Rabu, 24 Februari 2016

Ayat-Ayat Cinta 2 (Sebuah Resensi)


Judul : Ayat-Ayat Cinta 2
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Republika Penerbit (PT Pustaka Abdi Bangsa)
Editor :Syahruddin El-Fikri dan Triana Rahmawati
Tahun Terbit : November 2015 (Cetakan Pertama)
Tebal : 697 Halaman
Harga: Rp. 76.000

Kisah Fahri yang sebelumnya berada di Mesir bersama dengan istrinya, Aisha, kini tinggal di Edinburgh, tanpa Aisha. Fahri berprofesi sebagai seorang dosen yang cerdas, pintar, Islami dan nyaris sempurna. Namun kesempurnaan sifatnya, tentu saja ada yang tidak suka. Di kawasan bernama Stoneyhill Grove, inilah Fahri tinggal bersama dengan paman Hulusi, asisten rumah tangga sekaligus sopir pribadinya, yang berasal Turki. Bertetangga dengan wanita bernama Brenda, nenek Catarina yang beragama Yahudi, Nyonya Janet yang tinggal dengan kedua anaknya, Keira dan Jason. Dia dibenci para tetangganya karena muslim. Mereka menganggap, muslim itu sadis, kejam dan harus dimusnahkan. Disinilah Fahri memerankan dakwahnya, menjadi agen muslim yang baik, bertoleransi tinggi dan berakhlakul karimah. Selain sebagai seorang dosen, Fahri juga menulis di jurnal internasional, menjadi pembimbing mahasiswa, mengisi kajian, juga mengelola bisnisnya yang bertambah besar.  Selain bisnis minimarket, resto, Fahri juga mengelola butik AFO dibantu oleh asisten-asisten kepercayaannya. Bagaimana perasaan Fahri yang ditinggal sang istri, ancaman, teror, perdebatan tentang Islam, serta sepak terjangnya sebagai seorang muslim. Tanpa istri tercinta. Lalu dimana Aisha? Apa yang terjadi dengan Aisha? Siapa Yasmin, Heba, Hulya dan Juga Sabina? Apakah Fahri akan menikah dengan salah satu gadis itu setelah kehilangan Aisha cintanya?
-
Ayat-ayat cinta 2 adalah sekuel karya dari novel AAC yang terbit pada tahun 2006. AAC yang merupakan novel best seller dan telah dibuat filmya merupakan tulisan yang fenomenal. Mengangkat tema poligami, model pernikahan dengan ta’aruf yang saat itu belum booming. Novel ini mengobati kerinduan pembaca akan sosok Fahri yang sempurna. Terutama bagi yang belum menikah.Tokoh Fahri dalam cerita ini digambarkan masih sama seperti dahulu, ketika masih berada di Mesir. Bedanya, dia tanpa Aisha. Sekuel AAC 2 ini menceritakan tentang kisah cinta yang sangat mendalam sepasang suami istri, kehilangan cinta, namun tidak melupakan cintanya kepada Allah.  Ada beberapa hal yang bisa menjadikan novel ini berpotensi untuk menjadi novel best seller, selain jaminan nama Kang Abik yang terkenal dengan kualitasnya. Menurut Muhammad Faudzil Adzim dalam buku "Dunia Kata", meliputi 4 E
1.      Entertain
Entertain disini adalah unik dan menghibur. Novel ini tidak berat menurut saya. Saya tidak mau lepas membuka lembar demi lembar halaman novel. Penasaran. Ceritanya tidak sembarangan, dilengkapi dengan argumen-argumen yang rasional dan kritis. Ada yang menonjol dan berbeda. Karakter tokoh utamanya kuat. Fahri yang cerdas, pintar, islami dan nyaris sempurna. Sementara paman Hulusi yang pemarah namun mudah tersentuh oleh kebenaran.
2.      Escape
Ada sesuatu celah yang mengeluarkan dari permasalahan sehari-hari. Tidak membuat pusing. Bisa memberikan solusi. Dalam novel ini, benar-benar sesuai dengan jargonnya, novel pembangun jiwa. Salah satu yang bisa saya contoh adalah kekonsistenan Fahri terhadap jadwal yang ditetapkan, ketegasannya, dan juga ketepatan waktu.  
3.      Estetik
Tidak perlu diragukan lagi. Kang Abik, demikian beliau akrab disapa. Jago sekali dalam masalah ini. Ketika di AAC yang pertama, saya seakan dibawa ke Mesir, Alexandria, flat-flat, merasakan panasnya suhu di Mesir kala itu. Seperti juga disini. Serasa di Britania Raya.
4.      Educative
Mendidik namun tidak menggurui. Ini juga merupakan kelebihan dari Kang Abik. Beliau selalu menyelipkan ilmu-ilmu berdasarkan pengetahuannya terhadap Islam tanpa mengganggu dari konten cerita. Saya nyaman sekali membaca penjelasan-penjelasan Islam yang disampaikan oleh Fahri dan analisisnya. Disini kita juga melihat, sama dengan tulisan-tulisan Kang Abik yang lain bahwa beliau selalu menggunakan referensi yang pas. Hal ini menambah pengetahuan saya. Pengetahuan tentang bangsa amalek, dialog dalam bahasa lain, juga doa-doa. Satu lagi yang tidak kalah pentingnya. Jika AAC 1 timingnya adalah poligami dan taaruf yang masih tabu. Maka AAC 2 ini adalah Islamofobia. Fahri sebagai agen muslim yang baik, bagaimana bersikap terhadap non muslim khususnya.
Selain itu, testimoni dari orang-orang yang telah membaca buku ini, menambah penasaran isi buku.
Terlepas dari kelebihan novel ini, ada tiga hal yang menjadi kekurangan.
1.      Tokoh Fahri yang menurut saya amat sangat sempurna bagai malaikat.
2.   Ketika debat di Oxford maupun di Edinburgh, seharusnya porsinya sama antara Fahri dan lawan-lawannya.
3.  Pada bab awal, membaca novel ini, saya membayangkan tokoh Fedi Nuril yang menjadi Fahri.Begitupun dengan teman saya yang lain. Sehinngga agak mengganggu.
Terlepas dari kekurangannya, novel ini recommended untuk dijadikan motivasi. Motivasi dibalut kisah, yang seperti dalam alam nyata.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar