Rabu, 21 Desember 2016

Unggah-ungguh

Beberapa hari yang lalu, saya disapa oleh salah seorang teman. Teman saya ini adalah seorang akhwat yang berbusana rapi dan kebetulan memilih untuk berjilbab lebar dan panjang. “Hai, Mbak Ulufi” katanya sekilas karena dia sedang naik motor bersama dengan temannya “hai,****” jawab saya tak kalah riangnya. “Wah, saya terkenal juga yak” wkwkwkwkwkwk. Gubrak!!!!
Saat itu saya sedang ngobrol dengan seorang ibu yang saya kenal. Kebetulan, saya baru saja berkunjung kerumah beliau. “Ibu kenal dengan mbak itu” kata saya setelah teman saya pergi. Saya berpikir “Ini teman kok gak nyapa ibu?”
“Saya gak kenal mbak, anak-anak yang ngekos disitu saya gak pada kenal”
“Beneran bu?” kata saya heran
Padahal, saya tahu persis, kos-kosan itu dekat dengan rumah si ibu tadi. Bahkan di jadi satu, hanya terpisah oleh area jemuran. Dan kebetulan, saya kenal banyak anak-anak yang kos disitu.
“Saya gak kenal mbak, mbak nya aja g pernah nyapa, orang ada bapak (suami) saja lewat ya cuma lewat, malah dilangkahi”
Sesek saya, menelan ludah. Serius?
Ini teguran buat saya, jangan-jangan saya juga begitu. Yang lebih mengenaskan lagi, biasaya, orang yang berjilbab lebar, dipandang lebih perfect daripada orang kebanyakan. Walaupun kita tidak boleh menjudge tentang diri seseorang. Dan saya merasakan hal itu. Saat ini, penurunan tentang unggah ungguh tata krama ketika bertemu orang di jalan, hampir punah.
Saya pernah berjalan di desa saya, saat itu, bertemu dengan anak seumuran SMP/SMA gitu. Ketemu gathuk (berpapasan) benar-benar g tanya. Lah. Saya bukan ingin dihargai, tetapi saat jaman saya dulu, ketika seseorang berpapasan dengan orang yang lebih tua, maka akan menyapa terlebih dahulu. Dan saya bersyukur. Ibu dan adik saya adalah orang yang paling rewel dengan masalah ini. Mereka sering bete dengan muka saya yang kata mereka galak dan gak pernah senyum (wajah saya kelihatan serem kali). Padahal, saya , oleh teman-teman, dikenal ramah (wkwkwkwkw), gampang bergaul dan mudah senyum.
Dan ini yang benar-banar menyengat kuping saya. Saya pernah ditanya oleh seorang masyarakat di tempat saya tinggal. Beliau adalah pemilik kos. “A itu teman kamu ya”
“Iya bapak, kenapa?” kataku balas
“lha dimana sekarang, keluar, pergi ga pamit, padahal.....” beliau menyebut sesuatu yang membuat saya sumpah, malu banget.
Hemmm, ternyata, unggah-ungguh itu penting ya teman. Sepintar-pintarnya orang, tetapi tidak memilki unggah-ungguh, maka dia akan menjadi orang yang terhina.  Hanya senyum, bisa melunturkan itu semua. Semoga kita tidak. Amin. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar