Jumat, 30 September 2016

Menulis Setiap Hari.






Wah, dapat motivasi setelah membaca blognya guru, Wijaya kusumah, http://wijayalabs.com/about/ . Saya sudah sering membaca tulisan-tulisan beliau tetapi dari kompasiana. Dan memang tulisan-tulisan beliau inspiratif banget. Saya pernah mentarget diri saya sendiri menulis setiap hari di blog. Sampai 100 artikel. Macam-macam jenisnya. Dan itu sebuah konsistensi yang menurut saya butuh komitmen yang tinggi. G mudah memang. Dan akhirnya, komitmen itu runtuh dan setelah itu tidak menulis lagi. Malaslah penyebabnya. Oleh karena itu, saya sedang mencari-cari bagaimana menciptakan kembali semangat-semangat yang sempat hilang beberapa bulan ini. Ciee….kehilangan semangat.
Eh, sebenarnya saya sering nulis juga sih, nulis wa. Hehehehe. Nanggepin omongan orang, bales chat teman, atau ganti status wa. Itu kan juga sebagai salah satu sarana untuk berkomunikasi yang baik melalui tulisan. Ngeles…
Loh, bener.

Kapan-kapan akan saya sampaikan deh, sesuatu tentang tulisan di wa, sms atau fb. Selamat sore, selamat ber weekend ria….berkumpul bersama keluarga tercinta. Salam guru professional!! (tulisan akhir paragraf ini adalah sebagai salah satu semangat saya agar menjadi guru yang profesional)

Senin, 26 September 2016

Ingat 5 T

Kalau kamu ingin sukses Dunia akhirat, hidupmu lancar, dan berkah ingat selalu amalan 5T : 
T1 : Takbir Awal ( Jangan pernah ninggalin shalat jamaah )
T2 : Tilawah ( Rajin Rajin baca Quran )
 
T3 : Tasbihat ( Selalu mengingat Allah )
T4 : Tahajjud ( Qiyamullail dan shalat fajr )
 
T5 : Tabligh ( Mengajak orang untuk kebaikan, menginspirasi, dan bermanfaat untuk orang banyak )
 
Amalkan amalan 5T maka semua kemustahilan akan menjadi semua keajaiban !

Ini saya dapatkan di Instagram Ibrahim Malik, mahasiswa FTSP, jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia angkatan 2012.
Siapa anak UII bahkan luar UII yang tidak kenal dengan beliau, prestasinya luar biasa, baik di dalam maupun luar negeri. Bersama dengan Bang Vero, beliau mendirikan CLI (Center Language Improvement) yang merupakan sebuah komunitas untuk mengasah skill bahasa asing, orang-orang yang ingin bisa ke luar negeri dan lain sebagainya. CLI yang dahulunya memiliki anggota sedikit, bahkan awal berdirinya, ketika itu pendaftar banyak. Tetapi, biasa, seleksi alam, hanya bertahan beberapa orang saja. Saya saja, gugur di tengah jalan. Bagi mahasiswa baru, WAJIB mengikuti CLI, karena luar biasa banyak yang bisa didapatkan. Anak-anak CLI buat saya inspiratif, dan keren banget.


Jumat, 23 September 2016

Lagi Bijak....

Kadang-kadang, kita tidak pantas untuk meminta sesuatu yang tidak pada tempatnya. Mengapa ego harus dituruti sedangkan apa yang dianjurkan oleh seseorang itu adalah sebuah kebaikan. Mengapa harus ngotot meminta seseuatu yang kadang membuat kita menjadi orang yang membangkang. Itulah kita. Siapa yang berkuasa, siapa yang berhak. Ok, kita mengikuti aturan yang ada. Semuanya sesuai dengan porsinya. Mengapa kita belum dipersiapkan kearah yang lebih tinggi dan belajar dari yang lebih kecil, mudah terlebih dahulu? Itu karena mereka peduli dengan kita, itu karena Allah ingin memberikan sesuatu, ilmu lain yang belum pernah kita tahu sebelumnya. Bukankah ketika memberikan sesuatu, tidak langsung ujug-ujug? Makan jug sesendok demi sesendok? Bukan langsung semuanya? Jadi mengapa harus bersedih dengan ketentuannnya yang tidak sesuai dengan kehendak kita.

Memang, ketika seseorang hidup di tengah orang yang lebih tinggi, kadang-kadang inginnya dihargai terus. Tidak mau menghargai orang lain. Sekali-kali berkaca ke bawah, hargai orang lain. Jika kita lebih mementingkan ego untuk selalu diposisikan ke arah yang lebih baik, kearah yang paling tinggi, itu akan membuat kita menjadi orang yang congkak. Kita g mau belajar untuk bisa rendah hati. Dan nantinya yang muncul dalam diri kita adalah keinginan untuk dihormati orang lain tanpa mau merendahkan diri kita. 

Kamis, 22 September 2016

G Usah Malu

Sesuai dengan salah satu janji saya bahwa akan menuliskan cerita ini. Saat itu sedang makul Psikologi Konseling, salah seorang teman bertanya tentang satu hal, namun saya lupa, tetapi masalah itu merembet ke masalah orang tua.
Biasanya, orang tua itu senang jika anak yang dibesarkan, dibiayai dengan sepenuh hati memberikan imbal balik (bukan berarti mengganti apa yang mereka lakukan ya). Karena, sebanyak apapun kita membalas jasa orang tua, tidak akan bisa kita lakukan. Yang bisa kita lakukan adalah memperlakukan, membalas mereka dengan baik, menghormati, menghargai, memberikan sesuatu yang membuat mereka bangga memiliki kita.
Back to topic, pertanyaan itu berkaitan dengan orang tua “Bagaimana berbuat baik kepada orang tua, sedangkan kita masih minta uang kuliah, karena kadang-kadang, orang tua itu tidak mau mengerti apa yang kita inginkan” (waduh, kita yang g mau ngerti atau kita ngeyel?) hehehehe….
Nah, pertanyaannya berat kan?
Ok well, saya suka apa yang disampaikan oleh salah seorang teman sebut saja namanya A, yang menurut saya makjleb banget. Yaitu tentang membantu orang tua. Biasa nih, anak kuliah, kadang waktu pulkam, kadang g ada kerjaan. Makanya, pada saat pulkam inilah teman saya ini memanfaatkan waktunya untuk membantu orang tuanya. Selain dapat pahala, bisa juga sarana untuk mempererat hubungan dengan orang tua, dan ini nih yang agaknya paling penting. Selama ini, kita sering meminta uang kepada orang tua, ini sebagai salah satu meringankan pekerjaan orang tua kan? Selain itu, kadang-kadang, kita memiliki keinginan (misal meminta uang lebih banyak lagi dari biasanya). Nah, dengan membantu orang tua, maka secara otomatis, orang tua akan senang dan bangga, bisa jadi dalam hatinya akan berkata
“Wah, anakku mau bantu-bantu aku ya, g malu untuk ke sawah, ladang. Kasihan kalau misalnya tidak dikasih uang yang lebih banyak. Apalagi minggu kemarin dia minta uang lebih banyak”
Nah, kalau udah kayak gini, udah bikin orang tua senang, dijamin deh, minta apa saja diturutin. Tentunya minta yang baik-baik ya….
Apa yang dilakukan oleh A ini?
Dia tidak malu, risih, gengsi untuk melakukan pekerjaan ke sawah, ke ladang, mencangkul, menyabit. Mengapa saya katakan seperti itu? Karena tidak banyak anak-anak, yang sudah kuliah, SMA, malu untuk melakukan pekerjaan tersebut. Mereka merasa, pekerjaan itu hanya pantas dilakukan oleh orang-orang tertentu dan itu tidak sesuai dengan bidang mereka. Gengsi gitu. Padahal, dengan merasakan pekerjaan itu (apalagi jika orang tuanya petani) tidak masalah. Bahkan seharusnya bangga, orang tua kita bisa menyokolahkan kita dengan hasil jerih payah mereka. Mengapa perlu gengsi dan malu.

Buat nih cowok ataupun cewek, g usah malu membantu orang tua, apapun itu. Kalau orang tua pedagang, bantu mereka, petani bantu ke sawah, orang tua guru, bantu bikini RPP (loh). Kapan lagi kita bantu mereka kalau bukan sekarang?  

Selasa, 20 September 2016

dengan lauk tempe bawang, ueeeenak...
ini sayur dengan banyak rempah menurut saya
Baru kali ini saya masak dengan banyak rempah. Maklum, bagi saya, memasak dengan rempah-rempah itu membuat rasa masakan menjadi lebih kuat,selain itu, juga membuat saya seperti makan dengan lauk jamu. Hahahahhaha….saya memang agak aneh kalau masalah ini.
Sampai akhirnya, saya bermain ke kos teman, namanya Dila, anak farmasi. Dia menjamu saya dengan masakan resep keluarganya. Yaitu telur puyuh, dicampur wortel, kentang, daun bawang dan apa saja saya lupa. Tapi sungguh, itu rasanya enak banget. Atau memang saya sedang lapar? Bisa jadi.  Saya kan penasaran kalau tentang masak-masak itu, terjadilah tanya jawab antara dia dan aku. Nah loh!
Ternyata, rahasianya ada di bumbunya. Dan perlu teman-teman tahhu ya, dia tidak pernah memakai bumbu masak/penyedap ketika memasak. Tapi rasanya sungguh enak.  Seandainya dia mau ngasih gula lebih banyak di masakannya, saya yakin tambah enak. Maklum, saya orang jawa dan menyukai masakan yang lebih manis.
Ini nih, resep dari Dila
Semur
Terserah, sayur apa aja, tergantung selera. Karena di kulkas hanya ada terong dan kacang panjang, jadilah itu yang dimasak.
Bumbu-bumbu
Merica, bawang putih 2 biji, awang merah 4 biji, jahe sebesar ujung kelingking, kunyit dikit, digiling, ditumis, daun bawang diiris, ditumis daun jeruk, daun salam.
Dan, akhirnya saya bisa bikin sendiri di kos. Enak juga rasanya….


Jumat, 16 September 2016

Ketika Harus Menghukum Diri Sendiri


Kadang-kadang, kita harus menghukum diri kita untuk bisa menjadi lebih baik, memperingatkan diri bahwa kita itu melakukan sebuah kesalahan. Mengukum diri sendiri, bukan berarti menyiksa, tetapi sebagai sebuah instropeksi, agar tidak melakukan kesalahan yang sama.
Menghukum diri sendiri, boleh dilakukan selama dalam katakwaan. Bukan dalam hal maksiat. Dan, hukuman bagi diri sendiri itu juga membuat kita menjadi lebih baik, bukan malah menyengsarakan hidup kita bahkan membuat diri kita celaka. Misal nih, biasanya kita sholat dhuha, namun suatu hari, sibuk banget sehingga lupa melaksanakan sholat dhuha. Nah, kita bisa menghukum diri dengan sholat dhuha lebih banyak rakaatnya dari sebelumnya. Atau bisa juga bersedekah lebih banyak. Jangan menghukum diri kelewatan juga. misal, lupa sholat dhuha, hukumannya g makan sehari full. Itu mah, menyiksa diri.
So, menghukum diri itu perlu, namun jangan kelewatan ya


Rabu, 14 September 2016

Semua profesi dan pekerjaan itu hebat!!


Inspirasi pagi yang saya dapatkan pada pagi ini luar biasa. Bahkan saya tidak sadar. Ternyata, apapun pekerjaan, apapun profesi, itu semua hebat. Butuh pofesionalitas dan tidak semua orang bisa melakukannya.  Seperti pagi ini, ketika saya melihat salah seorang teman, membuka bungkusan baju-baju laundry.
“Wah, tukang laundry itu hebat ya mbak….”
“Semua profesi dan pekerjaan itu hebat”
Mengapa saya mengatakan hal tersebut?
Karena, bagi saya pribadi, pekerjaan yang kurang saya sukai adalah menyetrika. Buat saya, menyetrika itu kurang menyenangkan. Ohhhhh, itu masalahnya…..hehehehe…bisa jadi.
Ternyata, bukan itu saja, saya membayangkan setelah mengalami sendiri. Ketika di Malaysia, saya mencuci dengan mesin cuci. Ternyata, mencuci dengan menggunakan mesin cuci itu, selain membuat kain lebih kusut, ternyata juga membuat baju cepat rusak dan baju susah disetrika.
Sebenarnya tidak semua, tapi saya memilki satu bukti (yailah, kayak apa aja, kejahatan gitu) krudung saya, setelah sering itu, sekarang susaaahhhh nyetrikanya. Atau emang saya yang kurang kerja keras menyetika baju?
Makanya, saya ngebayangin orang-orang yang bekerja di laundry, butuh tenaga ekstra untuk bisa membuat baju-baju kita rapi kembali. Mereka harus menahan panas, gerah, dehidrasi mungkin, dan waktu yang tidak sedikit untuk itu. Semua itu butuh profesionalitas dan saya, sekali lagi katakan bahwa mereka hebat.
Mengapa juga saya katakan semua pekerjaan itu hebat. Bahkan kalau dipikir-pikir, mencuri, mengemis itu sesuatu pekerjaan yang hebat…mereka butuh akting yang bagus untuk menarik perhatian orang-orang sekitar untuk memberikan uangnya. Pencuri juga, mereka ahli dan professional. Tidak main-main. Hanya saja, mereka melakukan untuk seseatu yang tidak pada tempatnya. Profesional yang tidak pada tempatnya. Saya katakana.
Jangan teman-teman lihat sisi negatifnya ya….ini hanya menggambarkan bahwa semua pekerjaan itu tidak mudah dilakukan, butuh professional. Apalagi jika professional itu dilakukan dalam pekerjaan yang halal. Semangat pagi!


Selasa, 06 September 2016

Membuat paspor

Yang mau keluar negeri pasti tidak asing dengan yang namanya ngurus paspor. Kalau secara simpelnya, pasor itu kayak KTP kita pas ke Luar Negeri. Gampang g sih ngurus paspor itu dan apa saja syaratnya. Saya mencontohkannya yang pernah saya lakukan di kantor imigrasi Yogyakarta yang terletak di jalan Solo km 10 Maguwo Depok Sleman, karena saat ini saya domisili di kota gudeg. Ini untuk jalur biasa, bukan dengan cara online.
Persiapan apa yang mesti kita lakukan
1.     Siapkan fotocopy KTP dan aslinya.
2.      Fotocopy kartu keluarga dan aslinya
3.     Foto copy akte atau ijazah dan aslinya
4.     Kalau kamu mahasiswa, tambahin kartu mahasiswa fotocopy dan aslinya juga ya
Masukkan semuanya ke dalam satu amplop, biar lebih mudah untuk menggunakannya. Jangan sampai tercecer. Oh ya, untuk semua syarat itu, harus terpenuhi, bawa aslinya. Ini yang mungkin selalu disepelekan, padahal syarat. G boleh bawa yang legalisir, harus asli, mungkin terlihat ribet ya. Tapi enggak kalau kita memenuhi peraturannya. Nanti, disana, yang asli hanya ditunjukan doang, g bakalan diminta. Setelah siap, segera berangkat ke kantor imigrasi, pagi-pagi, karena kalian akan mengantre dengan banyak orang. Saya saja heran, berangkat jam setengah enam, sudah antre panjang banget. “Hmmm, semakin mulia rupanya penduduk Indonesia, banyak yang mau ke luar negeri” batin saya.
Padahal kantor baru buka pukul delapan. Bawa bekal dari rumah, sambil nunggu pintu dibuka, bisa makan, bawa buku, baca quran, lihat-lihat apa kek, atau sholat dhuha. Setelah pintu dibuka, kita akan berjalan ngantre seperti saat kita datang untuk mengambil no antrian dan mengambil formulir yang harus diisi sesuai dengan KTP, KK dan sebagainya. Jangan sampai salah ya.
Setelah itu, kita akan menunggu lagi untuk mengecek data kita, sesuai g, ditanyain juga, “Mu ngapain keluar negeri”, dan kalau anak dibawah 17 tahun, harus bawa orang tuanya. Habis di cek, kita ngantri lagi untuk pengambilan foto dan sidik jari, makanya g boleh diwakilkan untuk hal ini. Setelah itu, kita dikasih kertas untuk membayar di bank yang ditunjuk oleh imigrasi (BNI) untuk pembayarannya. Setelah kita mentransfer uang ke bank sekitar Rp 360.000,00 kita akan dikasih bukti dan diserahkan ke pihak imigrasi untuk mengambil paspor. 
Pengambilan paspor dilakukan tiga hari setelah pembayaran. Simple banget. Cuma yang lama itu ngantrinya. Oh ya teman-teman, setelah kita menerima paspor, cek dengan teliti, namanya jangan sampai salah, tanggal lahir dan sebagainya....

Well, itulah cara bikin paspor yang mudah. Semoga bermanfaat. Selalu semangat!