Jumat, 17 Juni 2016

Susahnya Bayar Hutang dan Nagih Utang


Manusia itu unik. Bermacam-macam karakter. Dan itulah yang membuat mereka beda. Berbicara masalah utang, emang bikin kita tambah senut-senut. Tulisan ini terinspirasi dari beberapa hari ini. Teman satu kelas yang menagih hutang baju seragam kelas, dan juga saya sendiri.
Susahnya nagih ke mereka yang berhutang. Apa susahnya? Amat sangat susah, apalagi jika itu orang dekat kita. Sisi humanis kita lebih banyak muncul. Mau dilembutin, g ngerti-ngerti, dimarahin dikit, dikira sebagai orang yang pemarah dan g sabaran.
Kesabaran itu sebenarnya tidak ada habisnya. Itu kata dosen saya dan beberapa orang yang saya ikuti ketika pengajian. Namun, kadang-kadang, manusia itu, yahhhhh…..gitu. Maunya enak, g mau susah, g mau direpotin, g mau diburu-buru, pengennya dimengerti tapi berusaha untuk mengerti orang lain tidak pernah.
Coba deh sekarang kita balik, atau berada di posisi orang yang dihutangi. Sebel bukan? Apalagi jika orang yang berhutang dengan kita, nyata-nyata membeli barang yang tidak terlalu dibutuhkan sementara hutangnya dimana-mana? pernah menemui orang model begini?
Atau, orang yang model ini?
“Besok senin ya, pasti aku bayar”
Hari Senin, ditunggu-tunggu, g bayar juga, g konfirmasi juga. Ada orang seperti ini.
Udah mempan sama janji-janji. Bagaimana mau percaya janji dia, kalau setiap dia janji mengingkari. Jadi tahu, tipe di itu seperti apa.
Saya jadi teringat dengan apa yang disampaikan oleh Umar bin Khatab, salah satunya yang mengatakan “jika ingin mengetahui watak seseorang, salah satunya adalah lihatlah bagaimana dia bermuamalah (hutang piutang dengan orang lain).
Kadang-kadang, harga diri kita, jatuh bukan karena orang lain, jangan menuduh dahulu orang lain yang menghancurkan nama baik kita. Tetapi, kita tidak sadar, bahwa perbuatan kita, sikap kita dan omongan kitalah yang membuat diri kita jatuh dimata orang lain.
Dibilang kaku? Pemarah? Saklek dalam menagih utang?
Pernah. Dan memang seperti itu, harus dihadapi.
Saya menulis seperti ini, bukan saya lebih baik dari siapapun, tetapi tulisan ini mengingatkan saya, bahwa belajar bukan hanya di lingkungan formal. Tetapi belajar dari kehidupan sekeliling kita, ketika berinteraksi dengan orang lain itulah,  kita bisa mengambil pelajaran. Ingatkan saya jika saya salah dan melakukan kesalahan.

Wallahu’alambisshowab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar