Senin, 02 Mei 2016

Filosofi Jalan Raya


Tahukah kita bahwa ketika kita berjalan di jalan raya, ada banyak ilmu yang kita dapatkan. Alhamdulillah, saya bisa mengambil filosofis ini tanpa sebelum saya membacanya. Saya hanya mengambil kesimpulan dari kejadian yang saya alami. Dan seorang teman, zulfa, pernah menngatakan filosofis tentang jalan ini kepada saya. Namun, jujur, saya lebih dahulu memikirkannya sebelum beliau mengungkapkannya. Jadi ini murni pemikiran saya dahulu. Kalaupun saat ini saya membuka internet tentang filosofi jalan raya, mungkin sudah ada. Tetapi saya ingin tulisan ini tanpa campur pemikiran orang lain sebelumnya.
Hal ini terinspirasi ketika saya setiap bulan pulang kerumah dengan mengendarai sepeda motor. Dengan jarak tempuh yang lumayan, satu setengah sampai dua jam, saya sering memikirkan hal-hal aneh dan konyol ketika mengendarai. Dan salah satu hal ini adalah filosofi jalan raya.
Tahukah teman-teman, bahwa kita memilih jalan sebelah kiri ketika kita memulai sebuah perjalanan, ketika berjalan. Ini seperti kebanyakan dari kita. Kita tidak boleh melanggarnya. Sudah asalnya ya….g boleh macem-macem. Semua motor, mobil, sepeda bergerak, kalaupun berhenti, mereka hanya singgah, melepas lelah untuk beberapa saat kemudian meneruskan perjalanan lagi. Seperti hidup juga, ada yang berhenti sejenak, tidur, makan, untuk bisa menjalani perjalanan yang sangat jauh lamanya. Dan tahukah teman-teman, ada banyak jenis motor, mobil, sepeda bahkan pejalan kaki. Mereka semua ibarat kita. Ada yang miskin, kaya, sedang, kita bisa melihat apapun yang ada di depan, belakang dan samping kita. Bagaimana etika menyalip, lihat belakang, depan, kanan-kiri, ukur diri kita, kira-kira bisa tidak, nyampai tidak. Jangan sembarangan menyalip. Kita bisa menengok siapa yang akan mendahului kita ketika kita tidak cepat, berjalan stabil atau bahkan mengklason kita, memberhentikan, memeperingatkan kita ketika kita lalai, terlalu lambat dalam berjalan. Berjalan terlalu cepat dengan tidak memperhatikan orang-orang disekeliling kita, sebel, marah ketika di dahului. Seharusnya membuat kita sadar, eh, teman kita sudah berlari jauh, jauh, kita masih disini.
Atur kecepatan, mau bagaimana? Hidup juga mau yang seperti apa? Jika kita ingin lebih cepat dari orang lain, maka kita bisa menyalipnya. Bukan dari sebelah kiri, bukan dengan cara-cara yang licik. Di sebelah kanan. Kita mau menyalip siapapun. Orang-orang yang lebih dari kita (yang pake mobil, mereka, saya ibaratkan dengan orang yang lebih beruntung, saingan terberat bagi pejalan kaki, pesepeda dan sepeda motot) tetapi bila kita bisa menyalipnya. Hebat.
Dan di jalan raya itu ada rambu-rambu, aturan, yang g boleh dilanggar sembarangan. Hidup juga begitu, ada aturan agama, adat, norma, negara dan lain-lain. Siap-siapa kalau melanggar bakalan disemprit atau malah bunuh diri.
Di jalana raya, kita juga akan selalu menyalip. Habis menyalip motor, ada mobil, ada lagi truk tronton, ada juga truk yang gede-gede (saya belum tahu bahasanya), hal ini mirip sekali dalam hidup. Setiap kita selesai dari masalah, akan ada masalah yang lain, baik itu kecil maupun besar. Ada yang sulit, membuat kita jatuh, ada yang membutuhkan konsentrasi untuk menyalipnya. Ternyata…..
Jangan juga main HP ketika jalan, seperti hidup, g fokus, g konsentrasi. Yang bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar