Selasa, 31 Mei 2016

Ketika Harus Mengikuti


Zaman sudah berubah. Orang yang tidak mengikutinya, maka akan tertinggal. Zaman edan, yen ora edan, ora keduman. Itu adalah salah satu kalimat yang bisa jadi benar, bisa jadi salah. Mengapa bisa begitu? Karena, jika kalimat itu dipake dalam konteks keburukan, maka akan menjadi sebuah kejehatan yang beranak pinak. Tetapi jika kita dikontekskan dengan perbuatan baik, kemajuan, inovasi, maka akan menjadi sebuah peningkatan yang sangat signifikan. Bahkan kita akan menjadi seorang yang mampu mengikuti perubahan zaman. Ingat ojek konvensional dengan gojek saat ini? Inilah yang saya maksudkan. Ke arah yang lebih positif.
Saya teringat dengan kejadian beberapa jam yang lalu, ketika seorang teman, menanyakan tugas ke saya, dia satu kelompok dengan saya. Dia menanyakan kapan mengerjakan tugas presentasi. Loh, udah kami kerjain, ternyata oh ternyata, dia g punya WA, padahal, kami ngobrolnya lewat WA dan saya sudah woro-woro di grup yang lebih besar, yang kemungkinan ada dia, untuk ngerjain bareng di sini dan jam segini. Masya allah, ternyata beliau tidak punya WA. Mohon maaf.
Saya malah jadi g enak, kasihan dan minta maaf atas kejadian ini. Saya kira dia baca WA saya, woro-woro saya. Saya jadi teringat dengan kejadian beberapa bulan yang lalu. Sering g tahu info karena teman-teman informasinya lewat WA. Beruntung saya memiliki teman-teman yang luar biasa, selalu memberi tahu informasi yang diumumkan lewat WA. Jadi saya g ketinggalan info. Tetapi lama-lama g enak juga, dan saya memang butuh HP baru untuk akses info dan mempermudah saya. Alhamdulillah saya memilikinya. Semoga, siapapun yang belum memiliki HP baru yang ada aplikasi androidnya, diberi rezeki supaya lekas punya. Amin



???????????????????????????????????

Masalah tidak akan bisa selesai dengan menghindar
Hadapi!!!
huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Biasa
Galau
Loh!!!
Kok gitu sih!!
Ngeluh
Marah-marah!!
Dan
Nangis
Nyesek
Lari yuk!
Males ngapa-ngapain
Atau g produktif
Jadi beban
Keluar
Hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
Self reminder

Menulis Dalam Tujuh Menit


Pernahkah teman-teman disuruh menulis tanpa henti, jeda, dan mikir?
Saya pernah. Ketika dalam suatu training yang diadakan oleh lembaga yang biasa saya ikuti, saya disuruh melakukan hal itu. Dalam tujuh menit, kita disuruh menulis terserah. Apapun, sesuai yang ingain kita tulis. Ga masalah salah, yang penting menulis, menulis dan menulis.
Ternyata, saya pegel, masih mikir, dan ada jeda. Padahal dalam peraturan itu, dihitung berapa kali mikir, berhenti, jeda. Susah juga ya…ditambah mau ngomong apa coba. Tapi ajaibnya, kami berdua puluh orang itu, sanggup dan bisa melakukan hal itu. dan menghasilkan tulisan-tulisan yang lumayan. Lumayan untuk dibuang. Heheheheh, bercanda.

Ternyata, kita bisa melakukan hal itu, walaupun pertama kali harus diipaksa untuk melakukannya. Setidaknya itu adalah perbuatan yang baik. Menulis karena terpaksa terlabih dahulu lebih baik daripada tidak  sama sekali. Iya bukan? Yuk menulislah, paksa dirimu untuk melakukan kabaikan sekecil apapun. Jika kamu tidak bisa berdakwah dengan lisan, minimal dengan tulisan, status yang membuat orang mengingat kebaikan, membawa perubahan, dan memberikan pencerahan. Selamat berproses manjadi labih baik

Sabtu, 28 Mei 2016

Ibu Susi, Sosok yang Menginspirasi Buat Kami


Kami mendapat tugas kuliah untuk penelitian tindakan kelas. Bukan kelas-kelas pada umumnya, tetapi kami disuruh untuk meneliti di TPA. Tapi tak apa, kami dipertemukan dengan sosok ibu yang istimewa dan menginspirasi.
“Pintar sekali ibu ini dalam menguasai kelas” batin saya waktu pertama kali bertemu.
Anak-anak manut-manut pada beliau, ternyata oh ternyata, beliau adalah guru Tk.  Oalah pantesan beliau bisa menaklukan anak-anak yang super duper aktif itu. Jangan ditanya, saya saja sampai kualahan menanganinya. Dua orang anak naik minta gendong saya, hadoooohhhhh. Ternyata, saya kuat juga. Heheheh
Menyenangkan sekali dengan beliau. Semangatnya luar biasa menghadapi lima puluh anak seorang diri. Dan hebatnya, anak-anak itu, mereka bisa ngaji, dibandingkan dengan TPA yang pernah saya ajar.
Dengan metode bernyanyi dalam menghafal, anak-anak lebih mudah untuk menangkap pelajaran.
Dan…..ada satu hal yang menggelitik dan menyentuh nurani saya. Beliau selalu membawa jajanan katika mengajar. Apa pasal? Bukan untuk dijual, namun untuk diagikan kepada anak-anak. Ketika saya iseng bertanya, beliau menjawab mengajarkan anak untuk bersedekah. Dengan cara ini, banyak anak yang mau belajar TPA. Belajar TPA karena dapat makanan, taka apa, yang penting bisa belajar.
Satu hal yang membuat saya terharu dengan alasan yang beliau utarakan adalah
“Jika tidak kita, siapa lagi? Disini ini, banyak kristenisasi” sampai disini, saya bener-bener bengong. Ya allah.
Kami sempat takut, banyak anjing berkeliaran disana-sini.
“Anak marbot, namanya X, dia sekarang sudah pakai salib, B, sekarang tidak berangkat, hampir masuk Kristen”
“Mereka hanya diberi uang setiap hari, sembako, modal, sarimi lima bungkus, berpindah keyakinan”
“Jika kita tidak melakukan hal apapun, ada orang lain yang akan menolong saudara kita yang bukan dari kalangan kita”
“Mana namanya saudara, Islam, kita tidak bisa menutup mata, tidak peduli dengan keadaan ini”
“Mereka memiliki modal yang besar, kita? Tidak bisa melakukan sendiri, saya mengajak orang-orang disekitar sini untuk mengadakan program kencleng. Setiap rumah dikasih satu kencleng yang bisa diisi terserah. Nanti setiap bulan akan dibuka, lumayan satu bulan bisa empat juta, jika kita sendiri, tidak bisa. Ini untuk membantu saudara-saudara kita yang tidak punya uang, modal usaha”

Semoga istiqomah ya bu. Amin 

Jumat, 27 Mei 2016

Tujuan Menulis[1]


1.   Mengajak kebaikan
Mengajak kebaikan bukan hanya dengan lisan “Yuk, ngaji?”
Tetapi bisa dengan tulisan. Ingat  Kak Abik? Penulis best seller yang tulisan dan buku-bukunya sangat menginspiratif orang untuk menjadi Fakhri, Aisya, Ana Althofunnisa, Azzam dan tokoh-tokoh fiktif dalam tulisannya. Bukankah iu memberikan kita teladan bahwa kita bisa menjadi sosok dalam fiktif yang diciptakan oleh pengarang. Tetapi kita punya idola yang hebat, bahkan keteladanannya sampai ditulis dalam alquran sebagi uswatun hasanah. Saya pikir teman-teman sudah tahu. Kita bisa bayangain, coba itu hanya disampaikan lewat mulut ke mulut. Pasti banyak orang g akan percaya, tetapi, ditulis, diabadikan dalam buku yang paling banyak dibaca oleh manusia di dunia.
2.   Menyiarkan kebenaran
Apa jadinya jika islam tidak ada tulisan. Alquran dan Hadist dituliskan? Kitab-kitab ulama terdahulu? Mengapa kartini lebih terkenal dari pada wanita lain sezaman dengan beliau? Karena beliau menuliskan pemikirannya. Coba kita lihat, kita amati, selidiki. Banyak ustadz yang ceramah, kajian, materi atau pesan akan cepat hilang bahkan sejak jamaah pergi dari kajian. Gitu kan? ikut kajian tetapi g ada bekasnya. Itulah kekuatan ucapan, beda dengan tulisan
3.   Membantu agama-Nya
Dengan menulis, itu akan dibaca oleh beberapa generasi. Agama Islam disebarkan dengan tulisan. Apa jadinya jika alquran hanya dihafal, bisa jadi berubah. Namun ditulis, ditambah dihafal oleh orang-orang pilihan (saya menyebutnya begitu karena tidak semua orang bisa melakukannya dan mau melakukannya).
4.   Menabung pahala
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631).
Pahala akan mengalir ketika seseorang menuliskan kebaikan ide, pikiran, gagasannya kemudian orang lain meniru, ini akan menajdi paha yang tidak akan terputus sampai orang itu meninggal. Begitupun sebaiknya jika menulis kejelekan. Pilihan ada di tangan kita, mau pilih yang mana?
5.   Bekal menghadap-Nya
Saya jadi teringat dengan apa yang disampaikan oleh owner brainy bunch international montessory school, beliau sangat jauh kedepan. Visioner, inspirratif. Misinya bukan hanya didunia saja, tetapi afterhere beliau menyebutnya yaitu alam baka. Smart goal is jannah. Not easy, but we can do it. Semua orang mau, tapi tidak banyak orang yang mau melakukannya.
Orang-orang yang telah memahami hakikat hidup (sok berfilsafat nih) akan banyak bertanya untuk apa hidup? mengapa harus melakukan ini? apa tujuan hidup ini? dimana akhir dari perjalanan ini?
Nah, dengan begitu, akan terjadi sebuah pemikiran tentang siapa dan apa diri kita. Untuk apa kita diciptakan sehingga apapun yang kita lakukan, ada goalnya. So, menulis yuk…
Nb: trima kasih buat teman-teman yang sudah mengingatkan saya, tetap istiqomah dalam kebaikan. Semoga Allah membalas kebaikan kalian.


