnya
1.  Kupas ubi, iris kecil-kecil, tujuannya adalah agar lebih cepat mengukus dan menumbuknya. Hati-hati dengan getah ubi, jika tidak segera dibersihkan akan susah. Kalau misalnya lebih aman, pakai plastik. Cuci bersih setelah dikupas.
2.  Gula merah disisir
3.  Angkat ketika sudah matang. Sekitar 15 menitan mengukusnya
4.  Tumbuk sampai halus
5.  Cetak. Terserah mau bentuk yang seperti apa


ditumbuk, ketika masih panas, biar tidak keras
Gampang kan? Buat anak kos seperti saya, walaupun serba terbatas, tetap bisa bikin kayak gitu. Rasanya…..ueeeenak banget. Apalagi jika mencium aroma kelapa, gula merah (apalagi jika gula aren) wuiiihhhhhh harum banget, bikin perut keroncongan. Teman-teman boleh kreasikan sendiri. Tadi itu cuma dasarnya saja, bisa ditambah buah nangka, pisang, pandan, panili, perasa dan lain sebagainya. Oh ya, saya itu mengukusnya pake magicom loh.

dicetak, sebenarnya bisa dibuat lebih unyu
Mahal g biayanya? Saya rasa tidak ya….karena ubinya saya dapat dari rumah, maka gratis. Saya beli gula merah, padahal bisa juga gula putih, tapi saya pengen seseuatu yang beda, biar harum dan enak. Harga ¼ gula merah 4000, itu saja g dibikin semua kan? Jadi sekitar 1000 lah. Garam, udah punya. Dan terakhir parutan  kelapa,  beli harganya 2500, itu sudah dapat banyak. Menurut saya kebanyakan, tapi gak apa-apa daripada dibuang kan sayang. Gimana, tertarik?

dan....taraa...hasilnya.
kalau ditempat saya namanya getuk

So, g ada alasan buat g bikin.










Senin, 17 Oktober 2016

Kumpulan Kata Bijak dari Buku

Kita memang tidak bisa mengendalikan takdir, kita tidak bisa memilihnya. Tetapi kita msih punya kesempatan untuk menyikapi takdir dengan bijaksana

Bukan kita yang memilih takdir, tetapi takdir yang memilih kita. bagaimanapun, takdir bagaikan angin bagi seorang pemanah. Kita selalu harus mencoba untuk membidik dan melesatkanya disaat yang tepat (Shalahuddin Al Ayyubi)

Jangan pernah merasa menjadi orang paling menderita di dunia ini. hidup tidak semenyedihkan itu, kawan. Kalau kita sedang di masa yang sulit, mungkin Tuhan sedang menginginkan kita menundukkan kepala, melihat-lihat orang lain yang tidak seberuntung kita. dengan begitu, kita jadi ingat, hal yang selama ini tidak kita syukuri. Kesempatan yang lebih baik yang diberikan Tuhan. Benar kan?


Minggu, 16 Oktober 2016

Betapa Susahnya Bilang Terima Kasih[1]


