Senin, 29 Februari 2016

Pilih Mana?


1.      Menjadi manusia problem solver
2.      Trauble maker, or
3.      Part of problem

Jangan-jangan, kehadiran kita ditengah-tengah manusia lain adalah menjadi trauble maker atau part of problem. Bisa jadi kita bukan penyebab masalah, tetapi bagian dari masalah..hhhhh

Oleh-oleh dari Drs. H. Syafaruddin Alwi, MS

“Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku” (Thoha:114)
Beliau sudah terlihat sepuh, namun tetap energik, sehat dan pintar. Saya membayangkan, Ini menjadi topik yang menarik antara saya dan zahro yang duduk disamping kiri saya. Kami dari alumni sekolah yang sama, ditambah dari organisasi kampus yang sama pula, sehingga membuat kami cepat akrab dan nyambung. Bayangkan, beliau yang sudah berumur hampir tujuh puluh tahun masih kelihatan bugar, coba kita bandingkan dengan orang-orang disekitar kita, terutama yang berasal dari lingkungan yang mohon maaf, kurang, maka umur 70 sudah terlihat lemah, tua dan kurang sehat. Saya yakin, usia seseorang bisa terlihat lebih muda karena rajin berolahraga, makan makanan yang bergizi dan seimbang, pikiran yang senantiasa berpikir positif, batin yang tenang, kecukupan materi dan yang terakhir adalah bahagia.
Ok. Salah satu dosen UII Prodi Ekonomi ini, menyampaikan tentang komunikasi managemen keorganisasian. Beliau bertanya kepada kami sesuatu yang menarik. Apa perbedaan antara komunikasi dan dakwah. Beragam jawaban dari kami. mulai dari, dakwah itu mengandung nilai-nilai agama, mengandung nilai kebaikan, mengandung ajakan, seruan dan lain sebagainya. namun beliau membarikan kesimpulan bahwa yaitu dakwah itu memiliki tujuan. Dalam sebuah kelas, seminar, workshop, atau apapun namanya ada yang beberapa tipe orang menurut beliau:
1.   Peserta, yaitu orang yang hanya mengikuti, menghadiri tanpa terlibat aktif dalam diskusi. Tipe ini, hanya sebagai pendengar saja.
2.   Partisipan, yaitu tingkatan yang lebih tinggi dari peserta, dia aktif bertanya, memberikan respon, kritik, saran. Intinya nih, bukan hanya mendengarkan namun menjadi peserta yang aktif dalam diskusi.
3.   Dan yang terakhir adalah pembelajar. Ini tingkatan yang lebih tinggi dari dua diatas. Orang dibagian ini berusaha mencari bahan-bahan, referensi-referensi tambahan dari ilmu yang dia dapatkan, mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kalau saya sebagai mahasiswa, seharusnya saya harus berada di tahap ini. Kadang-kadang saya menyadari sesadar-sadarnya, saya baru pada tahap partisipan, bahkan peserta. Kemampuan untuk mendengarkan, bertanya dan menganalisis sebuah problem, itu diperlukan, bukan hanya dalam berorganisasi, namun dalam kehidupan kita pribadi.
Finally, it all came back to us . Select which one?


Sabtu, 27 Februari 2016

Inspirasi hari ini (kumpulan catatan di HP)


Karena hidup, tak melulu tentang bahagia. 5 Januari 2016 10:52
Hati dibagi menjadi tiga. Sehat, sakit, dan mati. 4 Januari 2015 10:32
Aku tahu, kanapa cewek kalau pakai celana tinggi? Karena supaya kelihatan tinggi. 5 Januari 2016 11:20
Tidak setiap orang itu TAHU dan PEKA jika tidak diberi TAHU. Rasa tidak enak muncul ketika tuntutan untuk mengingatkan. Seharusnya, rasa tidak enak itu professional dan proporsional. Daripada muncul “grundelan” ghibah dibelakang sehingga muncul ketidakikhlasan, pilih mana? Perlu diperhatikan bahwa memberi TAHU juga harus melihat siapa yang diajak bicara, dimana kita menyampaikan, dan kapan harus disampaikan. 18 Desember 2015 4:40
Ajarkan anakmu tentang hikmah. 21 Februari 21:00
Insya Allah suatu saat nanti, saya akan menceritakan satu persatu inspirasi diatas..

Jumat, 26 Februari 2016

Hey Kawan! Jangan Tergantung Sama Teman! (tulisan ini khusus buat cewek)


Pernah g, kamu ingin pergi kajian, g ada temannya, kemudian g jadi?
Pernah g, ketika kamu mau ikutan lomba atau pergi kesuatu tempat karena g ada temannya, terus g jadi?
Jika ya, SAYA AMAT SANGAT PRIHATIN
Sekarang saya balik
Siapa yang akan sukses? Kamu atau temanmu?
Siapa yang g kepengen dapat ilmu?
Siapa yang butuh?
Siapa yang menentukan hidup kamu? Teman kamu?
Bukan! Sekali lagi bukan!
Itu tergantung kita.
Dan, parahnya, saya menjumpai hal ini berulang kali. Saya sampai heran. Kok bisa ya, melakukan sesuatu harus ada temannya. Jangan-jangan, nanti kalau nikah, diatas panggung harus sama saya sebagai temannya.  Hahahaha…sumpah, saya ngakak. 
Please deh. Hari gini gitu loh! Mosok takut kemana-mana sendiri, ga ada gendruwo yang bakal nyulik kamu, ga ada orang yang bakal bikin kamu malu, g ada orang yang bakal nyorakin kamu, bikin malu atau ngejahilin kamu kecuali kamu jahil duluan. Lagian kan itu sesuatu yang positif. Kenapa harus malu sih? Wong orang ngelakuin kejahatan  aja banyak yang g malu. Malah yang baik malu. Sekarang gini ya…emang orang yang g kenal ma kita bakalan bikin kita malu? Emang mereka bakalan nanyain macam-macam? Yang ada tuh, mereka mikirin mereka sendiri. Buat apa mikirin orang yang g dikenal. Toh juga g bakalan ketemu lagi. Gitu mikir mereka.
Nah, masih ga mau kemana-mana sendiri?
Ok, kali ini akan saya lanjutkan. Sebenarnya, kamu itu hidup buat siapa sih? Sukses milik siapa? Masa depan? Cita-cita? Milik temanmu pow?
Walaupun  kita butuh teman, bukan berarti kita g bisa hidup tanpa teman kan?
Ok ya, semoga makin cerah, g mupeng lagi. Met hidup mandiri…..

Catatan buat semua cewek yang kemana-mana harus ada temannya.

Kamis, 25 Februari 2016

Love Sparks In Korea (Sebuah Resensi) Manakah yang Lebih Penting Bagi Seorang Gadis, Mencintai atau Dicintai?

Manakah yang Lebih Penting Bagi Seorang Gadis, Mencintai atau Dicintai?
Judul buku : Love Sparks in KOREA
Penulis : Asma Nadia
ISBN : 978-602-9055-39-9
Penerbit : Asma Nadia Publishing House
Ketebalan : viii+380 hlm
Ukuran : 20.5 cm x 14 cm
Harga buku : Rp. 64.500,-



“Kamu mencuri mimpi-mimpiku dan aku suka’’ Hyun Geun pada Rania
Bercerita tentang Rania Timur Samudra, jilbab traveler, seorang yang energik, lincah, cerdas, pintar juga keras kepala. Berasal dari keluarga yang sederhana malah bisa dibilang miskin, hangat, harmonis dan menyayanginya. Rania yang sejak kecil telah sakit-sakitan, namun memiliki kemampuan otak yang luar biasa ini, ingin bisa melangkah ke belahan dunia. Walaupun tidak bisa kuliah karena sakit yang dideritanya, dia memiliki kemampuan menulis yang luar biasa.  Lewat tulisan-tulisannyalah dia bisa mengunjungi tempat di berbagai dunia. Selain itu, Rania juga ingin menelusuri jejak-jejak cinta Allah yang terhampar di bumi.  Berawal dari magnet kulkas yang ada di tempat paman dan bibinya, rasa penasaran menyentuhnya sehingga hancur berkeping-keping. Kejengkelan paman dan bibinya akan tindakannya yang ceroboh membuat  mereka marah.
 “Magnet-magnet kulkas ini mahal harganya”
“Mau ganti dari mana? barang-barang ini tidak ada di Indonesia”
Tapi papa dan mamanya, orang yang luar biasa, membangkitkan semangatnya.
 “Setiap manusia bisa menjadi apa saja yang diinginkan” sedangkan papanya sering memberikan semangat dengan cerita-cerita ibnu battutah.
“Sebab mimpi-mimpi adalah milik pejuang kehidupan. Tidak ada yang mustahil ketika kita berusaha dan berdoa”
Dalam perjalanannya menjadi jilbab traveler, dia bertemu dengan lelaki korea, Hyun Geun, yang telah membuat hatinya jatuh cinta. Sementara, seseorang bernama Ilhan, tetangganya yang pendiam, mencintainya telah melamarnya. Mengorbankan rasa takutnya naik pesawat, perjalanan jauh untuk menemui Rania. Akankah Rania menerima pinangan Ilhan? Sementara hatinya condong pada Hyun Geun? Siapa Chin Sun? Mengapa Hyun Geun begitu mencintai Chin Sun, dan tak tersisa sedikitpun untuk perempuan lain. Dia cinta petamanya.
-
Membaca novel ini pertama kalinya, saya berkerut. Butuh beberapa kali mengulang kalimat di beberapa bab. Mungkin karena saya membaca terlalu cepat. Tetapi tidak mengurangi keindahan dari novel ini. Novel yang bersetting di negara Paris, Nepal dan Korea ini menceritakan romantisnya negeri Paris (hanya sedikit saja diceritakan, karena bukan disitu tujuannya), kesemrawutan negara Nepal, dan negeri gingseng dengan detail. Menggunakan alur flash back, Asma Nadia berupaya menjalin cerita agar mengalir dengan lancar dan enak dibaca. Dan jujur….saya menyukai gaya Asma ini. Karena cerita ini sebagian besar berasal dari kehidupan pribadinya, terutama keluarganya, manjadikan cerita ini memiliki ruh, spirit yang menonjol. Asma menjiwai karakter yang sebagian besar dirinya (saya menduga). Kekuatan karakter disini sangat cocok. Rania yang pintar, cerdas, lincah juga keras kepala. Sedangkan Hyun Geun yang baik, tidak tahan melihat penderitaan wanita, kurang terawat, mudah tersentuh namun kurang tegas. Sesuatu yang  tarduga juga muncul dalam novel ini. Bahasa-bahasa asing yang digunakan juga tetap bisa membantu karena adanya  footnot. Cover buku  menarik, warnanya cerah, gradasi. Kekurangan dari novel ini adalah kajadian yang menurut  saya banyak karena kebetulan. Mungkin karena dalam novel ini bersponsor, maka saya agak terganggu dengan penyebutan merk kosmetik dan jilbab. Khas Asma Nadia. Terlepas dari kekurangannya, novel ini sangat bagus, menginspirasi, memotivasi, dan romantis. Idealisme seorang penulis disini benar-benar ada. Asma terkenal dengan idealisme Islam yang ramah, indah, damai, besahabat dan tidak menggurui. Amanat dari buku ini, salah satunya, berjilbab tidak menghalangi seseorang untuk menjadi apapun.
Selamat membaca, semoga terinspirasi.


Rabu, 24 Februari 2016

Ayat-Ayat Cinta 2 (Sebuah Resensi)


Judul : Ayat-Ayat Cinta 2
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Republika Penerbit (PT Pustaka Abdi Bangsa)
Editor :Syahruddin El-Fikri dan Triana Rahmawati
Tahun Terbit : November 2015 (Cetakan Pertama)
Tebal : 697 Halaman
Harga: Rp. 76.000

Kisah Fahri yang sebelumnya berada di Mesir bersama dengan istrinya, Aisha, kini tinggal di Edinburgh, tanpa Aisha. Fahri berprofesi sebagai seorang dosen yang cerdas, pintar, Islami dan nyaris sempurna. Namun kesempurnaan sifatnya, tentu saja ada yang tidak suka. Di kawasan bernama Stoneyhill Grove, inilah Fahri tinggal bersama dengan paman Hulusi, asisten rumah tangga sekaligus sopir pribadinya, yang berasal Turki. Bertetangga dengan wanita bernama Brenda, nenek Catarina yang beragama Yahudi, Nyonya Janet yang tinggal dengan kedua anaknya, Keira dan Jason. Dia dibenci para tetangganya karena muslim. Mereka menganggap, muslim itu sadis, kejam dan harus dimusnahkan. Disinilah Fahri memerankan dakwahnya, menjadi agen muslim yang baik, bertoleransi tinggi dan berakhlakul karimah. Selain sebagai seorang dosen, Fahri juga menulis di jurnal internasional, menjadi pembimbing mahasiswa, mengisi kajian, juga mengelola bisnisnya yang bertambah besar.  Selain bisnis minimarket, resto, Fahri juga mengelola butik AFO dibantu oleh asisten-asisten kepercayaannya. Bagaimana perasaan Fahri yang ditinggal sang istri, ancaman, teror, perdebatan tentang Islam, serta sepak terjangnya sebagai seorang muslim. Tanpa istri tercinta. Lalu dimana Aisha? Apa yang terjadi dengan Aisha? Siapa Yasmin, Heba, Hulya dan Juga Sabina? Apakah Fahri akan menikah dengan salah satu gadis itu setelah kehilangan Aisha cintanya?
-
Ayat-ayat cinta 2 adalah sekuel karya dari novel AAC yang terbit pada tahun 2006. AAC yang merupakan novel best seller dan telah dibuat filmya merupakan tulisan yang fenomenal. Mengangkat tema poligami, model pernikahan dengan ta’aruf yang saat itu belum booming. Novel ini mengobati kerinduan pembaca akan sosok Fahri yang sempurna. Terutama bagi yang belum menikah.Tokoh Fahri dalam cerita ini digambarkan masih sama seperti dahulu, ketika masih berada di Mesir. Bedanya, dia tanpa Aisha. Sekuel AAC 2 ini menceritakan tentang kisah cinta yang sangat mendalam sepasang suami istri, kehilangan cinta, namun tidak melupakan cintanya kepada Allah.  Ada beberapa hal yang bisa menjadikan novel ini berpotensi untuk menjadi novel best seller, selain jaminan nama Kang Abik yang terkenal dengan kualitasnya. Menurut Muhammad Faudzil Adzim dalam buku "Dunia Kata", meliputi 4 E
1.      Entertain
Entertain disini adalah unik dan menghibur. Novel ini tidak berat menurut saya. Saya tidak mau lepas membuka lembar demi lembar halaman novel. Penasaran. Ceritanya tidak sembarangan, dilengkapi dengan argumen-argumen yang rasional dan kritis. Ada yang menonjol dan berbeda. Karakter tokoh utamanya kuat. Fahri yang cerdas, pintar, islami dan nyaris sempurna. Sementara paman Hulusi yang pemarah namun mudah tersentuh oleh kebenaran.
2.      Escape
Ada sesuatu celah yang mengeluarkan dari permasalahan sehari-hari. Tidak membuat pusing. Bisa memberikan solusi. Dalam novel ini, benar-benar sesuai dengan jargonnya, novel pembangun jiwa. Salah satu yang bisa saya contoh adalah kekonsistenan Fahri terhadap jadwal yang ditetapkan, ketegasannya, dan juga ketepatan waktu.  
3.      Estetik
Tidak perlu diragukan lagi. Kang Abik, demikian beliau akrab disapa. Jago sekali dalam masalah ini. Ketika di AAC yang pertama, saya seakan dibawa ke Mesir, Alexandria, flat-flat, merasakan panasnya suhu di Mesir kala itu. Seperti juga disini. Serasa di Britania Raya.
4.      Educative
Mendidik namun tidak menggurui. Ini juga merupakan kelebihan dari Kang Abik. Beliau selalu menyelipkan ilmu-ilmu berdasarkan pengetahuannya terhadap Islam tanpa mengganggu dari konten cerita. Saya nyaman sekali membaca penjelasan-penjelasan Islam yang disampaikan oleh Fahri dan analisisnya. Disini kita juga melihat, sama dengan tulisan-tulisan Kang Abik yang lain bahwa beliau selalu menggunakan referensi yang pas. Hal ini menambah pengetahuan saya. Pengetahuan tentang bangsa amalek, dialog dalam bahasa lain, juga doa-doa. Satu lagi yang tidak kalah pentingnya. Jika AAC 1 timingnya adalah poligami dan taaruf yang masih tabu. Maka AAC 2 ini adalah Islamofobia. Fahri sebagai agen muslim yang baik, bagaimana bersikap terhadap non muslim khususnya.
Selain itu, testimoni dari orang-orang yang telah membaca buku ini, menambah penasaran isi buku.
Terlepas dari kelebihan novel ini, ada tiga hal yang menjadi kekurangan.
1.      Tokoh Fahri yang menurut saya amat sangat sempurna bagai malaikat.
2.   Ketika debat di Oxford maupun di Edinburgh, seharusnya porsinya sama antara Fahri dan lawan-lawannya.
3.  Pada bab awal, membaca novel ini, saya membayangkan tokoh Fedi Nuril yang menjadi Fahri.Begitupun dengan teman saya yang lain. Sehinngga agak mengganggu.
Terlepas dari kekurangannya, novel ini recommended untuk dijadikan motivasi. Motivasi dibalut kisah, yang seperti dalam alam nyata.





Jangan Membandingkan Hal Yang G Sebanding

Sedih dan prihatin. Itulah yang saya rasakan ketika mendengar teman curhat tentang biaya kuliah. Teman saya ini baru saja masuk kuliah, dia disalah satu universitas swasta di Yogyakarta. Kebetulan dia satu jurusan dengan saya.
“Mbak, kok mahal sekali, saya baru saja membayar *****, punya Mbak berapa?”
Kemudian saya menyebutkan angka ****
“Loh, kok murah” katanya protes
“Iyalah, kan aku udah semester tua”
“Oh, iya ding” tersenyum setelah menyadari kekeliruannya
Berbicara mengenai biaya kuliah, buat saya masalah yang sangat sensitif. Enggak juga kalau kita orang berada, ngomongnya juga sama-sama dengan  orang yang sama dengan kita. Maksudnya sama-sama di kuliah di tempat yang sama.
“Loh, mbak, di universitas x, murah sekali lho? Hanya ****
“Ya iyalah, kan negeri, dimana-mana kalau negeri itu emang murah” kataku
Please ya”, kataku ”jangan membandingkan dengan yang enggak sebanding”
Maksudnya adalah
“Gini, jangan bandingkan PT negeri dan swasta mengenai biaya. Iya, negeri dibantu oleh pemerintah. Sedangkan swasta, untuk biaya operasional, gaji karyawan, dosen, itu banyakan dari mahasiswa, kalaupun dari pemerintah ada, itu hanya beberapa persen saja” jelasku.
Saya tidak sedang membandingkan kualitas ya, saya juga masih awam dengan hal ini.
Saya teringat dengan apa yang terjadi dengan teman ini mirip dengan apa yang terjadi pada saya ketika semester dua. Saya sempat meminta izin pada ayah untuk pindah kampus karena berbagai faktor, salah satunya adalah biaya. Saya sudah menghitung untung rugi (hahahah, kayak mau jualan saja), biaya, waktu dan banyak hal. Namun orang tua tidak memperbolehkan hal ini. Dan saya bersyukur tidak jadi melakukannya, karena jika saya melakukannya, maka saya akan rugi waktu. Dan…belum tentu, dikampus yang baru lebih baik daripada disini (Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. Saat itu sempat stess, bingung, dan sedih. Curhat dengan dosen mengenai hal ini, jawabannya adalah seperti yang saya tulis diatas namun saya ubah beberapa redaksi kata-katanya. Intinya adalah “jangan membandingkan”.
Saya juga bersyukur, orang tua tidak mengeluh mengenai biaya kuliah. Walaupun saya tahu,saya tidak tega melihat orang tua, apalagi ibu, harus bekerja keras dua belas jam untuk saya.Begitupun dengan ayah dan adik saya. I'm proud of you. Cengeng saya kalau berhubunganddengan my family.
Back to topic. Teman saya juga mengeluhkan mengenai orang tuanya yang merasa “kok bayar terus, mahal juga”, adik-adiknya masih kecil, orang tuanya keberatan, membandingkan dengan universitas yang lain. Hemmm, saya ikutan sedih.
Persis dengan saya, tapi tidak dengan orang tua (orang tua saya, tidak tahu, hanya kalau saya minta uang buat bayar spp, saya disuruh sabar dulu, minggu depan ya, bisa dikirim). Jadi saya sudah memberi tahu, kalau mau bayar, bisa satu bulan sebelum bayar.
Dulu, sebelum saya tahu sistem pembayaran kampus, saya terkejut juga “bentar-bentar bayar, perasaan baru kemarin bayar, sekarang bayar lagi”
Tapi setelah itu, saya tahu sistemnya. Jadi tidak begitu kaget.
Saya hanya mengatakan kepada teman saya
“Ok, kalau begitu, sekarang tanya orang tua, maunya gimana? Jelasin, bla…bla…bla…”
“Apakah saya harus pindah jurusan karena mahal atau gimana? Minta pendapat orang tua”
Tambahan dari saya
“kalaupun masih ingin di jurusan ini, berikan bukti kalau kamu enggak ngrepotin mereka
Caranya?
1.    Nyari beasiswa. Banyak beasiswa yang ditawarkan baik pihak kampus atau luar. Yah, walaupun hanya bisa menutup uang makan atau transportasi. Minimal kan mengurangi beban.
2.   Mencari uang sendiri. Bisa berjualan, membuka les, menulis atau terserah yang paling bisa yang mana.
3.    Minta doa ke orang tua. Sering-sering kasih kabar. Misal “Pak, doakan saya lagi ikut seleksi beasiswa, moga-moga lolos” “Ma, doakan, aku lagi ikutan lomba nulis ki, doakan ya”. Nah, itu salah satu cara supaya orang tua tahu, bahwa kita selalu berusaha. Apalagi kalau menang, bangga!
4.   Bantu mengurangi biaya kuliah. Bisa, insya allah. Dengan menabung. Kalau dikasih uang, sisihkan, bagi-bagi dalam amplop. Eh, siap tahu bisa buat bantu bayar spp ketika orang tua lagi g punya uang. Kalaupun tidak bisa bantu semuanya, minimal seperempat, setengah, atau semuanya. Hahahaha…..
Insya Allah g akan berkurang, malah semakin bertambah rezekinya. Amin. Kan rezeki bukan hanya uang to?
5.   Ketika dirumah, jangan hanya duduk ongkang-ongkang. Kalau orang tua kita sebagai petani misalanya, bantu mereka (saya jadi teringat teman saya Shodiq, insya allah saya ceritakan kisahnya). Ga usah gengsi ke sawah. Walaupun kotor, berminyak, berkeringat, panas dan capek. Ingat, kita kan sekolah dari usaha ini?

Well, buat siapapun yang membaca tulisan ini, saya ingin sekali bisa bermanfaat buat semua orang. Ini salah satu cara yang bisa saya lakukan. Buat teman-teman saya, semangat ya….

PENGALAMAN BER SOLO BIVAK


Dalam rangka ujian beasiswa, saya mengikuti kegiatan yang seru dan beragam. Saya bertemu dengan teman-teman baru yang berasal dari berbagai universitas, teman-teman dari beragam profesi, mengunjungi tempat-tempat baru, dan yang tidak kalah pentingnya, kegiatan ini tentu saja gratis. Teman-teman tahu kan apa itu bivak? Beberapa mungkin sudah tahu dengan bivak ini. Namun alangkah lebih baiknya saya kasih tahu kalau bivak menurut wikipedia  adalah tempat berlindung sementara (darurat) di alam bebas dari aneka gangguan cuaca, binatang buas, dan angin. Bisa juga, bivak dari jas hujan. Yah, yang buat bisa berlindunglah. Karena saya tidak membawa alat ini, saya bawa jas hujan yang bukan batman seperti saran dari panitia. Karena saya tidak punya. Ya sudahlah seadanya saja. Jas hujan atasan dan bawahan celana. Pukul setengah dua belas malam, saya dibangunkan oleh panitia. Shock juga, soalnya saya baru saja tidur sekitar pukul setengah sebelas malam. “Bangun Mbak..”  panitia membangunkannya dengan sopan, enggak membentak-bentak. Masih setengah sadar, buru-buru pakai jilbab, ambil tas berisi barang- barang yang telah disiapkan sebelumnya. Dalam tas terdiri dari lilin, , slayer, garam, mukena, alquran, al maktsurat, botol minum dan lain sebagainya. Saya kira akan uji nyali dengan jerit malam seperti yang terjadi ketika pramuka. Dimana ada yang berperan sebagai hantu dan dibawa ke kuburan. Ternyata, saya dan teman-teman dinaikkan mobil pick up berjalan keatas (daerah Merapi). Sampai di tempat, saya mendengar suara anjing menggonggong berkali-kali. Waduh, sempat deg-degan juga, takut diapa-apain.  Selanjutnya, mata ditutup. Saya dituntun berjalan diatas tanah yang tidak rata, dengan berpegangan pada pundak salah seorang panitia, kemudian disuruh duduk ketika sudah ada aba-aba untuk membuka mata. Pas waktu diarahakan oleh panitia dengan mata tertutup, saya membayangkan yang aneh yaitu turun ke jurang. Aduh, syerem banget saat itu. Habis itu, diberhentikan dekat dengan pohon kamboja dan sekitarnya gundukan makam. Itu pemikiran saya. Setelah saya buka mata, ternyata salah besar, saya berada disebuah tanah tegalan yang ditumbuhi rumput setinggi lutut, basah sisa hujan, dan pohon-pohon.
 Untung saya memakai kaos kaki tetapi tidak memakai sepatu, sehingga kaki tetap terjaga. Dingin. Setelah duduk, disuruh nyalain lilin, g boleh mati, harus tetap hidup. Kalau mati, ada kode-kode yang harus diucapkan untuk meminta bantuan.
Saat itu, dengan polosnya saya bertanya “Ini disuruh ngapain?”
Bayangkan teman-teman, di tengah kebun, dengan rumput setinggi lutut, suasana dingin banget (saya sudah memakai kaos dalam, baju panjang, jaket plus pakai mukena). Tetap dingin.
“Terserah kalian mau ngapain. Shalat, baca quran atau…” kata salah seorang panitia. Oalah, kita disuruh disini to. Baiklah.
Pertama kali yang saya kerjakan adalah menggali tanah untuk menancapkan lilin. Karena tidak membawa tikar, saya membuaka jas hujan dan menggelarnya untuk alas duduk. Oh ya, saya juga berusaha mengajak ngobrol dengan “penunggu” yang ada disitu. Bukan berarti saya bisa melihat yang ghaib ya…abaikan. Saya mengucapkan salam kapada makhuk lain yang ada disitu, saya tidak akan mengganggu mereka, juga mengajak ngobrol rumput, minta maaf, sudah saya injak, saya lukai. Hemmm…mungkin ada yang menganggap saya agak sinting ya, tapi g papa, itu cara saya menghormati mereka sesama makhluk Tuhan.
Suara anjing tetap menyalak semakin kencang. Akhirnya saya melaksanakan shalat. Duh, rasanya mau nangis. Senang bisa melihat alam semesta, dipayungi dengan langit yang berbintang. Shalat di alam terbuka. Ini pengalaman pertama saya. Sempat nangis. Ingat ibu, bapak dan adik. Selesai shalat dan berdoa, membaca alquran. Karena ada tugas untuk menghafalkan alquran, saya juga berusaha untuk menghafalkannya. Setelah capek, saya kok agak mengantuk. Mau tidur? Nanti wudhunya bagaimana? Ini kan tempatnya jauh dari pemukiman penduduk? Akhirnya duduk, sambil dzikir, kemudian tertidur dengan bersila. Tapi enggak lama, malah berbaring-baring sambil berdoa, Dan… ketiduran. Akhirnya wudhu deh, pake air minum. Itu saya lakukan dua kali. Ini jam berapa? Saya mengira-ira, mungkin baru setengah tiga atau jam dua. Masih lama ternyata. Kapan ada ayam berkokok, saya sudah tidak tahaaaan….mau BAK. Mosok mau BAK disni? G mungkinlah! Mungkin karena saking dinginya. Aduh, Ya Allah, cepat-cepat, kuat-kuat, doaku.
Alhamdulillah, solo bivaknya selesai pukul 3:45. Kemudian ditanya testimoninya. Seneng aja sih. Setelah itu, beranjak ke masjid terdekat sambil menunggu adzan subuh setelah sebelumnya sempat mencicipi singkong bakar yang dibuat oleh panitia. Harum khas singkong, gurih dan empuk.

Kata salah seorang panitia, tempat yang dijadikan solo bivak itu, banyak ular dan lintahnya. Alhamdulillah, saya dan teman-teman selamat, walaupun tidak menebar garam



Sabtu, 20 Februari 2016

Selamat pagi dunia! (Edisi Pinjam Meminjam)


Seperti sebuah judul lagi milik pongki ya…pesta. Tadi sempat kepikiran ketika di jalan untuk menuliskan tentang barang pinjaman. Heh, berbicara mengenai barang pinjaman, kita sering melakukan hal ini. Muamalah yang satu ini, merupakan seseatu yang menguntungkan, namun kadang membuat kita sering terlena untuk tidak mengembalikan. Setuju tidak? Anggap saja setuju. Hehehe, maksa.
Pernah tidak teman-teman sering minjam barang atau uang namun seringkali lupa atau bahkan menunda untuk mengembalikannnya. Apalagi buku yang sudah bertahun-tahun, nongkrong di rak yang g pernah dikembalikan, berdebu bahkan sampai lupa siapa yang punya. Ampun deh. Kasihan kita sendiri dan orang yang punya. Coba teman-teman bayangkan, teman yang kita pinjam barangnya, dia mau pakai, dia juga lupa siapa yang pinjam, kita yang pinjam juga lupa, ni barang punya siapa. aduh. Kasihan kan? atau bahkan kita tetap enak-enak saja menyimpan barang pinjaman? Haduh..balikin, jika itu kita yang ngalami. Hehh….ngenes.
Yang jelas, dua-duanya dirugikan. Bagi yang meminjamkan, pengennya dapat pahala dengan membantu orang, namun menjadi tidak ikhlas kalau sang peminjam tidak tahu diri untuk mengembalikan. Apalagi kemudian barang itu hilang, padahal barang kesayangan. Huaaaaa…..bisa mewek berminggu-minggu. Heheheh…mau diminta, mau suruh gantiin, g tega dan malu, “kan teman sendiri”. Dikira nanti pelit. Huh…
Dan, bagi si peminjam, efeknya adalah ketagihan. Maunya pinjam tapi g mau ngembaliin. Hehhhh….itu sama aja dengan hutang kan? Bener ga? Duh, syerem kalau berbicara mengenai hutang tu. Sesuatu yang buruk (pinjam ga dikembalikan maksudnya) kalau terus menerus menjadi kebiasaan, itu akan membuat kita melakukan sesuatu yang biasa. Bagus sih kalau kebiasaannya baik, lha kalau minjam tapi g dikembalikan. Apalagi kalau buku perpus yang kita pinjan (hayo ngaku!) perhari seribu, satu tahun tiga ratus enam puluh lima ribu rupiah. Ngalamat, buat bisa bayar kontrakan itu. Tuh, kan rugi.
Nah, peringatan nih buat yang minjam.
1.       Catat, barang ini punya siapa
2.       Kalau sudah selesai segera kembalikan
Bagi yang meminjamkan
1.       Catat juga, siapa yang pinjam, apalagi buku kesayangan
2.       Lihat (mosok mau nolong lihat-lihat?), bukan begitu, ini bentuk wasapada. Kan ada tuh tipe orang yang pinjam tapi lamaaaaaa banget ngembaliinya. Dan sering. Kasih deadline kalau perlu. Tentu saja dengan cara yang baik dan kata yang sopan ya….
Well, Yuk sortir, ada g buku (ini paling sering), baju, uang yang bukan milik kita….segera kembalikan. Kasihan teman kita yang kita pinjami. Bisa jadi dia lupa, malu buat nagih. Supaya beban dosa berkurang di akhirat kita.

Nb: buat teman-teman, yang barangnya saya pinjam (Fatiha, masih saya pakai. Intan Rizki, g pernah ketemu, lagi libur semester, Dila, Shodiq, maaf, belum ketemu kalian. Dann…buku perpus. Belum sempat kesana. 

Jumat, 19 Februari 2016

KEY IN? SIAP TAKUT!!


Assalamu’alaikum teman-teman, gimana kabarnya hari ini? Maksudnya kabar Key In, wabil khusus buat mahasiswa UII, apalagi yang baru Key In pertama kali. Mulai tanya-tanya ke kakak tingkat, puyeng nyusun jadwal sampai nyari dimana warnet berkecepatan super untuk bisa memuluskan rencana. Ceilee, lebay dikit. Key in memang bikin hati berdebar-debar, kalut, bingung, nervous, was-was, kebat-kebit atau apalagi sebutan yang paling horror, hehehe. Saya bukan sok pinter untuk urusan Key In ini, namun tips dibawah ini bisa dipraktekkan teman-teman, mudah-mudahan bisa membantu:
Pra Key In
1.      Pastikan kapan jadwal dan jam Key In tahu. Ada juga lho, mahasiswa yang tidak tahu jadwal ini, jangan sampai teman-teman kelewatan ya…
2.      Lihat dulu mata kuliah yang ditawarkan untuk semester yang akan akan dijalani karena bisa jadi ada mata kuliah yang ditiadakan atau bahkan ditambah. Sering-seringlah berkunjung ke web yang biasanya mengupload perubahan ini, bisa bertanya pada teman, atau bahkan berkunjung langsung ke akademik.
3.      Lihat mata kuliah prasyarat, karena hal ini akan menentukan masa depan kuliah selanjutnya. Bisa jadi kuliah molor karena salah mengambil mata kuliah dan pastikan bahwa mata kuliah yang dijadikan materi pokok memenuhi standar nilai minimal.
4.      Susun jadwal dan buat plan A, B sampai Z heheheh. Hal ini meminimalisir hal-hal yang tidak dimungkinkan.
5.      Bertanya kepada kakak tingkat atau berkonsultasi dengan dosen pembimbing lebih baik untuk mendapatkan “pencerahan” mana yang seharusnnya diambil ataupun tidak.
6.      Berdoa sebelum, sesudah dan pas hari H. Ini penting sekali karena kita tidak pernah tahu,  mohon supaya dilancarkan, kalau perlu nelpon orang tua, minta didoakan karena doa mereka tidak pernah meleset, bisa juga teman-teman, saudara-saudara. Kan kita juga tidak pernah tahu, doa siapa yang akan didijabah. Yang lebih penting juga, doakan teman-teman yang sedang Key In agar dilancarkan. Hal ini bisa membuat kita belajar agar tidak menjadi manusia yang egois.
Pas Key In
1.      Pilih tempat yang akan digunakan untuk Key In, bisa bareng teman di kampus, warnet atau rumah. Terserah.
2.      Siapkan semuanya mulai dari laptop, charger laptop (jangan sampai lagi asyik-asyiknya mati karena baterai habis), kalau perlu bawa itu terminal. Kerena bisa jadi colokan cuma satu dan yang butuh bukan cuma kita. Ini semua jika pakai laptop sendiri. Kalau teman-teman memakai HP, perhatikan kuota internetnya (jangan sampai pas waktu Key In, kuota habis, aduh), baterai, juga sinyal. Sedangkan apabila teman-teman menggunakan komputer di warnet, pastikan yang kecepatannya cepat dan tidak banyak digunakan, apalagi digunakan sama-sama Key In, bisa-bisa lemot. Kalau mau agak aman, karena g punya laptop, pinjam punya teman dan siapkan seperti yang saya jelaskan diatas.
3.      Log in ke akun masing-masing sepuluh atau lima menit sebelum jam Key In dimulai dan usahakan jangan sampai keluar. Supaya tidak keluar, klik asal aja, yang penting usahakan jangan sampai keluar.
4.      Jangan panik ketika kuota habis dan berusaha untuk tetap tenang, konsentrasi  dan siapkan plan B dst.
5.      Key in, biasanya waktunya lumayan panjang, bukan satu hari saja kan? Nah, kalau belum dapat makul yang diimpikan, pinter-pinter memanfaatkan waktu untuk mengotak-atik jadwal, bisa minta tolong teman (ini kalau tidak pernah selalu berhubungan dengan internet seperti saya misalnya). Bisa juga memanfaatkan ketika malam dini hari, selain sunyi, kecepatan internetnya luar biasa itu.
6.      Jika ada makul yang tidak didapatkan, dan teman-temannya banyak, biasanya prodi memiliki kebijakan untuk menambah kuota. Nah, berkoordinasi dengan teman-teman, sangat membantu untuk menuntaskan masalah ini.
7.      Berdoa dan yakin bahwa kita bisa dan berhasil.
Oke, itu tips sederhana dari saya, semoga bermanfaat. Semangat Key In !!! Pasti sukses !!!! Gambate Kudasai!!! Ma’a najah!!!



Kamis, 18 Februari 2016

Waspada Bisikan Hati atau Syetan?


Tulisan ini terinspirasi dari annida-online, http://annida-online.com/beda-kata-hati-dan-bisikan-setan.html. Kemaren saya sempat membaca perbedaan dari bisikan hati dan bisikan syetan. Haduh, sepertinya saya sering mendapatkan hal ini. Misal nih, mau melakukan olahraga di pagi hari supaya tidak ngantuk. Tapi di dalam hati bilang ”udah, g usah olahraga, baca aja nih quran, lebih berpahala” tapi, ntar ujung-ujungnya baru beberapa baris, itu mata udah gembel bin sepet, tulisannya sudah berubah dua-dua, blawur, enggak konsen dan akhirnya tertidur masih dengan mukena dan alquran. Emang sih, walaupun saya bisa bangun pagi sebelum subuh, tapi jam lima dampai enam itu rawan banget untuk tidur kalau enggak ada kerjaan. Sebenarnya ada hal yang enggak bisa membuat saya tidur, yaitu kuliah pagi jam tujuh, ada ujian, hehehehe, di rumah (iya, soalnya bantu emak). Tapi kalau di kos itu, aduh, kayaknya banyak syetannya deh.  Oleh karena itu, satu cara yang cukup ampuh adalah, setelah shalat subuh, ngaji sebentar, kemudian keluar berolahraga (Cuma jalan kaki tanpa alas). Selain menghirup udara segar, ngilangin stress (loh, kok bisa?) iya, soalnya bertemu dengan orang-orang yang sama-sama melakukan jalan pagi atau anak kecil yang sudah bangun dan diajak oleh kakaek atau ayahnya keluar. Itu yang bikin saya semangat. Yah, walaupun hanya keliling komplek kos-kosan itu telah menyelamatkan pagi saya dari ngantuk.
My friends ini nih perbedaan bisikan hati dan syetan itu
1.      Bisikan syetan mendorong untuk melakukan keburukan
Kayaknya saya sering deh, kan pernah tu, kita lagi dalam masalah, bingung dalam menentukan, trus ada yang bilang, “udah turutin kata hati”. Pernah engggak? Nah, tu, tambah bingung kan? soalnya biasanya ada dua, iya dan tidak. Nah, setelah saya membaca artikel ini, saya sedikit banyak pikiran terbuka. Kalau bisiskan itu untuk melakukan keburukan, berarti itu dari syetan.
2.      Bisikan setan membuat ragu untuk melakukan kebaikan
Ya ampun. Ini sering banget. Misal nih mau nyapa, tersenyum kepada seseorang  apalagi di desa atau kampung yang kekeluargaannya masih kental. Biasa tuh, sering nyapa walau cuma bunyiin klakson, nundukin kepala, nyapa “kulanuhun”, “permisi”. Hadoeh, itu rasanya berat sekalai. Ternyata itu bisikan syetan. Mau nolongin orang, sedekah dan sebagianya. Padahal nanti kalau sudah berlalu, nyesel juga, “kenapa enggak nyapa ya tadi”,”nyesel enggak jadi sedekah”, “kenapa enggak senyum, kan cuma senyum doang”.
Sekarang udah tahu kan, mana yang bisikan hati dan syetan. Allah SW berfirman, "Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir). Sedangkan Allah menjadikan untukmu ampunan dari-Nya dan karunia. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui." (QS. Al Baqarah:268).
Well, semoga kita terhindari dari bisikan syetan yang mengajak kepada keburukan. Baca  taawudz banyak- banyak ya…


Rabu, 03 Februari 2016

Scalling gigi? Siapa Takut!


Tulisan ini terinspirasi ketika saya tidak sengaja menonton TV (menonton TV kok g sengaja, hemmm…aneh) ketika saya akan pergi ke dapur. Waktu itu ada mbak kos sedang menonton acara janji sucinya Rafi dan Gigi dimana saat itu Rafi sedang ketakutan dibawa ke dokter gigi untuk melakukan scalling. Saya yang baru pertama kali mendengar istilah ini, bertanya kepad Mbak Heni apa itu scalling, yang ternyata adalah pembersihan karang gigi. Oalah…kalau itu saya tahu. Ternyata bahasa kedokteranny scalling to, pikir saya. Tetapi, melihat ekspresi Rafi, saya merasa aneh. Artis kok agak takut ya? Hehehe … Padahal, saya dulu pertama kali melakukan kegiatan itu malah enggak takut sama sekali.
Alhamdulliah saya sudah sering melakukan scalling ke dokter gigi di kota tempat tinggal saya, rutin enam bulan sekali. Saya sudah mulai memeriksakan gigi saya semenjak tahun 2009 kalau tidak salah.
Saat itu
Saya datang ke dokter gigi sekitar pukul empat lebih karena klinik buka pada pukul lima. Spesialis dokter gigi yang bernama Drg. Asrofi. Saat itu, saya sudah diwanti-wanti oleh adik untuk datang ke dokter in time karena bisa mengantri panjang. Dan Alhamdulillah saya datang awal, namun sudah ada yang lebih awal lagi. Sambil menunggu, saya mengamati ruang tunggu yang nyaman, ada Koran, TV berlayar LCD, WC dan mushola yang bersih. Setelah dipanggil berdasarkan nomor urut antri, saya mendapat giliran periksa. Di ruangan agak luas itu, saya disambut oleh dokter cantik, masih muda, berjilbab dan modis. Oh, ternyata ini toh dokternya, batin saya.  Kata adik, yang melayani sebelum malam itu drg Vera, saya taksir, kira-kira 35an, itu istrinya dokter Asrofi. Cantik benget, berdandan dan pakai high heels. Rapi, ramah dan welcome banget. Saya disuruh mengisi formulir dan menyerahkan foto copy kartu Jamsostek. Oh ya, saya belum cerita, saya memakai kartu Jamsostek agar bisa gratis. Kartu ini dikeluarkan oleh tempat dimana teman-teman bekerja, setiap bulan, gaji dipotong untuk membayar kartu ini, semacam asuransi kesehatan gitu. Kalau di tempat saya bekerja ini, kita bisa memilih dua dokter untuk dicantumkan di kartu pengobatan (ada dua kartu, yang satu kartu jamsostek, dan kartu pengobatan yang disitu ada nama dokter umum dan giginya). Jadi kalau mau berobat, agar gratis, pakai kartu ini dan sesuai dengan nama dokter yang bersangkutan. Kalau sekarang sudah berubah menjadi kartu BPJS.
Pertama-tama saya tidur setengah telentang di alat yang dinamakan dental gigi, yaitu suatu alat yang dipakai oleh dokter gigi untuk membantu pemeriksaan dan kemudian menentukan terapi apa yang dapat diberikan kepada pasien. Secara umum untuk membantu perawatan gigi dan mulut (pengeboran, penambalan, pembersihan, dan pemeriksaan). Seperti kursi kursi yang sudah disetting sedemikian rupa bisa dinaik turunkan. Diatasnya ada lampu untuk melihat gigi. Sebelahnya ada  tempat buang kumur-kumur, juga ada tisu, karan air unik yang menyatu dengan alat itu. Setelah tidur setengah telentang, lampu diarahakan ke mulut yang terbuka, dokter dengan masker, sarung tangan dan alat-alatnya mulai eksekusi, alat-alat itu yang namanya scaller terdiri dari: hoe scaller : alat yang berbentuk seperti cangkul kecil, untuk membersihkan sub atau supra ginggiva kalkulus. sikle scaller : alat yang berbentuk seperi bulan sabit, untuk membersihkan kalkulus pada ruang interdental. wing set scaller : alat yang berbentuk seperti sayap, untuk membersihkan sub atau supra ginggiva kalkulus. curret scaller : alat yang bentuk seperti sendok, untuk mengambil jaringan lunak, cementum,dan sub ginggiva kalkulus pada saku gusi. file scaller : alat yang berbentuk seperti kikir, untuk membersihkan sub atau supra ginggiva kalkulus. chisel scaller : alat yang berbentu seperti pahat, untuk membersihkan sub atau supra ginggiva kalkulus. Tahap kerja scalling: dokter mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, mencuci bersih tangan, mengenakan sarung tangan, masker (alat perlindungan diri). Dokter mulai memeriksa karang gigi yang ada pada permukaan gigi. lalu bersihkan karang gigi menggunakan scaller manual ataupun scaller elektronik. Karang gigi melekat erat dengan gigi dan hanya bisa di bersihkan dengan scaller, atau alat ekstraktor oleh dokter gigi. Warna karang gigi mula-mula kuning, lama-kelamaan dapat berwarna coklat atau kehitaman sesuai dengan kebiasaan seperti merokok atau minum kopi. Setelah proses scalling ini, gigi terasa ringan.
 Enggak sakit kok pas proses pengangkatan karang giginya. Namun, ada beerapa orang yang merasakan linu-linu, namun saya tidak. Prosesnya  seperti dibor (hahaha, bahasanya serem ya) tapi g sakit, hanya bunyinya g nguatin, seperti tukang batu mecahin keramik. Krikkkkkkkkkkk, persis kayak gergaji mesin itu. Kalau karang giginya tebal, maka akan mengeluarkan darah, tenang, pas kita “dibor” itu, alatnya mengelurakan cairan yang mengurangi sakit, kata dokternya itu air biasa. Kita akan selalu berkumur ketika membersihkan itu.
Untuk biaya, bagi pengguna jamsostek tidak membayar. Tapi untuk orang umum, sekitar 100.000 untuk semua yaitu gigi atas dan bawah. Oh ya, maaf, setiap daerah berbeda tergantung dokter giginya dan tentu saja kota besar atau tidak. Jadi tidak bisa dipukul rata
Hore!! sempat mau jingkrak-jingkrak karena saking senangnya, karang giginya ilang, jadi pengen senyum. Ngaca beneran tuh setelah dibersihin di kaca motor. Bener2 bersih banget. Jadi pede senyum, ketawa-ketiwi.
Karang gigi atau "kalkulus gigi" terbuat dari plak dan zat kapur yang berada di air liur. Plak sendiri terdiri dari lapisan bening di gigi ( perikel ) dan kuman. Karang gigi ini disebabkan oleh sisa-sisa makanan yang menempel di gigi dan cara menyikat gigi yang tidak benar sehingga sisa makanan masih tertinggal. Jika hal ini dibiarkan, maka akan menumpuk menjadi karang gigi dan akan merusak gigi sehingga akan membuat gigi menjadi keropos, berlubang, karies dan sakit gigi. Karang gigi dapat menyebabkan gigi goyang dan mudah tanggal karena penurunan gusi, gusi bengkak, gusi berdarah terutama saat menyikat gigi, dan halitosis (bau mulut). Ihhhh, syerem. Jadi nih teman-teman, jangan sepelekan sisa makanan yang ada di dalam mulut kita, selain itu, karang gigi juga menyebabkan bau dan yang ini nih, bikin kita g pede pas senyum, aduh, cantik-cantik, ganteng-ganteng, pas senyum banyak karang giginya, bisa-bisa bikin ilfeel.