Sabtu, 15 April 2017

lagi mikir, lupa kayaknya. 
Suasana lomba anak TPA Al Mustaqim Wonokerso Ngaglik Sleman. Lucu juga ya, ada yang g bersuara ketika lomba karena malu dan grogi, ada yang kebolak-balik, suara bergetar, sampai lupa surat apa...hihihihi. G apa-apa ya, Nak, (duh, jadi ngerasa sudah tua) ini awal kalian berompetisi, biar tahu kemampuan kalian. So, tetap semangat. Dan coming soon...lomba Cerdas Cermat Agama Islam.
jurinya lagi kalkulasi nilai. mumet

Enak ya kalau jadi juri kayaknya. Hemmm, tapi apakah harus jadi tua dulu ya? saya dan kalian, menang “bisa” dan “tua”. Coba kalian seumuran saya besok. Pasti lebih hebat. Dan, ini baru awal, next time, saya akan menjadi juri di bidang yang saya sukai. So, bermimpilah. Gratis kok.

satu anak dihadapi 3 juri, gimana g grogi


selfi dulu sebelum kerja
nayla lagi praktek sholat

22 April 2017

gambar diambil dari google
Kali ini, saya akan bercerita tentang bagaimana proses pendaftaran wisuda yang bikin saya hhhhhhh......mengelus dada saking lamanya. Sebenarnya g lama prosesnya, cuma, dosen-dosen yang alias penguji itu ada konferensi internasional di Mekkah dan skalian umroh. Untung dosen penguji  1 dan 2 g ikut, jadi tetap bisa revisi proposal.  Akibatnya, kita anak PAI, baru bisa daftar wisuda H-1 ataupun H-2 sebelum penutupan. Yang jelas, beberapa dari kita khawatir banget kalau dosen memperpanjang waktu ke Mekkahnya, soalnya akan berpengaruh sama pilihan baju wisuda. Uppsss. Hehehehe, kata kakak tingkat, kalau kita g cepat, bakalan dapat baju yang jelek dan gweede (saking besarnya) ukurannya. Gimana g khawatir coba? Belum nyari baju bahan buat kita, buat keluarga, jahit baju, booking hotel atau kamar, sewa mobil. Loh, kok ribet ya ternyata...
Ada beberapa hal yang kita harus selesaikan terkait dengan administrasi dari pendaftaran wisuda untuk mahasiswa UII. Yang perlu kita siapakan adalah:
1.    Revisi proposal. Ini nih yang bikin ribet. Biar g lupa, walaupun sudah ada catatan dari dosen penguji, skripsi kita udah ditandai, tetapi tetap saja kita harus mnecatat apa yang dikatakan oleh dosen penguji. So, segera selesaikan revisi proposalnya agar nggak terlunta-lunta.
2.   Setelah revisi proposal, kita serahkan ke dosen penguji 1, 2, 3 dan pembimbing untuk minta mengecek kembali, kalaupun ada yang kurang, nanti diperbaiki kembali. Jangan lupa untuk meminta tanda tangan di lembar pengesahan.
3.   Kalau sudah benar-benar fix, segera print atau kalaupun pihak kampus hanya meminta file, segera selesaikan juga
4.   Revisi selesai dan segera daftar wisuda
Untuk mahasiswa UII ada beberapa hal yang perlu dilengkapi terkait dengan pendaftaran wisuda. Ini hanya sebagai acuan saja, kalau untuk FIAI, menurut saya agak simpel. Apa saja yang dipersiapkan:
1.    Silahkan unduh formulir yang telah disediakan di website atau bisa juga mengambil formulirnya di rektorat UII kemudian isi
2.   Surat bebas perpus dari perpustakaan pusat maupun fakultas. Untuk mendapatkan surat ini, maka teman-teman diminta untuk mengirimkan file yang dimasukkan ke CD berbentuk word dan PDF, serta menyumbangkan buku bacaan, jenisnya terserah, dengan nilai minimal Rp 50.000,00 dibuktikan dengan struk pembayaran
3.   Membayar pembayaran wisuda sebesar Rp 530.000,00 di loket rektorat UII
4.   Membayar angsuran semester genap, serahkan buktinya ke fakultas masing-masing
5.   Setelah meminta surat bebas perpus pusat, mintalah pihak akademik untuk memposting kita LULUS (ini khusus FIAI)
6.   Fotocopy CEPT dari cilacs
7.   Foto 2x3, 3 lembar dan 4x6, 2 lembar
8.   Membayar uang pembayaran pinjaman TOGA sebesar Rp 300.000,00 yang nantinya akan dikembalikan jika kita mengembalikan TOGA tidak lebih dari 2 minggu.
9.   Ambil TOGA dan baju.
10.                Selesai

Ok, selamat wisuda. Sabtu, 22 April 2017

Jumat, 14 April 2017

Masak Lagi Nih

saya suka tampilannya yang masih hijau dan kree-kres di mulut

rapel, makan pagi dan siang. hihihi
Lama sekali saya tidak menulis. Lihat orang bikin seblak, pengen. Lihat orang bikin steak ala warung steak pengen. Dahhh, pengen buat maksudnya. Akhirnya, udah beli semua bahan-bahannya. Mulai dari keliling nyari fillet ayam, yang ternyata hanya bisa saya dapatkan di in** grosir. Yah, walaupun bisa juga fillet sendiri. Hehehehe....
Mulailah berburu bahan-bahan. Ceritanya mau bikin seblak dan steak itu dalam satu waktu. Duh, ngebayangin aja aneh, gimana makannya coba. Tapi kok ya mikir juga setelah dapat bahan-bahannya. “Aku kan belum makan, (biasa, kalau orang indonesia, dikatakan belum makan jika belum makan nasi)” termasuk saya. Padahal, saya sudah ngemil roti, dan cemilan lain. Tapi kok ya bawaannya pusing belum makan nasi. Ya sudahlah...
Akhirnya malah jadi cerita lain. Sampai di kos. Lihat bahan-bahan sambil ngitung habis berapa tadi yang belanja. Wkwkkwkkkwkkw....namanya aja calon emak-emak. Hehehehe....
Akhirnya masak nasi. G jadi masak seblak dan steak. Dan malah masak ini, yang simple. G tahu apa namanya. 
Mau tau apa saja bahan dan bumbunya?
Cek it out
1.    Buncis iris 1 cm
2.   Sawi iris 2 cm
3.   Bakso iris
4.   Sosis iris
Bumbu
1.    1 siung bawang putih besar
2.   1 siung bawang merah besar
3.   2 cabe besar (saya kurang bergitu suka pedas, jadi terserah teman-teman)
4.   Lada bubuk
5.   Garam
6.   Gula

Bumbu ditumis, setelah matang, masukkkan semua bahan-bahannya. Kasih air sedikit. Tunggu sampai matang. Saya suka warna yang masih hijau. Seneng aja lihatnya. Tantangan buat saya karena belum bagitu berhasil. So, lihatlah....tara...yummy. Selamat makan siang. Kalau saya makan pagi dirapel makan siang. Hehehehe....

Senin, 10 April 2017

Di doa ibuku, namaku disebut*

“Ya Allah, bagas waras, anak putu kulo, golek sandang pangan bla…bla…bla…
“Ya Allah, aku sama adik mau ke tempat nenek…bla…bla…bla..”
“Ya Allah, mugi-mugi, anak kulo Ulufi bla bla..bla….
“Ya Allah, mugi-mugi, anak kulo bla…bla..bla….Hadi Susanto….
Pada baris pertama adalah doa seorang nenek kira-kira berusia 70 tahunan yang sering bersama saya shalat berjamaah. Beliau berdoa agak keras, dan yang dipanjatkan itu….terus, itu klimat awalnya..
Pada baris kedua adalah doa seorang anak kira-kira berusia tiga tahun yang sering juga shalat bersama dengan saya. Anaknya lucu. Pertama kali mendengar doa itu dari mulut mungilnya, saya tersenyum. Seperti curhat ya…Allah seperti tempat berbagi. Pantas, karena saring ikut sang ayah shalat berjamaah ke masjid. Ayahnya menjadi imam. Bacaannya bagus, tartil dan fasih.
Dan baris ketiga adalah doa ibu saya sehabis shalat. Beliau menyebutkan nama anaknya satu persatu. Saya yang berada disampingnnya terharu. Rasa-rasanya mau menangis. Ah, emak. I love you. Saya jadi teringat lagu rohani Kristen
Di doa ibuku, namaku disebut*[1]















[1] Lagu rohani agama Kristen yang dinyanyikan oleh Nikita

Katakutan Terbesar Adalah Melawan Diri Sendiri.


Pemandangan Malaysia One City dari Sky Park
Itu teman saya paling ganteng sendiri. Yah, walaupun saya oldest, tapi rasanya tetap muda kok. Ya kan? heheheheheh, itu cara menghibur diri saya. 

Saya percaya bahwa teman-teman pernah mengalami ketakutan. Takut jatuh, takut miskin, takut sama orang, takut sama dosen sampai takut-takut yang lain, dari mulai takut yang g penting sampai yang sangat penting. Seperti saya saat mengunjungi Sky Park Malaysia. Sky Park, jika diterjemahkan secara letterlek sama dengan taman langit. Kalian bayangkan saja, taman yang berada di langit. Langit kan tinggi? Nah, taman yang ada di tempat yang tinggi. 
Pemandangan Bawah di Lihat dari atas. Ngeri. Kaca Transparan


Sky park hotel adalah salah satu tempat yang pertama kali saya dan teman-teman kunjungi ketika berada di Malaysia. Tempatnya tepat dibelakang hostel kami. Sky park adalah sebuah gedung berlantai sepuluhan yang terbuat dari kaca. Jadi, ketika kita berada dipuncak bangunan dan melihat ke bawah, rasane ngeri banget. Kita bisa melihat apapun dari puncak lewat kaca. Lift nya pun terbuat dari kaca yang  transparan. Buat saya, itu adalah tantangan yang sangat amat menegangkan. Yang adda dalam benak saya ketika melihat ke bawah melewati kaca adalah nanti kalau jatuh. Padahal tidak apa-apa. Lihat ke bawah itu, dada saya berdesir-desir. Bahkan teman saya takut. Benar sekali bahwa ketakutan terbesar dalam diri kita adalah melawan diri kita sendiri. Sungguh berat tapi saat itu yang ada dalam pikiran saya adalah. “Saya rugi kalau sudah sampai disini tidak mencobanya” maka saya harus melawan ketakutan saya. Ternyata tidak apa-apa, dan saya baik-baik saja. So, saya berhasil mengalahkan ketakutan dalam diri sendiri. Hore…

Melawan Rasa Takut