Minggu, 31 Juli 2016

Mengeringkan Rambut Ala Ulufi


Bagi para jilbabers, kerdungers, hehehhe, yah, siapapun yang sudah berusaha untuk menutupi aurat, tidak nyaman kan kalau misalnya menutup rambut dalam keadaan basah. Selain rambut menjadi apek, rusak, gatal, juga akan memunculkan ketombe.
Nah, bagaimana mengeringkan rambut agar tetap CEPAT kering .Kata cepat ini adalah yang saya maksudkan.
1.  Memilih waktu keramas yang tepat. Kalau bisa, pada waktu yang udara benar-benar kering, bukan lembab. Misal siang. Kalaupun harus pagi, pagi-pagi sebelum subuh. Hemmm, itu lebih mantap, selain enak, juga sehat. Sambil beraktifitas juga lebih afdhol.
2.  Pakai handuk yang menyerap air. Ini biasanya tergantung pada barangnya ya. Jadi jangan salah pilih handuk.
3.  Pakai hair dryer. Ini bisa dilakukan. Namun, menurut  saya, ada efek buruknya yaitu panas dan rambut cepet rusak.
4.  Berjemur di bawah sinar matahari, apalagi kalau pagi, sambil ngeringin, sambil juga berjemur untuk kesehatan tulang juga
5.  Pakai kipas angin. Hayo, kipas anginnya yang nganggur, jangan hanya buat kipas badan. Rambut kamu juga cepet kering lho, apalagi kipas anggin yang besar (jangan bayangin kompresor ya) itu bisa seperempat jam langsung benar-benar kering. Tapi ini juga ada efek sampingnya, yaitu dingin dan bisa membuat kulit kering. Hahahahaha, maklum, saya kecil jadi sering kedinginan
6.  Jangan lupa, sambil kipas angin, duduk yang manis, bisa sambil makan, baca buku, ngerjain tugas, jualan online dan yang lain, jadi jangan cuma duduk bengong nungguin kering ya…
Ok, itu saja tips nya ya….semoga bermanfaat.


Rabu, 27 Juli 2016

Ngomongin Tentang Tua


Lama sekali saya tidak menulis, mempublish tulisan di blog. Males lebih merajalela dalam diri saya. Sebel banget. Kadang-kadang g ada ide. Hehehe, excuse aja kamu, Fi.
Itu judul penting g sih? Bayangin emot bingung di WA
Kalau sudah tua itu banyak hal yang berubah ya…
Sek-sek, ini kamu nulis tentang tua, maksudnya apa?
Kok tiba-tia kamu jadi aneh dan negerasa udah tua gitu po?
Heheheheh, g juga kali!
Ini semua inspirasinya dari dunia sekeliling saya.
Kalau sudah tua itu, memang semuanya tidak bisa optimal dalam berbagai hal. Terutama fisik ya….
Kurang pendengaran, penglihatan, cepat lelah, capek, nafsu makan sedikit, g bisa tidur nyenyak. Loh, kan….
Nenek saya, Ya Allah, sudah sepuh  sekali, kadang lupa dengan saya
Niki sinten geh” itu pas saya datang menjenguknya, artinya “Itu siapa ya?”
Padahal cucunya sendiri. Bisa lupa.
Dan itu sudah sunnatullah kawan, dalam alquran sudah dijelaskan dalam surat Al hajj ayat 5, silahkan nanti qurannya dibuka. Hihihihi……
Bahwa di masa tua itu, semua yang dulu diingat akan lupa. Yang dulu bisa mendengar suara yang berisik saja, kalau sudah tua, teriak-teriak pun kadang tidak bisa mendengar. Makanya, kadang-kadang, lucu juga ya, kalau ngomong dengan orang yang lebih tua, kita maunya pelan, mau terlihat sok akrab, ternyata, kita harus teriak-teriak untuk bisa menyampaikan pesan kita. Takutnya, kita disangka salah paham, bentak-bentak orang tua.  Padahal niat awalnya bukan itu.




The Power Of Kepepet


Baru kali ini saya mengerjakan tugas bisa dengan ilmu the power of kepepet dan ide itu benar-benar muncul pas beberapa jam sebelum deadline. Saya sebenarnya tidak begitu percaya dengan the power of kepepet dan baru bisa percaya ketika saya mengalaminya. Mengapa saya tidak percaya? Karena saya sendiri jika mengerjakan ketika deadline, maka bukannya bisa mengerjakan malah otak saya tidak bisa bekerja dengan maksimal. Saya harus merasakan sesuatu ketakutan yang luar biasa. Muka pucat, otak buntu, g ada inspirasi sama sekali, jantung berdebar-debar, pikiran tidak tenang dan akan banyak keringat dingin segede jagung mengalir deras di tubuh saya.
Tapi, ketika tadi saya mengalami kejadian yang luar biasa ini, saya baru percaya itu kata the power of kepepet. Ceritanya seperti ini. saat itu saya sedang ujian. Alhamdulillah soalnya take home. Jangan salah ya kawan, walaupun take home, soalnya malah lebih “aneh” dari pada ujian di dalam kelas. Saya tidak tahu kenapa bisa seperti itu. Dan itu sering.
Satu hari sebelum ujian, saya mendapatkan soal itu. Dan ketika melihatnya. Entah mengapa saya berkerut dan berpikir agak lebih keras. Ini soalnya kok seperti ini ya? Susah. Batin saya. Dua lembar lagi! Syok istilahnya. Udah, saya biarin saja karena saat itu saya memang lagi di kampung dan sedang hajatan punya teman.
Malamnya, sekitar pukul empat pagi, saya baca lagi itu soal. Malah tambah puyeng. Aduhhhh ini gimana? Apalagi saya ditanya oleh beberapa teman. “Ini bagaimana cara mengerjakannya?”
“Itu disuruh ngapain?”
“Kok soalnya susah, ayo kita ngerjain bareng”
Jujur, ketika banyak teman yang bertanya pada saya, dan saya tidak bisa menjawab, memberikan “pencerahan” saya g enak, g nyaman, takut dibilang pelit, g mau berbagi, g mau direpotin, padahal, saya tidak bisa mengerjakannya juga. “Please, ya kawan, jika saya tidak bisa, itu artinya saya memang belum ngeh dengan itu pertanyaan”
“Dan jangan berpikiran negatif seperti yang saya sebutkan diatas” Hehehehe.
Udah, saya biarin juga. Padahal itu ujian dikumpulin pukul dua siang.
Akhirnya, setelah saya balik ke Jogja, jam delapan. Saya buka laptop, buka soalnya dan nyalain internet. Langsung tu saya bisa ngerjain. Dan, lancar banget. Alhamdulillah, hore.  Saya heran. Kenapa g dari kemarin dapat idenya, baru mau deadline. Dan itu diluar kebiasaan saya. Dan semoga, besok lagi, ide itu muncul sebelum deadline, supaya bisa labih maksimal dalam mengerjakannya. amin