Pernah tidak kita mengucapkan terima kasih kepada petugas pom bensin yang telah mengisikan bensin ke motor kita?
Pernahkah kita mengucapkan terima kasih kepada tukang parkir yang menjaga motor kita, menyeberangkan, hingga mencarikan tempat parkir?
Pernah tidak kita berterima kasih kepada adik yang telah mengantarkan kita ke sana kemari, menjemput sehabis kuliah?
Atau kita malu?
“Ah, itu mah biasa saja, kan udah sering”
“Malu ah, kan nggak terbiasa”
“Ah, sama saudara sendiri nggak usah pakai terima kasih, udah kewajiban dia buat nolong saudaranya?”
Pernah nggak mikir kayak gitu? Atau malah sering?
Tulisan ini mengingatkan kita semua terutama saya pribadi yang sering kali abai terhadap masalah sepele ini.
Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad)
Hadist ini yang beberapa bulan yang lalu sempat saya baca di depan pintu masuk lantai 3 auditorium Kahar Muzakir yang menuju ke DPPAI. Cukup membuat saya merenung. Apa yang sudah saya sukuri hari ini? Bagaimana saya dapat mensyukuri nikmat Allah yang banyak, sedangkan yang sedikit saja tidak mampu saya sukuri?
Ahad, 29 desember 2014, adik saya menemukan dompet yang isinya STNK di daerah Jalan Kaliurang atas nama X, karena STNK itu beralamat di Jogja, dia menyerahkan ke saya. Karena saat itu juga dia harus segera pulang ke Temanggung.
Di dalam dompet itu tidak ada petunjuk apapun selain sebuh nota dan foto remaja laki-laki ukuran 3x4. 
Langsung saja saya menghubungi nomor yang tertera di nota itu dengan sms,
“Assalamu’alaiku, apakah benar ini pemilik STNK atas nama X  bla…bla…bla…
Beberapa menit kemudian saya menerima balasan yang membuat saya geleng-geleng kepala sekaligus nyesek “Ya”.
 Hanya itu saja jawabannya.
Ha? Kok nggak ada respon. Saya bingung sekaligus prihatin. Jika saya yang kehilangan barang itu, maka saya akan menghubungi orang yang menemukan, menanyakan lokasi dimana orang yang menemukan, mencarinya, berusaha secepat mungkin untuk bisa mendapatkan STNK, itu kembali,  mengucapkan terima kasih dan bl….bla..bla… 
Oh, mungkin orang yang kehilangan ini cowok, sehingga enggak sebawel saya. Mungkin dia belum ngeh kalau STNK nya hilang atau…berbagai argument lain yang memenuhi kepala saya waktu itu.
Saya, adalah tipe orang yang sesegera mungkin mengembalikan barang yang saya temukan. Saya khawatir ketika orang ini akan menggunakan motornya tanpa STNK. Disitulah, malah saya yang panik dan agresif dengan sms banyak sekali ke nomor yang tadi.
“Assalamualaikum, saya Ulufi, mahasiswi, saya menemukan STNK bla….bla…bla…”
“Daerah mana itu” jawab sms itu
“Oh, daerah Kaliurang UII” balas saya
Saya heran, ini orang yang kehilangan STNK tenang banget, nggak ada ekspresi yang wow! Malah bilangnya seperti itu dan yang lebih parah lagi,
 Dia Cuma bilang
“Hubungi no …089  ini saja, saya anaknya”
Ya Ampun, Sumpah deh! Bikin emosi nih orang. Kok bisa-bisanya yah, kalem, kayak baek-bek saja, malah menyuruh saya menghubungi, dan parahnya hubungi ayahnya lagi.
Ini siapa yang kehilangan?!!!!!
Kok aku yang senewen!!!
Masak STNK punya bapaknya hilang ngga dicariin, nggak diperhatiin, malah nyuruh orang yang menemukan yang menghubungi!!! Batin saya geram
Hampir bikin saya bertanduk tuh jawaban smsnya
Kemana kepedulian pada ayahnya!!!
Hiks
Akhirnya saya sms ke nomor yang tadi dikasih oleh mas/mbaknya. Dan…ga dibalas.
Dengan terpaksa, dan saya udah benar-benar ilfeel, nih STNK plus dompetnya saya serahkan ke satpam kampus. Sebel.
Kemudian saya sms ke nomor Si Anak mengatakan bahwa STNK sudah saya letakkan ke satpam kampus FIAI Aneh.
Beberapa menit kemudian, saya turun ke bawah menemui satpam untuk menanyakan apakah di dompet tadi terselip flash disk saya? Karena pada saat itu saya sedang pengambilan video untuk tugas, dan ketika mengembalikan dompet, saya membawa flash disk,  jadi saya takut itu fash disk terbawa. Sampai disatpam,
 “Dompetnya sudah diambil, Mbak,” kata satpam dan…katanya
“Iya, ini STNKku. Loh, sama dompetnya?” kata beliau sambil menirukan orang yang mengambil dompet dan STNK. Saat itu saya tidak berpikir, apakah benar itu memang dompetnya atau bagaimana. Yang penting, dompet itu sudah kembali. Saya berpikir, mungkin salah satu keluarga, atau kerabat yang tadi bawa motor itu sehingga dia tidak tahu bawa dompet atau tidak.
Allahu akbar, saya benar-benar geleng kepala dengan kejadian barusan. Saya tidak habis pikir. Peristiwa itu saya curhatin ke teman, apa yang dia bilang?
 “Ada dua hal sepele yang sering dilupakan oleh orang yaitu bilang terima kasih dan meminta maaf”
Upss!!
Ya Allah, saya sadar dan yakin, peristiwa ini adalah salah satu cara Allah untuk menguji, menanyakan, melihat, merefleksikan. Sudahkah saya selalu berterima kasih terhadap Dia dan orang-orang yang membantu saya?
Memang, saat itu saya tidak pernah sedetikpun berpikiran bahwa saya menemukan STNK kemudian dikasih uang. Oh…tidak. Sempat berpikir, “Nih orang nggak tahu berterima kasih ya, seharusnya, lebih peka, menghormati, walaupun hanya lewat sms…”
Jangan-jangan, saya juga seperti itu…tak tahu berterima kasih.
Jika dengan orang lain yang hanya memberi, menolong sedikit saja saya sering lupa. Bagaimana dengan Allah, yang telah memberikan saya terlalu banyak, bahkan tanpa saya pinta? Apakah malah lupa, karena saking banyaknya?
 “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).
Jika saya melihat dari peristiwa diatas, maka seperti orang yang melupakan, menutup dari nikmat Allah, tidak tahu berterima kasih. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, terima kasih adalah rasa syukur. Sedangkan berterima kasih artinya mengucap syukur; melahirkan rasa syukur atau membalas budi setelah menerima kebaikan dan sebagainya.
Mudah diucapkan tetapi susah diterapkan kalau kita tidak terbiasa melakukannya. “Alah bisa karena biasa”. Tapi hal ini bisa dibiasakan. Dengan berterima kasih, kita telah menghargai, mengapresiasi apa yang dilakukan oleh orang lain terhadap kita. Bisa dengan ucapan, hadiah, atau gerakan tubuh. Kalau kita berterima kasih kepada Allah, ya bisa diucapkan dengan Alhamdulillah, atau dengan menggunakan nikmat Allah sesuai dengan kehendakNya. Sebenarnya, berterima kasih ada manfaatnya lho, antara lain
1. Membuat kita menjadi orang yang pandai bersyukur
2. Bahagia. Coba kita perhatikan, orang yang mengucapkan terima kasih, dia pasti sambil tersenyum, matanya berbinar-binar dan senang bukan main atas perhatian kita.
3. Membuat kita dikenal sebagai orang yang tahu berterima kasih
4. Kalau kita aplikasikan ke yang memberi kita hidup, maka nikmat kita akan bertambah, sesuai dengan firman Allah dalam surat Ibrahim diatas.
Ok, gimana? Masih nggak mau berterima kasih untuk yang memberi, menolong kita? Yuk, belajar berterima kasih pada Allah dan orang-orang disekitar kita!
×






[1] Pernah dimuat di bulletin Al Rasikh DPPAI UII bulan Agustus 2016