[1] Diolah dari training BSM PKPU cabang Yogyakarta

Tujuan Menulis[1]


1.     Royalty
Jangan ditanya berapa royalty yang didapatkan oleh penulis best seller. Ingat, penulis best seller. JK Rowling? Penulis Harry Potter. Hemmmm….
Penulis Indinesia, ada Kang Abik, Asma Nadia.
2.     Popularitas
Tidak bisa dipungkiri, efek dari orang yang menulis, palagi bukunya best seller, pasti akan terkenal. Banyak orang yang menanti tulisan berikutnya.
3.     Pengaruh
Ada yang kenal Asma Nadia? Beliau memiliki pengaruh yang sangat besar, ditambah beliau sebagi penulis muslimah yang sangat produktif. Saya pernah membaca tulisan beliau disebuah majalah, bahwa beliau memilki keprihatinan mendalam berhubungan dengan mushola yang kecil, sumpek, gerah, panas,kotor, bau yang berada di mall-mall megah di Indonesia. Bangunan megah tersebut hanya memilki beberapa meter persegi untuk ruangan bernama mushola. Padaha mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Dengan hal tersebut, beliau memiliki kemampuan berkomunikasi, mnyampaikan ajakan untuk memperhatikan mushola bagi pengembang, kontraktor-kontraktor megah untuk membangun mushola yang lebih nyaman.
4.     Unjuk diri
Siapa aku. Kira-kira begitu ya

5.     Ikut-ikutan
Tau yang terakhir ini, ikut-ikutan teman. yah, kalau saya, masih mending daripada ikut pada teman yang g bener. Setuju tidak?



[1] Tulisan ini diambil dari training BSM PKPU cabang Yogyakarta 

Kamis, 26 Mei 2016

Penentu Komunikasi


Komunikasi ditentukan oleh beberapa hal diantaranya:
1.    7% pilihan kata. Kalau dalam bahasa sastra atau puisi adalah diksi. Dengan siapa kita berbicara, orang tua, anak-anak, teman atau dosen? Itu sudah berbeda. Dalam bahasa jawa, kita mengenal beberapa kata yang artinya sama, namun memiliki kegunaan yang berbeda. Ada rasa, ada sesuatu yang bermain di setiap kata yang diucapkan. Misal, kata makan. Dalam bahasa jawa maem (untuk anak-anak, teman sebaya), dahar (untuk orang yang lebih tua), mangan (untuk teman yang lebih akrab). Coba kita pakai kata itu tidak pada tempatnya, jangan coba-coba ya…bisa kena marah, dicap sebagai orang yang memiliki unggah-ungguh nanti.
2.    38% suara. Yang memilki suara lemah lembut, duh, bikin gemes. Dan yang memilki suara keras dan lantang. Manfaatkan kelebihanmu untuk menularkan kabaikan kepada orang disekitar kita ya….jangan samapai punya suara yang bagus bbuat membentak-bentak. Tekanan, intonasi juga memperngaruhi persepsi, tangkapan orang lain terhadap apa yang diucapkan olah kita. Maka, berhati-hatilah ya kawan.
3.    55% non verbal atau gerak tubuh. Intinya yang selain kata-kata. wah, ini yang paling kelihatan. Bagaimana ekspresi orang yang sedang jatuh cinta, berbohong, tidak suka, tidak respek, sampai menolak kehadiran kita. Tentunya, kita sudah tahu bukan. Bagaimana menempatkan diri sebagai muslim yang baik.

Banyak yang mesti saya sampaikan, lain kali saya sambung lagi ya. Next time insya allah bisa berbagi lagi.

Tulisan ini diambil dari catatan training BSM PKPU cabang Yogyakarta 

Menulis Dalam Tujuh Menit


Pernahkah teman-teman disuruh menulis tanpa henti, jeda, dan mikir?
Saya pernah. Ketika dalam suatu training yang diadakan oleh lembaga yang biasa saya ikuti, saya disuruh melakukan hal itu. Dalam tujuh menit, kita disuruh menulis terserah. Apapun, sesuai yang ingain kita tulis. Ga masalah salah, yang penting menulis, menulis dan menulis.
Ternyata, saya pegel, masih mikir, dan ada jeda. Padahal dalam peratutran itu, dihitung berapa kali mikir, berhenti, jeda. Susah juga ya…ditambah mau ngomong apa coba. Tapi ajaibnya, kami berdua puluh orang itu, sanggup dan bisa melakukan hal itu. da menghasilkan tulisan-tulisan yang lumayan. Lumayan untuk dibuang. Heheheheh, bercanda.

Ternyata, kita bisa melakukan hal itu, walaupun pertama kali harus diipaksa untuk melakukannya. Setidaknya itu adalah perbuatan yang baik. menulis karena terpaksa terlabih dahulu lebih baik daripada tidak  sama sekali. Iya bukan? Yuk menulislah, paksa dirimu untuk melakukan kabaikan sekecil apapun. Jika kamu tidak bisa berdakwah dengan lisan, minimal dengan tulisan, status yang membuat orang mengingat kebaikan, membawa perubahan, dan memberikan pencerahan. Selamat berproses manjadi labih baik

Menahan Marah


Saya pernah membaca postingan disebuah fb milik seorang teman. disitu diceritakan antrean mobil di jam-jam sibuk. Mereka saling mengutuk, mamaki, sumpah serapah keuar dari mulut mereka karena macet. Kemacetan beberapa meter terjadi karena ada satu sebab. Mereka marah, dimana orang takut terlambat untuk datang ke tempat kerja, anak-anak takut terlambat sekolah, angkutan umum sibuk dengan penumpangnya, sedangkan ibu-ibu rempong untuk mengatur sang buah hati. Apa pasal yang menyebabkan macet parah? Mereka saling mengklakson.
Ternyata, setelah beberapa saat lamanya, diketahui bahwa penyebab kemacetan adalah seorang  Bapak-bapak yang sudah berumur menyeret gerobak sampah bawaanya, istilahnya adalah pemulung. Bisa teman-teman bayangkan, dengan tenaga yang tidak lagi muda, sepuh, dengan wajah berkeringat, bisa jadi belum makan, karena masih pagi dan belum tentu ada makanan di rumah, sudah mengais rizki di pagi hari, tidak kuat, tidak cepat untuk mendorong gerobak sehingga berjalan pelan. Itulah penyebab kemacetan yang lumayan panjang.
Sedih saya melihat postingan ini
dan saya teringat dengan kejadian yang ada di depan saya beberapa waktu yang lalu, sebuah bus berpintu satau menurunkan penumpang. Sudah menepi sih. Namun tiba-tiba, sebuah alpard menyembunyikan klakson kencang berkali-kali, membuat saya kaget.” Ini sopir g sabaran banget sih. Bikin berisik”. Tunggu dulu kenapa?

Orang yang kuat bukanlahh orang yang kuat badannya, namun yang bisa menahan amarahnya, nabi bersabda demikian. Salam sukses danbahagia

Kotak Amal


Reaksi apa yang teman-teman lakukan ketika melihat kotak amal terlintas di depan kita
1.   Ada yang pura-pura nggak lihat tu kotak amal, sampai seorang teman menyenggol, memberikan kode dengan tengan dan mata untuk memindahkannya. Baru itu kotak amal dipindah
2.   Ada yang ambil tu kotak amal, kasihkan ke yang lain dan tetap fokus pada apa yag sedang dikerjakan
3.   Setelah kotak amal di depan mata, buka dompet, dibolak-balik itu dompet, kalau perlu di tumpahkan isinya, dicari di tiap lipatan-lipatan bercampur kertas nota dan ATM dan kartu identitas yang banyak macamnya. Ambil uang yang paling kecil nominalnya, receh pula, jelek, udah bulukan, berjamur dan kumal
4.   Udah disiapin dari rumah, tinggal masukin
5.   Atau yang terakhir, ambil uang yang paling besar, masukin ke dalam kotak
Adakah salah satu sifat kita diatas?

Saya yakin, bahwa ada salah satu sifat kita yang saya sebutkan diatas. Apakah kita suka jika diberi sesuatu yang baik, bagus, cantik, rapi, harum dan segala yang berbau baik, tetapi mengapa kita tidak bisa memberi seperti apa yang telah kita beri? Manusia mamang seperti itu. itu memang sudah dari sononya. Hanya orang-orang yang yakinlah yang akan mengambil jalan yang berbeda dengan orang kebanyakan. Self reminder

Sabtu, 21 Mei 2016

TULISAN KE 100

Alhamdulillah, ini tulisan saya genap 100, terima kasih Allah, masih memberikan kesempatan untuk bisa istiqomah yang susahnya, masya allah, subhanallah, semuanya disebutin karena saking susahnya melawan malas. Buat orang-orang yang telah memberikan inspirasi, baik yang saya kenal ataupun tidak, thank you. Setiap hari adalah inspirasi

Pilih Surga Yang Mana?


Ketika mendapatkan musibah, bisa jadi itu kesempatan agar pahala sholat kita bisa sempurna. Pernah tidak kita melihat bagaimana sholat kita yang g khusyuk, bacaan yang cepat dengan kecepatan super.
Siapakah diantara kalian yang sholat tahajudnya selama sepuluh tahun terakhir tidak perah bolong?
Siapakah diantara kalian Sholat dhuhanya selama sepuluh tahun terakhir tidak pernah bolong?
Siapakah diantara kalian puasa sunnah senin kamisnya selama sepuluh tahun terakhir tidak pernah bolong?
Siapakah diantara kalian khatam alqurannya selama sepuluh tahun terakhir tidak pernah bolong?
Mau milih surga yang mana?
Ternyata, setelah menengok diri saya sendiri, hhhhhhh, rasa-rasanya semakin kecil, g berharganya saya, apa yang sudah saya lakukan. Namun, saya kagum, ada salah satu teman saya, yang ketika ditanya dengan pertanyaan diatas, satu orang yang melakukan diantara empat pilihan tersebut, yaitu selalu puasa sunnah, sudah sekitar sepuluh tahun dan tak pernah bolong. Subhanallh. Ada ya, yang benar-benar istiqomah melakukannya. Salut buat beliau semoga tetap istiqomah sampai akhir hayatnya.



Rahasia Husnul Khotimah


Siapa yang tidak ingin meninggal dengan cara husnul khotimah, akhir yang baik. semua orang menginginkan hal ini.
Semoga cerita ini bisa memberikan ibrah
Seorang ibu memiliki suami yang telah meningal dunia. Apa yang membuat beliau istimewa dibandingkan dengan yang lain.
1.    Beliau meninggal ketika sedang menjadi imam sholat, dan bacaan terakhir yang dibacanya adalah ihdinashiratholmustaqim, ini berarti, beliau meninggal ketika membaca kitab suci alquran dan mengucapkan kata-kata yang baik
2.    Beliau meninggal pada bulan puasa. Bulan yang luar biasa. Bukan berarti mengesampingkan bulan yang lain. Namun bulan ini sungguh istimewa
Kok bisa? Apakah kematian seseorang bisa disetting?
Cerita yang kedua
Ayah seorang teman, beliau adalah imam masjid juga, meninggal setelah mendengarkan QS yasin sampai selesai. Beliau meniggal pada bulan puasa, seama itu pula, beliau tidak bisa keman-mana karena sakit.
Beliau meminta sang anak untuk membacakan yasin disampingnya, setelah surat yasin selesai dibaca, beliau mengucapkan allahuakbar dan meninggal dunia.

Orang baik itu, jika akan meninggal, malaikat mengucapkan assalamualaikum dulu, istilahnya kulanuwun dahulu, jadi bisa tahu, kapan mau dicabut. So, yuk, saya, anda, kalian smua, belajar menjadi lebih baik.

Rabu, 18 Mei 2016

3 Tulisan Lagi


Hmmmm, butuh perjuangan amat-amat sangat. Saya berusaha untuk konsisten menulis satu hari satu tulisan, ternyata, susah sekali. Malas. Itulah alasannya. Tatapi bukan berarti tidak bisa. Saya memberikan punishmen kepada diri saya sendiri jika melanggarnya. Yaitu dengan menambah tulisan ketika tidak bisa menulis di hari itu. mengapa saya menuliskan hal ini? menargetkan hal ini? karena saya terinspirasi tulisan dari bang syiha, http://www.bangsyaiha.com/2015/12/tentang-bang-syaiha.html. Beliau menulis satu hari satu tulisan yang terinspirasi one day one juz.
Dan…taraa…. sudah hampir tiga bulan. Wow, menurut saya amazing. Semoga istiqomah ya kawan-kawan.
Sebenarnya, ini berlaku buat hal apapun. Butuh konsisten dan istiqomah inilah yang gampang-gampang susah. Bisa buat yang pengen nargetin sholat berjamaah selama empat puluh hari. Bisa dimulai dari yang terkecil dahulu. Setiap hari shalat jamaah dan tepat waktu selama seminggu kalau sudah beres, tingkatkan dua minggu, dan seterusnya.

Prinsip Dari Mengatasi Grogi

Grogi sama dengan takut, hal itu diinginkan dan tidak diinginkan
Apakah pede itu bagus? Apakah takut itu berbahaya? Kenapa kita mau berbicara kalau kita grogi, takut? Dalam hal ini, kita merubah mindset terlebih dahulu. Agama mengajarkan bahwa kita sering lupa, sering melakukan, mengucapkan tapi hanya di lisan saja, tidak masuk kedalam hati kata-kata ini yaitu bismillahirrahmanirrahim. Betul tidak? Dalam bismillahirrahmanirrahim mengajarkan kita banyak hal ada 3 point penting:
1.      Bismillah: dengan nama Allah, apa yang kita lakukan kerena Allah, kembali kepada Allah. Inilah pentingnya niat dalam melakukan sesuatu. Apa tujuan kita? Makna, landasan kita melakukan sesuatu? Jika kita sadar akan makna dari lafadz bismillah maka aka nada kepsrahan, kesadaran, ketundukan bahwa kita tidak bisa apa-apa, lemah, tidak berdaya. Jadi pantaskah kita merasa sombong? Percaya diri bahwa kita hebat tanpa kekuatan dibalik itu? tidak kawan, perasaan tawakkal itu membuat kita ringan bahwa kita telah melakukan yang terbaik. Dalam bahasa dosen saya, ada tawakal aktif dan pasif, tawakal aktif disini adalah ihtiar dan usaha kita sedangkan pasif yaitu doa. Bukan bersikap leleh luweh, nrimo. Kita lihat lebih dalam. Pernahkah kita berbicara presentasi di kelas kemudian lupa? Kita baca dihalaman ini, tetapi kita lupa mengingat, adakalanya kita ingat bahwa seorang teman pernah mengatakan hal ini. Siap yang membuat kita lupa? Siap yang membuat kita ingat? Tidak lain hanyalah Allah, la haula walaquwwatailla billah. Bukan merasa pede, bukan merasa takut. Artinya, kalau kita melakukan sesuatu tidak ada kekuatan kecuali Dia. Pertanyaanya adalah, bagaimana agar Allah berkehendak menguatkan kita?
2.      ArRahman: pengasih, semuanya dikasih baik itu mukmin maupun non mukmin. Dalam bahasa kita siap yang mau berusaha akan mendapatkan balasan yang setimpal. Disinilah keadilan Allah. Namun kita sering protes. A (Islam) dan B (noni), mereka sama-sama kuliah, A belajarnya biasa saja, B lebih keras. Sehingga b mendapat nilai yang lebih bagus. Wajar, sesuai dengan sunnatullah dia melakukan sesuatu agar berhasil. Usaha kemudian berhasil. Hal ini sudha jelas dalam alquran.
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS: ar ra’du: 11)
3.       Arrahim : penyayang. Inilah bagian orang-orang mukmin. Dia tidak hanya mendapatkan keuntungan didunia saja namun diakhirat juga.
Jadi apa penyebab takut? Karena kita salah dalam berniat. Apa niat kita? Penting dimana kita akan menempatkan pada beberapa hal.
Firman allah dalam alquran :
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ ۖوَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ
Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat (QS: assyura, 20)
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا (١٨) وَمَنْ
أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُو
Artinya: Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahanam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik.
Sulit, susah yang kita hadapi akan berbuah surga. Pengertian surga disini bisa sesuatu yang nyaman, mengenakkan, keberhasilan jika kita bersyukur. Coba perhatikan pada ayat ke 19, kita akan mendapatkan surga yang kekal jika ada beberapa syarat terpenuhi yaitu beriman (jelas, hanya orang-orang mukmin yang percaya pada kehidupan akhira), berusaha kearah itu dengan sungguh-sunguh serta Allah menghendaki.
Jangan takut jika kita sekarang kita belum bisa menjadi pembicara yang hebat, pintar, berpikir positiflah, boleh jadi Allah sedang mempersiapkan mental, ilmu kita agar kita tidak sombong, ria, merasa senang ketika dipuji dan merasa mutung, sedih ketika dihina. Inilah juga menajemen hati ketika kita berhasil
takut itu perlu karena prinsip dalam berbicara adalah menyampaikan kebenaran, menyampaikan dengan cara yang baik dan kalau perlu menarik. Apakah dengan ini kita menjadi takut untuk berbicara karena takut kaburo maqtan (berbicara tapi tidak melakukan) sehingga kita diam? Padahal dakwah kita adalah kewajiban.
Berbicara bukan hanya menarik tetapi bisa membawa kita selamat diakhirat.
Yogyakarta, 16 November 2015 7:30

Prinsip Dari Mengatasi Grogi


Grogi sama dengan takut, hal itu diinginkan dan tidak diinginkan
Apakah pede itu bagus? Apakah takut itu berbahaya? Kenapa kita mau berbicara kalau kita grogi, takut? Dalam hal ini, kita merubah mindset terlebih dahulu. Agama mengajarkan bahwa kita sering lupa, sering melakukan, mengucapkan tapi hanya di lisan saja, tidak masuk kedalam hati kata-kata ini yaitu bismillahirrahmanirrahim. Betul tidak? Dalam bismillahirrahmanirrahim mengajarkan kita banyak hal ada 3 point penting:
1.      Bismillah: dengan nama Allah, apa yang kita lakukan kerena Allah, kembali kepada Allah. Inilah pentingnya niat dalam melakukan sesuatu. Apa tujuan kita? Makna, landasan kita melakukan sesuatu? Jika kita sadar akan makna dari lafadz bismillah maka aka nada kepsrahan, kesadaran, ketundukan bahwa kita tidak bisa apa-apa, lemah, tidak berdaya. Jadi pantaskah kita merasa sombong? Percaya diri bahwa kita hebat tanpa kekuatan dibalik itu? tidak kawan, perasaan tawakkal itu membuat kita ringan bahwa kita telah melakukan yang terbaik. Dalam bahasa dosen saya, ada tawakal aktif dan pasif, tawakal aktif disini adalah ihtiar dan usaha kita sedangkan pasif yaitu doa. Bukan bersikap leleh luweh, nrimo. Kita lihat lebih dalam. Pernahkah kita berbicara presentasi di kelas kemudian lupa? Kita baca dihalaman ini, tetapi kita lupa mengingat, adakalanya kita ingat bahwa seorang teman pernah mengatakan hal ini. Siap yang membuat kita lupa? Siap yang membuat kita ingat? Tidak lain hanyalah Allah, la haula walaquwwatailla billah. Bukan merasa pede, bukan merasa takut. Artinya, kalau kita melakukan sesuatu tidak ada kekuatan kecuali Dia. Pertanyaanya adalah, bagaimana agar Allah berkehendak menguatkan kita?
2.      ArRahman: pengasih, semuanya dikasih baik itu mukmin maupun non mukmin. Dalam bahasa kita siap yang mau berusaha akan mendapatkan balasan yang setimpal. Disinilah keadilan Allah. Namun kita sering protes. A (Islam) dan B (noni), mereka sama-sama kuliah, A belajarnya biasa saja, B lebih keras. Sehingga b mendapat nilai yang lebih bagus. Wajar, sesuai dengan sunnatullah dia melakukan sesuatu agar berhasil. Usaha kemudian berhasil. Hal ini sudha jelas dalam alquran.
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS: ar ra’du: 11)
3.       Arrahim : penyayang. Inilah bagian orang-orang mukmin. Dia tidak hanya mendapatkan keuntungan didunia saja namun diakhirat juga.
Jadi apa penyebab takut? Karena kita salah dalam berniat. Apa niat kita? Penting dimana kita akan menempatkan pada beberapa hal.
Firman allah dalam alquran :
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ ۖوَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ
Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat (QS: assyura, 20)
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا (١٨) وَمَنْ
أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُو
Artinya: Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahanam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik.
Sulit, susah yang kita hadapi akan berbuah surga. Pengertian surga disini bisa sesuatu yang nyaman, mengenakkan, keberhasilan jika kita bersyukur. Coba perhatikan pada ayat ke 19, kita akan mendapatkan surga yang kekal jika ada beberapa syarat terpenuhi yaitu beriman (jelas, hanya orang-orang mukmin yang percaya pada kehidupan akhira), berusaha kearah itu dengan sungguh-sunguh serta Allah menghendaki.
Jangan takut jika kita sekarang kita belum bisa menjadi pembicara yang hebat, pintar, berpikir positiflah, boleh jadi Allah sedang mempersiapkan mental, ilmu kita agar kita tidak sombong, ria, merasa senang ketika dipuji dan merasa mutung, sedih ketika dihina. Inilah juga menajemen hati ketika kita berhasil
takut itu perlu karena prinsip dalam berbicara adalah menyampaikan kebenaran, menyampaikan dengan cara yang baik dan kalau perlu menarik. Apakah dengan ini kita menjadi takut untuk berbicara karena takut kaburo maqtan (berbicara tapi tidak melakukan) sehingga kita diam? Padahal dakwah kita adalah kewajiban.
Berbicara bukan hanya menarik tetapi bisa membawa kita selamat diakhirat.

Yogyakarta, 16 November 2015 7:30

Lanjutan

1  --  Kurang persiapan
2.      Tak tahu ingin bicara apa
3.      Dan lain-lain
Bahkan di luar negeri, ketakutan untuk berbicara didepan umum ini menjadi pilihan nomor satu diantara takut-takut yang lainnya. Ada anekdot yang mengatakan bahwa  mending jadi mayit daripada jadi orang yang memberikan sambutan diacara pemakaman mayat (di luar negeri, ada kerabat mayit yang memberikan khotbah di depan liang lahat).
Pertanyaannya adalah, apakah perasaan takut itu sebagai bentuk sifat yang positif atau negatif? Bolehkah kita mempunyai rasa takut?
Dalam Islam, takut sangat kita butuhkan. takut kepada Allah, takut kepada dosa, takut pada azab neraka, takut tidak istiqomah. Inilah takut yang dianjurkan oleh agama kita. Takut bisa jug berate segan. Misal segan terhadap orang tua. Apakah kita harus menghilangkannya? Takut sangat kita butuhkan padahal tertentu. tugas kita bukan menghilangkan tetapi mengelola dengan baik. berbahaya jika kita tidak memiliki rasa takut. Tidak takut untuk berbuat maksiat, tidak takut terhadap orang tua. Syerem.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا الَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar (QS: al ahzab 70)
Dalam alquran sangat jelas. Dalam Islam, taqwa berarti takut, bahakan dalam bahasa inggris, takut itu fear. Pertanyaanya adalah takut apa yang dianjurkan oleh agama kita?
Grogi dibagi menjadi 3 macam
1.    Kecemasan antisipatif yaitu grogi yang biasa ada dalam diri kita sehingga kita bisa melakukan tindakan antisipatif /preventif untuk mencegahnya. Misal takut nilai jelek sehingga memunculkan semangat kita untuk rajin belajar.
2.    Menengah: grogi yang biasa kita alami juga namun kita tidak mampu mengelolanya sehingga timbul sesuatu yang membuat kita merasa tidak nyaman. Indikatornya adalah mules, pusing, keringat dingin, dan deg-degan.

3.    Parah. Ini akibat dari grigi menengah yang tidak segera diatasi. Hal ini akan mengakibatkan nge hank, pingsan, nangis, bahkan ada yang kencing di celana. Mengapa orang memiliki keparahan seperti ini? Karena dia tidak punya kontrol terhadap dirinya, karena yang menengah tidak diatasi terlebih dahulu. Solusinya yaitu mengatasi grogi yang tingkat menengah dahulu sehingga bisa menekan  yang ketiga ini.

MENEMUKAN SUMBER GROGI[1]

 ULUFI KHASANAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Berbicara tentang grogi, ini adalah penyakit yang menjalari seseorang ketika berbicara didepan orang banyak. Tak dapat dipungkiri, ketika teman-teman diminta untuk mendefinisiakn tentang grogi, berbagai kata muncul, mulai dari takut, cantik, bingung, cemas, nge-blank, ambyar, ngganjel, was-was, gemetar, deg-degan, speacless, lupa, cotho, malu, dingin, gelap dan anggung. Dalam bahasa psikologi ada yang namanya top level mind yaitu apa yang dibayangkan ketika kita melihat sesuatu, begitulah cara kita berpikir. Dalam kamus bahasa Indonesia, grogi adalah canggung, takut berhadapan dengan orang banyak. Hal ini mengisyaratkan bahwa grogi bukan hanya ketika tampil berbicara namun sebelum tampi lpun kita mengalami grogi. Akibatnya, kita mengidap yang namanya psikosomati  yaitu sakit fisik akibat psikologinya terganggu. Misalnya mules, pusing, mual. Solusi untuk mencegah grogi adalah temukan sumbernya dan temukan obatnya. Setiap orang memiliki perbedaan sumber grogi, hal ini berpengaruh pada proses penyembuhannya. Menurut seorang ahli barat:
1.      Takut gagal
2.      Tidak percaya diri
3.      Kekurangan pada diri
4.      Takut dinilai orang lain
5.      Tipe perfeksionis sehingga selalu merasa tidak puas
6.      Takut pada audiens yang jumlahnya banyak



[1] Materi ini penulis dapatkan dari training JAN, Beastudi Muda PKPU Yogyakarta

Senin, 16 Mei 2016

“Tadi malam lihat MU menang lhoh”
“Oh, di TV q menang kok”
“Lha TV ONE menang je”  
“Aku TV nya Metro TV”
TV ONE kan memang beda, sesuai dengan jargonnya

Itu adalah sepenggal cuplikan percakapan anak teknik ketika aku dan teman lewat. Hehehe, lumayan pagi-pagi udah bisa ketawa, seyum-senyum gitu. Aku malah mikirnya gini. Sejak perseteruan antara Prabowo dan Jokowi beberapa tahun yang lalu ketika pemilihan presiden, ada yang aneh. Teapi ternyata enggak. Mungkin karena aku mikirnya terlalu jauh kali. Sehingga aneh saja. Well, terima kasih sudah bisa membuatku tersenyum hari ini Tuhan. Thank you.

40 Tahun

Tak terasa, satu tahun berjalan sangat cepat sekali. Baru saja aku ingat, bagaimana kami diminta menulis impian, dream dalam beberapa tahun ke depan, tepatnya ketika menginjak usia empat puluh tahun, apa yang sudah akan kalian capai. Tinggal beberapa bulan lagi, kalau tidak salah, bulan Agustus atau Juli. Semoga, mimpi-mimpi kita menjadi kenyataan. Amin.  Mengapa umur empat puluh tahun? Kenapa tidak tiga puluh tahun? Enam puluh tahun? 


Dalam alquran dituliskan bahwa Allah SWT berfirman:"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah 30 bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai 40 tahun ia berdoa, "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tua ku, dan supaya aku dapat berbuat amal yang salah yang Engkau ridahai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang yang berserah diri." (QS Al-ahqaaf:15)
Seseorang yang sudah mencapai umur 40 tahun berarti akalnya sudah sampai pada tingkat kematangan berfikir serta sudah mencapai kesempurnaan kedewasaan dan budi pekerti. Allah Ta'ala telah mengangkat kenabian dan kerasulan Muhammad pada usia 40 tahun.